JATIMTIMES - Dalam sejarah Islam, tanggal 8 Juni menjadi momen bersejarah bagi umat Islam. Sebab 8 Juni merupakan hari kesedihan umat Islam, di mana Rasulullah SAW wafat pada tanggal tersebut.
Mengutip buku Sejarah Kebudayaan Islam yang diterbitkan Kementerian Agama RI, disebutkan bahwa Rasulullah wafat pada hari Senin, 12 Rabi'ul Awal Tahun 11 Hijriah atau bertepatan dengan tanggal 8 Juni 632 Masehi.
Baca Juga : Hukum Membiarkan Perhiasan di Tubuh Orang Meninggal, Bolehkah? Buya Yahya Berikan Penjelasannya
Dalam buku tersebut juga diketahui Nabi Muhammad SAW wafat di Madinah saat berusia 63 tahun lebih empat hari.
Melansir situs NU Online, Anas bin Malik meriwayatkan, pada Hari Senin, 8 Juni 632 Masehi saat kaum muslimin sedang salat subuh yang diimami oleh Abu Bakar RA, Nabi Muhammad SAW tidak ikut dalam salat berjamaah tersebut. Tetapi, Rasulullah hanya menyingkap tabir kamar Aisyah dan memperhatikan kaum muslimin yang berada di shaf-shaf salat. Kemudian Nabi Muhammad SAW tersenyum.
Lantas Abu Bakar yang kala itu menjadi imam, segera mundur dari shaf. Karena Abu Bakar mengira Rasululah SAW hendak keluar untuk salat.
Dalam riwayat Anas dijelaskan bahwa salat subuh kaum muslimin hampir terganggu karena bergembira dengan keadaan Rasulullah SAW.
Namun, Rasulullah memberikan isyarat dengan tangan beliau agar kaum muslimin menyelesaikan salatnya tanpa beliau. Lantas Nabi Muhammad SAW masuk kamar dan menurunkan tabir.
Ketika waktu Dhuha hampir habis, Nabi Muhammad SAW memanggil Fatimah, lalu membisikkan sesuatu kepadanya, dan Fatimah pun menangis. Kemudian memanggilnya lagi dan membisikkan sesuatu, lalu Fatimah tersenyum.
Aisyah berkata, "setelah itu, kami bertanya kepada Fatimah tentang hal tersebut".
Fatimah RA menjawab, "Nabi SAW membisikiku bahwa beliau akan wafat, lalu aku menangis. Kemudian, beliau membisiku lagi dan mengabarkan aku adalah orang pertama di antara keluarga beliau yang akan menyusul beliau” (Shahihul Bukhari, II: 638).
Nabi Muhammad SAW juga memberitahu Fatimah bahwa dia adalah kaum wanita semesta alam.
Fatimah yang melihat penderitaan berat yang dirasakan oleh Rasulullah SAW sehingga dia berkata "Alangkah berat penderitaan ayah!” tetapi Nabi Muhammad menjawab, "Sesudah hari ini, ayahmu tidak akan menderita lagi”.
Baca Juga : Ini dia Daftar 10 Kampus Swasta Indonesia yang Menerima KIP Kuliah 2023
Lantas, Nabi Muhammad SAW memanggil Hasan dan Husain, lalu mencium keduanya, dan berpesan agar saling bersikap baik. Rasulullah juga memanggil istri-istri dan memberi nasehat dan peringatan kepada mereka.
Diketahui, saat itu sakit Rasulullah semakin parah karena pengaruh racun yang pernah dimakan Nabi Muhammad (dari daging yang disuguhkan oleh wanita Yahudi) ketika di Khaibar, sampai-sampai beliau berkata, "Wahai Aisyah, aku masih merasakan sakit karena makanan yang kumakan ketika di Khaibar. Sekarang saatnya aku merasakan terputusnya urat nadiku karena racun tersebut”.
Nabi Muhammad juga memberi nasehat hingga berulang-ulang kepada umat Islam, "(perhatikanlah) shalat; dan budak-budak yang kalian miliki!”
Saat-saat terakhir Nabi Muhammad SAW, menurut riwayat Anas mulai nampak tanda-tanda datangnya ajal. Aisyah pun segera menyandarkan tubuh Rasulullah ke pangkuannya.
Aisyah lalu berkata, "Sesunguhnya di antara nikmat Allah yang dikaruniakan kepadaku adalah bahwa Rasulullah SAW wafat di rumahku, pada hari giliranku, dan di pangkuanku, serta Allah menyatukan antara ludahku dan ludah beliau saat beliau wafat. Ketika aku sedang memangku Rasulullah SAW, Abdurahman dan Abu Bakar masuk dan di tangannya ada siwak. Aku melihat Rasulullah SAW memandanginya, sehingga aku mengerti bahwa beliau menginginkan siwak. Aku bertanya, 'Kuambilkan siwak itu untukmu?'.
Beliau memberi isyarat 'ya' dengan kepala, lalu kuambilkan siwak itu untuk beliau. Rupanya siwak itu terasa keras bagi beliau, lalu kukatakan, 'kulunakkan siwak itu untukmu?’ Beliau memberi isyarat 'ya' lalu kulunakan siwak itu. Setelah itu aku menyikat gigi beliau dengan sebaik-baiknya siwak itu. Sementara itu, di hadapan beliau ada bejana berisi air. Beliau memasukan kedua tangannya ke dalam air itu, lalu mengusapkannya ke wajah seraya berkata, La ilaha illallah, sesungguhnya kematian itu ada sekarat nya.’ (Shahih Bukhari II, 640).
Seusai bersiwak, beliau mengangkat kedua tangan beliau, atau jari-jarinya mengarahkan pandangannya ke langit-langit, dan kedua bibirnya bergerak-gerak. Aisyah mendengarkan apa yang beliau katakan itu, beliau berkata, 'Ya Allah ampunilah aku; Rahmatillah aku; dan pertemukan aku dengan Kekasih yang Maha Tinggi. Ya Allah, Kekasih Yang Maha Tinggi'. (Ad Darimi, Misykatul Mashabih, Il: 547).
Beliau mengulang kalimat terakhir tersebut sampai tiga kali, lalu tangan beliau lunglai dan beliau kembali kepada Kekasih Yang Maha Tinggi. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un".