JATIMTIMES - Charlie Hebdo kembali disorot usai menerbitkan kartun terkait gempa berkekuatan M 7,8 yang menewaskan ribuan orang di Turki dan Suriah.
Gambar yang dibuat oleh seniman Pierrick Juin menunjukkan bangunan yang nyaris roboh di tengah tumpukan puing dengan tulisan: "Tidak perlu mengirim tank." Kartun itu kemudian memicu kemarahan di media sosial.
Dilansir dari Al Jazeera, pengguna media sosial mengatakan kartun yang diunggah di Twitter pada Selasa (7/2/2023) itu mengolok-olok tragedi yang berdampak pada jutaan orang di dua negara dan menyebut gambar itu "menjijikkan", "memalukan", dan mirip dengan "ujaran kebencian".
Baca Juga : Update Korban Gempa Turki Terus Bertambah, 2 WNI Ibu dan Anak Kehilangan Nyawa Tertimpa Bangunan
Seorang pengguna mengatakan kartun itu merupakan "satu-satunya sumber pendapatan untuk surat kabar ini adalah Islamofobia".
Komik strip itu bahkan mendapat balasan dari Ibrahim Kalin, juru bicara kepresidenan Turki. "Orang barbar modern!" dia mecuit. "Tercekik dalam kebencian dan dendammu."
Sementara, ada salah satu wanita bernama Sara Assaf menanggapi komik itu dengan mengatakan bahwa dia menarik dukungannya untuk majalah tersebut. "Je ne suis plus Charlie" (Saya bukan lagi Charlie).
Tulisan itu mengacu pada slogan "Je suis Charlie" (Saya Charlie) yang diadopsi oleh pendukung media itu setelah serangan 7 Januari 2015 di kantor mereka.
Pada waktu itu, dua bersaudara yang mengaku berafiliasi dengan al-Qaeda melepaskan tembakan ke markas Charlie Hebdo di Paris, menewaskan 12 orang sebagai pembalasan atas penggambaran kartun Nabi Muhammad.
Serangan itu kemudian memicu pada curhaan solidaritas global dengan Prancis. Tak hanya itu, serangan itu juga menimbulkan perdebatan mengenai apa yang dimaksud dengan kebebasan berbicara.
"Kami bersamamu selama rasa sakitmu. Apa yang kita alami sekarang adalah bencana bagi umat manusia!" kata seorang pengguna, sebelum menyimpulkan: "Tidak, ini bukan humor."
Baca Juga : Sebulan Capai Miliaran Pengakses, Ini Situs Terfavorit Warna Dunia
Lalu, Cendekiawan Muslim Amerika Omar Suleiman menilai mengejek kematian ribuan Muslim adalah "puncak dari bagaimana Prancis telah merendahkan kita dalam segala hal."
Beberapa pengguna mencatat bagaimana orang Turki telah melakukan pawai dukungan setelah serangan 2015, bersatu di belakang kampanye "Je suis Charlie", hanya untuk dibalas dengan apa yang dianggap banyak orang sebagai cemoohan.
Analis politik Öznur Küçüker Sirene berbicara kepada majalah tersebut dalam sebuah cuitan.
"Bahkan orang Turki adalah 'Charlie Hebdo' untuk berbagi kesedihan Anda dan hari ini Anda berani mengejek penderitaan seluruh rakyat. Seseorang harus benar-benar berani melakukan ini sementara masih ada bayi yang menunggu untuk diselamatkan di bawah reruntuhan," katanya.
Sementara, pengguna lain yang merupakan pendukung dari Charlie Hebdo, menilai komik itu sebagai pameran "semangat sejati" dari Charlie.
Bahkan beberapa pendukung Charlie berusaha dengan keras membela komik itu dengan menyebut komik itu sebaga "sindiran" dan membutuhkan "konteks".