JATIMTIMES – Mengulik sejarah Museum Zoologi Frater Vianney yang bertempat di Jl. Mahameru VE 7 Tidar No. 10, Doro, Karangwidoro, Kecamatan Dau, Kota Malang menyimpan 12.000 lebih koleksi hewan darat dan laut asli.
Museum ini dirintis oleh Frater Vianney, BHK dan didirikan oleh Frater Clemens, BHK. Di mana, saat itu mereka memiliki hobi yang sama untuk mengoleksi hewan-hewan darat hingga laut. Ribuan koleksi tersebut semuanya asli dan sudah ada sejak 1900-an silam.
Baca Juga : Benda Mirip Janin Manusia Bikin Heboh Warga Kota Blitar di Bulan Ramadan
Kurator Museum Zoologi Frater Vianney, Irwantor Balsultor Fakdawer menceritakan awal mula hewan-hewan koleksi museum ini merupakan milik pribadi dan tidak diperbolehkan orang lain untuk melihatnya.
“Sebenarnya koleksinya ini milik pribadi dan tidak boleh dibuka untuk umum. Hingga November 2004, sekolah-sekolah boleh berkunjung untuk belajar, orang umum juga boleh untuk belajar dan melihat,” jelasnya.
“Koleksi-koleksi yang ada di sini, selain punya pendiri juga ada yang dari kenalan. Dari Dinas Balai Besar Konservasi Daerah (KSDA )Jawa Timur. Jadi ada kerja sama dengan pemerintah juga. Koleksi di sini semuanya asli dan sudah lebih dari 10 tahun,” lanjutnya.
Irwantor membeberkan, alasan diberi nama museum zoologi ini karena mengoleksi dan memberikan informasi tentang zoologi. Diketahui, terdapat jenis-jenis koleksi hewan seperti berbagai macam ular, kerang, kura-kura, terumbu karang, iguana, penyu, singa, hingga harimau.
“Koleksi unggulan di museum ini ada Kerang Nautilus dan Penyu. Nautilus dijadikan logonya museum zoologi ini karena memiliki sejarah dan juga bentuknya yang sama dengan kapal selam, bisa tenggelam bisa juga terapung. Kalau Penyu adalah penyeimbang ekosistem laut,” bebernya.
Baca Juga : Buntut Viral Wanita Pamer Tas dari Emas seharga Setengah Miliar, DJP Cek SPT-nya
Diketahui hewan koleksi pada di museum ini semuanya sudah dalam keadaan tak bernyawa dan dipajang dalam lemari kaca. Hewan-hewan koleksi juga ada yang diambil dari luar negeri.
“Koleksinya ada yang dari luar negeri seperti ular yang diambil dari Afrika. Beberapa hewan mamalia yang diambil dari Belanda dan Amerika. Telur Unta juga pendirinya ambil dari luar negeri. Kemudian untuk koleksi tertuanya adalah ular, karena almarhum pendiri dan perintis juga suka ular,” ungkap Irwantor.
Sampai saat ini museum ini pernah menerima kunjungan dari Belanda dan Rusia. Museum ini cukup terkenal di sana, karena perintis dari museum ini berasal dari Belanda serta pendirinya pernah bertugas di Belanda selama 15 tahun.