JATIMTIMES - Benua Amerika kali pertama ditemukan oleh penjelajah Italia bernama Christopher Colombus pada 1492. Penemuan itu disebut sebagai penemuan terbesar di dunia. Hingga kini Benua Amerika dihuni oleh lebih dari 1 miliar orang.
Namun, sejarah mencatat, jauh sebelum Colombus datang, Benua Amerika dihuni oleh Suku Indian Cherokee yang menganut Islam. Melansir dari demokrasi.co.id, di dalam perpustakaan kongres yang berlokasi di Washington DC, diketahui terdapat arsip perjanjian antara Suku Cherokee, yakni Suku Indian, pada tahun 1787 dengan pemerintahan Amerika.
Baca Juga : Dinobatkan sebagai Tokoh Penggerak Keinsinyuran, Bupati Malang Sanusi Akan Terus Jalin Kolaborasi dengan PII
Muhammad Ibnu Abdullah bin Abdul Wahab adalah kepala Suku Cherokee yang memandatangani perjanjian tersebut. Perjanjian tersebut adalah hak kelangsungan pemerintahan, perkapalan, perdagangan oleh Suku Charokee berdasarkan pada hukum Islam.
Bahkan perjanjian itu juga termasuk membahas soal cara berpakaian yang auratnya perlu ditutup sebagaimana hukum dalam Islam.
Cara berpakaian Suku Cherokee yang menutup aurat disebutkan bahwa kaum laki-lakinya memakai turban atau sorban dan terusan sebatas lutut. Cara berpakaian ini dapat ditemukan dalam foto atau lukisan Suku Cherokee yang diambil gambarnya sebelum tahun 1832.
Secara umum, suku-suku Indian di Amerika juga percaya adanya Tuhan, yang menguasai alam semesta. Tuhan itu tidak teraba oleh pancaindra. Mereka juga meyakini tugas utama manusia yang diciptakan Tuhan adalah untuk memuja dan menyembahnya.
Baca Juga : Hasil Survei, Mayoritas Masyarakat Anggap Dirinya Religius
Hal itu seperti dituturkan oleh seorang kepala Suku Oh Yesa yang mengatakan "Dalam kehidupan hanya ada tugas yang tak terelakkan, yakni tugas doa, pengakuan harian terhadap Yang ghaib dan Abadi".
Penuturan itu sekilas mirip dengan firman Allah SWT di dalam Al Quran yang mengatakan "Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembahku" (QS. Adz Dzariyat:56).