JATIMTIMES - Ikan Puyu dikenal memiliki kekuatan bertahan hidup lebih tinggi dibanding ikan lainnya. Saat lumpur mulai mengering, ikan Puyu bersembunyi di dalam lumpur untuk menghindari sinar matahari. Ikan-ikan ini menunggu kesempatan melarikan diri untuk mencari sumber air baru.
Bahkan saat menghadapi musuh, Ikan Puyu tidak pernah takut. Karena jenis ikan ini memiliki senjata untuk melindungi kehidupannya.
Baca Juga : Pasar Sepi, Pembudidaya Gurami di Kabupaten Tulungagung Lesu
Melansir situs Agro Indonesia, ikan Puyu sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Dalam bahasa daerah, ikan ini dinamakan ikan betik atau betok (Jawa dan Sunda), papuyu (Kalimantan Selatan), puyu (Malaya dan Kalimantan Timur), puyu-puyu (Padang), puyo-puyo (Bintan), geteh-geteh (Manado), dan kusang (Danau Matanua).
Dalam bahasa Inggris ikan jenis ini dikenal sebagai climbing gauramy atau climbing perch, merujuk pada kemampuannya memanjat ke daratan.
Tanda-tanda utama ikan Puyu ini adalah bentuk lonjong, ke belakang lebih pipih. Kepala besar dan mulut tidak dapat disembulkan. Seluruh permukaan badan termasuk kepalanya bersisik kasar dan besar-besar. Jari-jari keras dari sirip perut dapat digerakkan untuk berjalan di permukaan lumpur yang kering. Badan berwarna coklat agak hitam kehijauan.
Ikan puyu ini memiliki duri yang tajam. Jika burung-burung pemangsa ikan mencoba memakannya maka bisa tersedak duri dan mati. Banyak juga laporan dari ilmuwan bahwa banyak burung pelikan yang mati akibat memangsa ikan tersebut.
Yang membuat ilmuwan semakin khawatir, dikabarkan ikan ini bisa berjalan di daratan dengan menggunakan sirip depan dan bisa hidup di daratan selama hampir satu minggu. Karena daya tahan mereka yang hebat, maka hal ini bisa membuat daerah persebaran mereka meluas.
Ikan jenis ini juga tahan terhadap air garam. Bahkan saat musim kemarau, ikan puyu juga bisa melakukan hibernasi atau tidur panjang di lumpur sembari menunggu hujan turun kembali.
Di Indonesia ikan puyu bisa ditemukan di rawa-rawa, sawah, sungai kecil dan parit-parit, juga pada kolam-kolam yang mendapatkan air banjir atau berhubungan dengan saluran air terbuka. Ikan Puyu dapat tumbuh normal pada perairan dengan kisaran pH antara 4-8.
Ikan Puyu tahan terhadap kekeringan dan terkadang kuat hidup sampai hampir satu minggu tanpa air atau tinggal dalam lumpur sedikit berarir selama 1–2 bulan.
Dalam keadaan normal, sebagaimana ikan umumnya, ikan puyu bernafas dalam air dengan insang. Akan tetapi seperti ikan gabus dan lele, ikan puyu juga memiliki organ labirin (labyrinth organ) di kepalanya, yang memungkinkan alat ini sangat berguna jika ikan mengalami kekeringan dan harus berpindah ke tempat lain yang masih berair.
Ikan puyu mampu merayap naik dan berjalan di daratan dengan menggunakan tutup insang yang dapat dijadikan seperti ‘kaki depan’. Namun tentu saja ikan ini tidak dapat terlalu lama bertahan di daratan. Jika hampir mencapai seminggu, ikan ini harus segera mendapatkan air.
Baca Juga : Inilah Sejarah Bangkalan di Pulau Madura dan Legenda Tewasnya Pemberontak Sakti di Ujung Tombak Sakti
Ikan puyu adalah golongan ikan pemakan segala (omnivora), oleh karena itu mudah diberikan makanan tambahan atau buatan. Sebenarnya ikan puyu memiliki beberapa warna, ada yang berwarna coklat dan ada juga yang berwarna hijau. Warna hijau kekuningan menghiasi bagian sisik yang tumbuh di bagian samping tubuhnya.
Sedangkan pada bagian perut terdapat semacam garis gelap yang terletak secara acak hingga bagian ekor. Ikan puyu tergolong ikan berukuran kecil, yang terbesar dari jenis ini yang pernah ditemukan memiliki ukuran 25 cm.
Ikan ini memiliki ciri kepala yang besar dan menandakan bahwa ikan ini merupakan ikan predator yang ganas. Selain itu sisik yang menempel ditubuhnya juga bukan sisik sembarangan yang lunak, tapi sisik yang kuat dan tajam.
Untuk melindungi dirinya, ikan ini dibekali oleh penutup insang bagaikan duri. Tidak jarang jari manusia akan terluka saat menangkap ikan ini.
Ikan puyu tergolong ikan yang agresif. Oleh karena itu banyak penghuni air yang tidak mau berurusan dengannya. Kemampuan bertahan hidupnya juga sangat baik dan berada diatas rata-rata ikan lainnya.
Sebagai contoh ikan Puyu akan tetap bisa bertahan hidup meskipun kolam tempatnya berada kekurangan air. Berbeda dengan ikan lainnya yang hanya memiliki umur dalam hitungan bulan, ikan puyu dapat hidup hingga 6 tahun lamanya. Umur panjang ini mungkin didapat dari 2 cara pernapasan yang dimilikinya, sehingga mampu melewati masa kemarau dan masa-masa krisis lainnya.
Ikan puyu memiliki penyebaran yang cukup luas dan mencakup beberapa negara yang membentang dari India hingga Indonesia. Bahkan ikan ini juga bisa ditemukan di Cina dan negara-negara sekitar Indonesia.