JATIMTIMES – Kampung Wonosari Go Green RW 19 yang terletak di Kelurahan Purwantoro Blimbing Malang, merupakan salah satu kampung replikasi dari kampung Glintung Go Green (3G) yang didirikan oleh Bambang Irianto.
Pada saat itu kampung tersebut sangat panas dan tidak ditanami pepohonan. Sehingga, ketua RW bersama warga setempat berinisiatif untuk melakukan penghijauan, agar bisa menjadi sebuah kampung yang sejuk dan asri. Akan tetapi, gagal karena tanamannya tidak disiram.
Baca Juga : Musrenbang RKPD Kota Kediri, Wali Kota Sampaikan Tujuh Program Prioritas Pembangunan 2024
Ketua seksi lingkungan RW 19 Kelurahan Purwantoro Dwi Moelyo menjelaskan, di tahun 2019 mereka memulai melakukan kembali penghijauan. Di mana, dibimbing oleh pendiri kampung 3G Bambang Irianto.
“2019 Bapak RW 19 almarhum Muhamad masih menawarkan penghijauan dan sudah ada gaung bersambut dari warga. Karena mereka juga merasakan udara yang sangat panas di kampung ini. Kebetulan kita kenal sama Pak Bambang, jadi pengurus kampung ini meminta supaya didampingi,” jelasnya.
Selain itu, Dinas Ketahanan Pangan Kota Malang juga, meminta untuk membina kampung Wonosari Go Green. Setelah berjalan 3 tahun kampung tersebut menjadi sangat asri, sehingga berkolaborasi dengan kampung 3G untuk menerima tamu atau kunjungan dari luar.
“Kebun garuda ini dulu sebagai tempat pembuang sampah. Akhirnya ada dua orang dari ketahanan pangan dari sisi pertaniannya menanam, kalau dari 3G itu sisi penataan. Kalau namanya hijau itu semua kampung ada, karena pembina kita sering mendapatkan tamu akhirnya berkolaborasi untuk menerima tamu,” ucapnya pada Rabu (15/03/2023).
Tanaman yang ada di kebun garuda ini adalah, hasil pembibitan dari kelompok tani masyarakat Wonosari. Sehingga, pada saat musim panen pun dilakukan bersama-sama dengan warga setempat.
“Untuk panenan di sini dari kelompok tani bareng warga yang ada di sini. Kita tawarkan ada yang butuh lombok silakan, memang sementara ini swadayanya dari masyarakat maka dikembalikan ke masyarakat. Hasil panennya kita berikan secara gratis atau dengan nilai jual di bawah pasar,” katanya.
Baca Juga : Sederet Alasann Ini Buat 97 Persen Warga +62 Antusias Menikah
“Misalnya cabai 1 kg Rp 30 rb, maka kita jualnya Rp 20 rb. Kalau gratis semua nanti untuk pupuk gak ada. Istilahnya warga menikmati hasil panen dengan murah. Sisanya nanti kita tawarkan ke luar dan ada yang menampung yaitu mimeler atau juga diminta kirim ke sekolah SMP 8 Malang,” ujar Dwi.
Dwi menuturkan, taman garuda ini sebagai bentuk pemberdayaan lansia. Karena di kampung tersebut yang paling menonjol adalah lansia yang sudah pensiun. Diketahui, kampung ini sudah cukup banyak menerima tamu dari luar kota Malang.
“Tamu pertama dari Sulawesi, Palu yang datang wali kotanya, BPIP, Kepala Desa Solo, dari Madiun Ketua Dharma Wanita, wakil menteri Agraria sampai membantu warga mengurus sertifikat rumah dengan harga yang murah. Kalau lokalan mulai SD sampai perguruan tinggi sudah sering datang,” tuturnya.
“Kalau pemerintahan ada tarif kunjungan, untuk jasa guidenya. Biasanya minta Dewi Godong yang tampil makanya di bayar untuk isi khas warga dan pengembangan fasilitas. Jika tamu ingin panen, mereka biasanya bayar tapi kita gk matok harganya. Cuma harus dirunding lagi dengan pembina kita pak bambang,” ujarnya.