JATIM TIMES - Komunitas literasi di Bandung Asian African Reading Club (AARC) ini membudayakan semangat membaca dengan metode tadarus buku yang dilakukan tiap hari Rabu sore secara bergulir dengan pembacaan secara tadarusan (bersama).
Hal ini bertujuan agar mendapatkan pemahaman nilai, pengetahuan lewat karya pemikiran, dikhususkan pada gagasan para penulis Asia-Afrika.
Baca Juga : Kenabian Nabi Muhammad SAW Juga Diramalkan dalam Kitab Wedha, Apa Benar?
Asian African Reading Club (AARC) merupakan himpunan pembaca yang hedak mempelajari Semangat Bandung atau nilai-nilai Konperensi Asia-Afrika 1955. AARC berdiri di Bandung pada 15 Agustus 2009. Tepatnya di Ruang Bendera, Museum Konsperensi Asia-Afrika.
AARC bukan salah satu komunitas yang menerapkan metode tadarus buku melainkan terdapat beberapa komunitas baca lain juga menerapkan. Metode tadarus buku yang dilakukan oleh AARC ini diawali dengan duduk di kursi melingkar dengan membaca satu buku secara bergantian yakni ada yang mendengarkan dan yang membaca buku.
Dalam wawancara melalui email dengan Kak Adew mengatakan, mereka menganut pembacaan yang lambat demi mencerna apa yang tertulis. Mengingat, tak perlu tergesa-gesa untuk menuntaskan satu buku.
“Seberat apapun tema bukunya, dan setebal apapun halamannya, kami berusaha menamatkan buku yang sudah ditetapkan bersama. Soal durasi atau masa pembacaan memang akan berbeda-beda,” ucap Kak Adew.
Tapi yang utama menurutnya adalah dapat menemukan hal-hal yang dirasa menarik, dan menjadi bahan bakar serta pantikan yang mendorong rasa penasaran kita untuk memulai satu pengkaryaan atas apa yang telah dibaca itu.
“Dari teknik membaca tersebut kami pun mengetahui bagaimana sang penulis menuliskan pokok pikirannya, dengan pola ungkap dan gaya yang khas, lewat diksi, metafora, ungkapan, hingga nada dan rasa yang tercuatkan, sehingga kita pun bisa mengikuti ragam tulisan yang bertebaran itu,“ jelas Kak Adew.
Baca Juga : DPRD Kota Malang Minta Masa Depan Tarekot Diperhatikan: Harus Ada Inovasi
Tidak hanya pembahasan dengan sesama anggota saja, AARC juga menghadirkan narasumber seperti akademisi, sastrawan, penulis untuk menjadi pembahas materi dan berbagi ilmu serta pengalamnnya terhadap materi yang dibaca tersebut.
“Sekali lagi, gaya membaca seperti ini tak jauh beda dengan seseorang yang mengunyah makanan sampai lembut, tanpa harus terburu-buru mencari makna yang terkandung di dalamnya. Pokoknya, setiap kata, kalimat dan tulisan dibaca secara nyaring dengan gaya pembacaan yang beraneka macam bunyi dan warna suara yang berlain-lainan dari para peserta tadarus, tapi sungguh itu seperti sebuah pertunjukan,“ jelas Kak Adew.