free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Internasional

Fakta-fakta Baru Gempa Turki Suriah

Penulis : Mutmainah J - Editor : Nurlayla Ratri

10 - Feb - 2023, 18:09

Placeholder
Penampakan kerusakan yang disebabkan gempa yang terjadi di Turki. (Foto dari internet)

JATIMTIMES - Upaya penyelamatan terhadap korban-korban gempa Turki Suriah yang terjadi pada Senin (6/2/2023) terus dilakukan hingga saat ini.

Beberapa negara dan lembaga internasional terus mengirimkan tim evakuasi untuk membantu menyelamatkan korban yang tertindih reruntuhan gedung.

Baca Juga : Angin Kencang Porak Porandakan Jakut, Ini Penjelasan BMKG

Gempa sebelumnya yang terjadi dengan kekuatan 7,8 itu terjadi di Kahramanmaras, Turki. Gempa terjadi karena gerakan Sesar Anatolia Timur, yang lokasinya berada pada tiga lempeng aktif bumi, yakni Lempeng Anatolia, Lempeng Arab, dan Lempeng Afrika.

Dikutip dari CNBC, ada beberapa fakta baru yang ditemukan dalam gempa Turki Suriah itu, di antaranya:

Jumlah Korban 21.000

Gempa dahsyat yang mengguncang Turki itu menelan banyak jiwa. Hingga saat ini, Jumat (10/2/2023), jumlah korban sudah menginjak 21.051. Sebanyak 17.674 korban meninggal ditemukan di Turki sementara 3.377 di Suriah.

Angka itu diyakini akan terus bertambah sebab banyaknya bangunan runtuh yang belum terevakuasi karena cuaca yang dingin.

Turki Suriah Alami Kerugian Rp 60 T

Lembaga Pemeringkat, Fitch melaporkan bahwa gempa bumi yang mengguncang Turki dan Suriah diprediksi menimbulkan kerugian ekonomi sebesar US$4 miliar. Ini sekitar Rp60,4 triliun (asumsi kurs Rp15.115/US$).

"Kerugian ekonomi sulit diperkirakan karena situasinya yang terus berkembang, tetapi tampaknya lebih dari US$2 miliar (sekitar Rp30,2 triliun) dan bisa mencapai US$4 miliar atau lebih," lapor Fitch Ratings, dikutip dari AFP.

Fitch melaporkan bahwa kerugian yang diasuransikan akan jauh lebih rendah, yaitu sekitar US$1 miliar atau sekitar Rp15,1 triliun. Wilayah tersebut memiliki cakupan asuransi yang rendah. 

Presiden dan Wapres Taiwan Sumbangkan Gaji

Bencana yang menimpa Turki rupanya menarik empati dari pemimpin Taiwan, Tsai Ing Wen dan Wakil Presiden William Lai.

Keduanya diketahui telah menyumbangkan gajinya selama satu bulan penuh terhadap Turki. Hal itu disampaikan kantor kepresidenan, Kamis kemarin.

"Presiden dan Wakil Presiden berharap dapat melakukan bagian mereka untuk membantu Turki membangun kembali tanah airnya secepat mungkin," kata kantor kepresidenan dalam sebuah pernyataan, dikutip Reuters.

Selain menyumbang gaji, Taiwan juga mengirimkan dua tim penyelamat ke Turki untuk membantu mencari korban selamat.

Hal yang serupa juga dilakukan Tsai dan Lai, untuk Ukraina, dimana keduanya menyumbangkan gajinya untuk pemulihan Ukraina usai perang terjadi. 

Mengutip laman yang sama, Tsai digaji sekitar US$ 13.300 (Rp 201 juta) sebulan.

Sebelumnya, Turki pernah bergabung dengan upaya internasional dan mengirim penyelamat ke Taiwan pada 1999. Ini setelah gempa besar menewaskan lebih dari 2.000 orang di pulau itu.

"Saya ingin berterima kasih kepada semua karena tidak takut akan kesulitan dan berusaha sekuat tenaga sehingga Taiwan dan Turki dapat saling membantu," tulis Tsai di halaman Facebook-nya.

Ada Peran Teknologi AS di Balik Gempa Turki

Baca Juga : PWI Malang Raya Peringati HPN, Wali Kota Malang Sampaikan Hal Ini

Gempa yang menimpa Turki dikaitkan dengan High-frequency Active Auroral Research (HAARP) milik Amerika Serikat (AS) oleh beberapa teori konspirasi.

Program adalah proyek bersama Angkatan Udara AS dan Angkatan Laut AS pada tahun 1993 dengan kendali dialihkan ke University of Alaska Fairbanks (UAF) pada tahun 2015.

Sebelumnya, beredar sebuah postingan di Facebook yang mengungkap bahwa fasilitas riset HAARP di Alaska bisa mengendalikan cuaca Bumi. Caranya dengan menggunakan partikel logam bergetar di atmosfer dengan gelombang radio, demikian dikutip dari Canberra Times.

Dalam postingan itu disebutkan jika pesawat digunakan untuk menebar partikel di atmosfer, sebelum fasilitas HAARP mentransmisikan gelombang radio ke partikel. Dengan demikian mereka dapat mengubah cuaca.

Namun menurut pendapat para ahli dalam waktu beberapa hari terakhir yang disampaikan pada AAP FactCheck, HAARP tidak berdampak pada troposfer atau stratosfer tempat pesawat terbang dan cuaca terjadi.

Disebutkan, fitur utama HAARP adalah pemancar frekuensi tinggi yang digunakan untuk mempelajari ionosfer, bagian dari atmosfer atas bumi.

"Transmisi radio HF (Frekuensi Tinggi) berkaitan dengan interaksi dengan partikel terionisasi - elektron, di ionosfer, di atas ketinggian 100 km. Cuaca di permukaan tanah didorong oleh efek geofisika, sebagian besar pemanasan matahari, ke atmosfer netral yang jauh lebih dekat ke tanah," kata Profesor Fred Menk, seorang ahli ionosfer bumi dan magnetosfer dari University of Newcastle, menggambarkan klaim Facebook tersebut hanya omong kosong.

"Ada sejumlah besar pemancar HF secara global yang mengarahkan sinyal daya menengah atau tinggi ke ionosfer. Ini digunakan untuk penyiaran radio jarak jauh dan tujuan lain seperti pengawasan (radar) dan memantau keadaan ionosfer," tambahnya.

Erdogan Diserang Warga Turki

Warga Turki disebut marah terhadap Presiden Recep Tayyip Erdogan. Hal itu disebabkan lambannya tim evakuasi datang ke lokasi bencana.

Hal itu kemudian dikaitkan dengan pemilihan presiden pada 14 Mei mendatang. Gempa bisa memunculkan konsekuensi besar, tak hanya bagi populasi dan ekonomi Turki tapi juga perpolitikan Turki.

"Jika ada salah penanganan dalam upaya penyelamatan, masyarakat akan frustasi dan akan ada reaksi pergolakan," ujar pendiri Cribstone Strategic Macro, Mike Harris, dikutip dari CNBC International, Kamis (9/2/2023).

"Dan masalah lainnya tentu saja adalah gedung-gedung yang telah runtuh. Sejauh ini dibangun di bawah kode baru dan pihak berwenang tidak memberlakukan peraturan. Mungkin ada pukulan serius bagi Erdogan sehingga ia kehilangan kendali atas narasinya," lanjut Harris.

Pernyataan serupa juga diucapkan oleh direktur program Turki di Institut Timur Tengah AS, Gonul Tol. Menurutnya, kemarahan terlihat jelas di Hatay, salah satu provinsi yang paling terdampak, di mana beberapa warga yang frustrasi mulai marah kepada Erdogan.

"Saya tidak bisa membayangkan dia (Erdogan) tidak terpengaruh oleh ini karena tingkat frustrasinya, saya melihat kemarahan itu secara langsung. Saya yakin itu akan berdampak," kata Tol.

Lebih lanjut, Tol membandingkan jumlah organisasi sipil yang membantu gempa besar 1999 dengan saat ini. Menurutnya, menurunnya angka bantuan itu karena sikap represif Erdogan termasuk penahanan banyak orang dalam klaim kudeta gagal tahun 2016.

"Dua puluh tahun kemudian, kita tidak berada di tempat yang lebih baik. Erdogan tidak hanya melemahkan institusi negara tetapi dia juga melemahkan masyarakat sipil Turki," jelasnya.


Topik

Internasional



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Mutmainah J

Editor

Nurlayla Ratri