JATIMTIMES - Kata janda saat ini menjadi kata sensitif di masyarakat. Janda merupakan panggilan untuk perempuan yang sudah tak bersuami, baik dari cerai maupun ditinggal mati. Tak jarang janda sering menjadi bahan omongan di tengah masyarakat bahkan di lingkungan kerjanya dan sering didiskriminasi.
Dari banyaknya curhatan para janda ini akhirnya terbentuklah Komunitas Save Janda yang menjadi wadah sekaligus penolong bagi para janda-janda diluaran sana.
Baca Juga : HPCI Chapter Pare Rayakan 1st Anniversary
Komunitas Save Janda ini didirikan oleh Mutiara Proehoeman dari pengalaman pribadinya yang pernah menjadi seorang janda dan mendapatkan perlakuan negatif dari lingkungan sekitar.
“Saya dulu janda dari kasus Penyintas Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) yang telah dilakukan oleh mantan suami dulu. Saat menjadi janda selama 14 tahun, saya sudah merasakan sendiri bagaimana saya mendapatkan label stigma negatif di masyarakat. Tak jarang saya sebagai janda mendapatkan julukan pengganggu rumah tangga orang, wanita gatel, wanita murahan,” Kata Mutiara.
Komunitas Save Janda merupakan komunitas yang bergerak dalam melindungi dan memberdayakan janda-janda dengan tujuan membantu para janda dalam segi psikologi, ekonomi dan meminimalisir stigma label negatif para janda yang ada di masyarakat.
Berangkat dari pengalaman pribadi Mutiara yang merasakan bahwa menjadi janda perlu support dari lingkungan sekitar, akhirnya pada 24 November 2016 berawal dari media sosial Whatsapp Mutiara membentuk sebuah grup yang berisikan para janda-janda dan berhasil mengumpulkan kurang lebih 80 orang.
Di tahun 2018 secara resmi terbentuklah komunitas Save Janda. Saat ini anggota dalam komunitas Save Janda ini sudah menjadi 100 orang yang berasal dari berbagai daerah antara lain Bogor, Yogyakarta, Jakarta, Bandung, Solo, Bekasi, Sulawesi Tengah sampai Hongkong.
Dalam komunitas janda ini anggotanya terdiri dari janda, mantan janda dan sahabat janda yang bergerak dalam pemberdayaan perempuan dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang positif seputar janda.
Dalam anggotanya komunitas ini terdapat sahabat janda yang merupakan anggota non janda yang tertarik bergabung dalam komunitas ini dan akan membantu para janda dengan keahlian, tenaga/pikiran dan materi yang dimiliki sahabat janda dalam melangsungkan kegiatan-kegiatan. Dalam komunitas Save Janda ini juga memiliki 3 pilar yakni:
1. Pilar advokasi melawan stigma
Dalam pilar ini menjelaskan bahwa seorang janda masih dipandang sebelah mata dalam lingkungan masyarakat. Tak jarang jika mereka mengetahui khususnya pada sesama perempuan seorang janda akan dipandang sebagai wanita yang suka bermain dengan cowok, materialis, perebut laki orang dan dari pandangan laki-laki bahwa seorang janda menjadi wanita murahan.
Bahkan stigma dan label negatif yang pernah diterima oleh seorang janda seperti joke “jangan belok ke rumah janda dulu ya” “hati-hati kepincut janda”. Dan juga diskriminasi dari keluarga yang tidak mengizinkan anaknya untuk menikahi seorang janda.
Hal ini yang menjadikan label dan stigma Janda menjadi negatif, sehingga komunitas Save Janda akan membantu untuk meminimalisir pandangan negatif masyarakat terhadap janda menjadi pandangan positif dengan melakukan kegiatan-kegiatan seperti sosialisasi tentang pemberdayaan janda dan kegiatan positif lainnya.
2. Pendampingan psikologi
Baca Juga : Gubernur Jatim Sarankan Pemkot Malang untuk Selaraskan MCC dengan Lembaga Pendidikan
Dalam pilar ini juga menjelaskan bahwa tidak sedikit dari para janda yang bercerai karena menjadi korban KDRT. Sehingga dalam komunitas Save Janda akan membantu untuk memulihkan mental dan kondisi psikologi para janda untuk lebih bersemangat dan percaya diri dalam menjalankan kehidupan.
Namun untuk para janda yang bercerai karena ditinggal suaminya (meninggal), komunitas ini juga akan membantunya dengan membantu mengatasi luka duka yang terdalam dengan sharing dan mengobrol serta konsultasi melalui program komunitas yakni kelas motivasi untuk para janda agar tetap memulai hidup dengan optimis dan bahagia.
3. Pemberdayaan ekonomi
Dalam pilar ini juga menjelaskan bahwa menjadi seorang janda bukanlah suatu hal yang mudah terlebih jika menjadi punggung keluarga dan memiliki anak/single mother yang dituntut untuk tetap mencari nafkah serta mengurus anaknya dengan fasilitas terjamin mulai sandang, pangan, dan pendidikannya.
Sehingga komunitas Save Janda akan membantu untuk meningkatkan kesejahteraan para janda melalui wadah yang dapat menampung para janda dengan usaha dan skil/bakat yang dimiliki oleh para janda. Komunitas ini juga akan membantu para janda yang tidak mampu dengan memberikan donasi.
Dalam komunitas Save Janda ini juga melakukan kegiatan-kegiatan seperti berkampanye melalui media sosial yang dimiliki komunitas ini yakni instagram @save_janda. Dari laman instaragram tersebut komunitas ini sering melakukan sharing-sharing tentang curhatan para janda.
Tak lain juga pendiri komunitas ini Mutiara juga kerap diundang untuk podcast yang membuat komunitas Save Janda menjadi dikenal banyak orang. Dan dalam laman instagramnya para anggota Komunitas Save Janda ini juga kerap berlibur.