JATIMTIMES - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mewaspadai potensi penularan Virus Marburg di Indonesia. Virus ini memiliki penularan yang sangat tinggi, namun meski begitu penyakit Virus Marburg pada 20 Februari 2023 dinyatakan importasi kasusnya rendah di Indonesia.
Namun, kewaspadaan dini ini ditingkatkan karena tingginya fatalitas Virus Marburg. penularan penyakit virus marburg yang terus berlanjut di Guinea Khatulistiwa pada 22 Maret 2023. Jumlah terkonfirmasi saat ini ada 29 kasus, termasuk 27 kematian.
Baca Juga : Cegah Kejahatan di Bulan Ramadan, Polsek Wonodadi Tingkatkan Patroli Sasar Perbankan
Selain Guinea Khatulistiwa, pada 22 Maret, wilayah Afrika Timur, Tanzania juga melaporkan 8 kasus virus Marburg, lima di antaranya meninggal dunia. Sementara tiga lainnya tengah mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit. Ini merupakan wabah pertama penyakit virus tersebut di sana.
“Kita perlu tetap melakukan kewaspadaan dini dan antisipasi terhadap penyakit virus Marburg,” ujar Juru Bicara Kemenkes, Mohammad Syahril dalam siaran pers, Rabu (29/3/2023).
Saat ini, pemerintah telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) tentang Kewaspadaan Terhadap Penyakit Virus Marburg.
Pemerintah daerah, fasilitas pelayanan kesehatan, Kantor Kesehatan Pelabuhan, SDM kesehatan, dan para pemangku kepentingan perlu mewaspadai virus Marburg.
Selanjutnya Syahril menyebut jika belum ada vaksin yang tersedia di dunia karena masih dalam pengembangan. Saat ini, ada 2 vaksin yang memasuki uji klinis fase 1, yakni vaksin strain Sabin dan vaksin Janssen.
“Belum ada obat khusus, pengobatan bersifat simtomatik dan suportif, yaitu mengobati komplikasi dan menjaga keseimbangan cairan serta elektrolit,” kata Syahril.
Apa itu virus Marburg belakangan kerap dicari oleh masyarakat? Penyakit virus Marburg (MVD) merupakan penyakit demam berdarah yang disebabkan oleh virus Marburg (termasuk dalam famili filovirus yang merupakan satu famili dengan virus Ebola) yang dapat ditularkan dari kelelawar dan antar manusia.
Kelelawar host alami virus Marburg adalah Rousettus aegyptiacus. Meski hewan tersebut bukan merupakan spesies asli dan belum ditemukan di Indonesia, namun negara +62 ini masuk jalur mobilisasi kelelawar tersebut.
Virus Marburg pertama kali dikenali pada tahun 1967, ketika wabah demam berdarah terjadi secara bersamaan di laboratorium di Marburg dan Frankfurt, Jerman dan di Beograd, Yugoslavia (sekarang Serbia).
Tiga puluh satu orang jatuh sakit, awalnya menginfeksi petugas laboratorium yang kemudian diikuti beberapa tenaga medis dan anggota keluarga yang merawat mereka. Dari total kasus tersebut, sebanyak tujuh orang dilaporkan meninggal dunia.
Gejala Virus Marburg
Dikutip dari laman resmi WHO, gejala virus marburg bisa muncul secara tiba-tiba, seperti:
- Demam tinggi
- Sakit kepala parah
- Rasa tidak enak badan yang parah
- Diare berair yang parah
- Sakit perut dan kram
- Mual dan muntah dapat dimulai pada hari ketiga
Manifestasi perdarahan yang parah bisa muncul antara 5-7 hari sejak timbulnya gejala. Pada kasus yang fatal, biasanya memiliki beberapa bentuk perdarahan, seringkali dari berbagai area. Juga, kematian paling sering terjadi antara 8 hingga 9 hari setelah timbulnya gejala, biasanya didahului oleh kehilangan banyak darah dan syok.
Cara Penularan Virus Marburg
Baca Juga : Penjelasan Peran Integritas Akademik dalam Penelitian
- Virus Marburg memiliki masa inkubasi yang bervariasi, mulai dari 2 hingga 21 hari. Adapun cara penularannya bisa menyebar melalui penularan dari manusia ke manusia, melalui:
- Kontak langsung, seperti kulit yang luka atau selaput lendir
- Darah
- Sekresi
- Organ atau cairan tubuh lain dari orang yang terinfeksi
- Permukaan atau bahan yang terkontaminasi cairan tersebut, seperti selimut atau pakaian
Kelompok yang Rentan Tertular Virus Marburg
Kelompok yang berisiko tertular virus Marburg adalah keluarga dan petugas medis yang merawat pasien yang terkena penyakit virus Marburg tanpa menerapkan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI).
Selain itu, seseorang dengan riwayat perjalanan pada negara endemis di Afrika dan memiliki kontak dengan kelelawar buah (Rousettus aegyptiacus) atau memasuki gua/tambang yang menjadi tempat tinggal kelelawar tersebut.
Cara Mencegah Virus Marburg
- Terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah virus marburg, di antaranya:
- Mengurangi kontak dengan kelelawar reservoir virus marburg. Apabila seseorang harus mengunjungi area habitat kelelawar tersebut, maka dapat menggunakan sarung tangan dan alat pelindung lainnya seperti masker
- Konsumsi daging secara matang, termasuk saat di daerah wabah virus marburg
- Menghindari kontak dengan orang yang dicurigai atau terinfeksi termasuk cairan tubuhnya
- Bagi petugas kesehatan, terapkan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
- Mencuci tangan secara rutin terutama ketika mengunjungi seseorang yang sakit atau setelah melakukan penanganan terhadap orang yang sakit di rumah
- Melakukan tatalaksana penanganan sampel cairan dan jaringan tubuh pengidap penyakit virus marburg dengan sangat hati-hati dan sesuai dengan PPI
- Menunda perjalanan pada wilayah yang saat ini terjadi wabah. Bila tidak memungkinkan, perhatikan risiko dan anjuran pemerintah wilayah/negara tujuan.