JATIMTIMES - Presiden China Xi Jinping kini disebut sedang bersiap untuk perang. Ini ditegaskan seorang analis, yang muncul di televisi pemerintah Rusia, baru-baru ini. Xi disebut mempersiapkan perang melawan Barat.
Dikutip dari Newsweek, Xi Jinping juga dipublikasikan Russia Media Monitor, sebuah kelompok yang melaporkan berita, dipublikasi negara.
Baca Juga : Jaga Bakhmut dengan Sekuat Tenaga, Zelensky Beri Penghormatan ke Pasukannya
Sementara, Pakar China bernama Nikola Vavilo, ia menyinggung hubungan Beijing dan Washington yang selalu bermusuhan.
Ia menilai jika Xi sudah mempersiapkan perang sejak menjabat lebih dari satu dekade lalu. Perlu diketahui Xi menjadi Presiden China 14 Maret 2013.
"Sejak berkuasa, kamerad Xi telah bersiap untuk perang," kata Vavilov, dikutip Senin (6/3/2023).
"Dia memberi perintah untuk mempersiapkan pasukan yang mampu memenangkan perang. Xi Jinping tidak meragukan rencana orang Amerika," tegasnya.
Kemungkinan terjadinya perang antara AS dan China adalah kekhawatiran yang konsisten. Hal itu akan terus meningkat bagi para pejabat pertahanan dan kebijakan luar negeri.
Sekretaris Angkatan Darat Christine Wormuth, dalam awal pekan ini juga mempertegasnya. Ia memperingatkan bahwa konflik dengan China akan sangat membahayakan "tanah air Amerika Serikat".
"Karena serangan kinetik dan serangan non kinetik, apakah itu serangan siber di jaringan listrik atau jaringan pipa," tambahnya.
Sementara, mengutip CNBC International, Kementerian Keuangan China menegaskan akan meningkatkan pengeluaran pertahanan tahun ini sebesar 7,2% menjadi 1,56 triliun yuan (Rp 3.436,2 triliun), Minggu. Anggaran pertahanan China tumbuh 7,1% tahun lalu menjadi 1,45 triliun yuan.
Baca Juga : Kisah Sophia Binti Abdul Muthalib Bibi Nabi Muhammad yang Menyamar Menjadi Pria semi Selamatkan Umat Islam
Menurut data resmi, ini lebih cepat dari kenaikan 6,8% pada 2021 dan kenaikan 6,6% pada 2020. Pada 2019, belanja pertahanan China naik 7,5% menjadi 1,19 triliun yuan.
Meski begitu, laporan itu tak menyebut perang dengan AS. Melainkan "langkah tegas untuk menentang kemerdekaan Taiwan'" sambil tetap berpegang pada seruan Beijing untuk "reunifikasi damai".
Taiwan sendiri adalah pulau dengan pemerintahan sendiri yang diperintah secara demokratis namun diklaim Beijing sebagai bagian dari wilayahnya. Perlu diketahui AS adalah pendukung utama Taiwan.
Masih dari CNBC International, pemerintah AS pada Desember mengesahkan pengeluaran pertahanan lebih dari US$800 miliar untuk tahun fiskal yang berakhir pada 30 September 2023. Selain inflasi domestik, juga ditujukan kebutuhan untuk melawan kemampuan militer China dan Rusia.
"Itu jauh lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya," tulis media itu.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan, Pada tahun fiskal 2022, AS membelanjakan US$767 miliar atau 12% dari anggarannya untuk pertahanan nasional. Itu sekitar 2% lebih banyak dari US$755 miliar yang dihabiskan pada tahun 2021.