free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa

Pendiri Ponpes Waria Al Fatah, Shinta Ratri Meninggal Dunia 

Penulis : Binti Nikmatur - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

01 - Feb - 2023, 21:50

Placeholder
Perintis waria muslim di Indonesia, Shinta Ratri meninggal dunia (foto: @GUSDURian)

JATIMTIMES - Perintis waria muslim di Indonesia, Shinta Ratri dikabarkan meninggal dunia pada Rabu (1/2) pagi. Kabar itu ramai diperbincangkan warganet Twitter hingga menjadi salah satu trending topic. 

Salah satu penulis, Andreas Harsono turut menuliskan ungkapan belasungkawa melalui akun Twitternya. 

Baca Juga : 11 Aturan Aneh di Korea Utara, Wisatawan Jangan Foto Sembarangan!

"Shinta Ratri telah hidup sebagai waria, atau waria, sejak berusia 18 tahun dan seiring berjalannya waktu, ia mengenal jaringan waria lain di Yogyakarta. Dia membuka pesantren pada tahun 2008," cuitnya. 

"Pada tahun 2019, Kedutaan Besar Irlandia menyelenggarakan acara di Jakarta untuk Shinta Ratri ketika dia menerima penghargaan hak asasi manusia dari Dublin. Kepergiannya merupakan kerugian besar bagi Indonesia," imbuhnya. 

Shinta Ratri dikabarkan meninggal karena sakit jantung. Jenazahnya telah dimakamkan siang ini di Makam Semoyan, Banguntapan, Bantul. 

Diketahui, sosok Shinta dikenal sebagai aktivis transpuan yang kerap menyuarakan hak orang yang mengalami perubahan gender seperti dirinya. Termasuk hak untuk para waria bisa beribadah. Oleh karenanya, Dia mendirikan Ponpes Waria Al-Fattah di Jogja. 

Ponpes yang dibangun sejak 2014 itu telah memiliki sekitar 40 santri yang mayoritas waria. Di ponpes itu, para waria mengisi waktu dengan belajar agama dan pengetahuan. Kegiatan agama sendirinya biasanya diisi setiap Minggu dan Senin. 

Melansir YouTube BBC News yang berkunjung ke Ponpes Waria Al Fattah, ada alasan utama mengapa Sintha membangun ponpes tersebut. Yakni waria itu manusia juga yang punya hak untuk beribadah. 

Saat itu, menurut almarhum Sintha, kebanyakan waria dilarang beribadah karena waria hanya boleh ibadah jika sudah bertaubat menjadi laki-laki. Karena waria kerap mendapatk citra negatif dari masyarakat. 

Baca Juga : Kabar Penculikan Anak Meresahkan, Polres Tulungagung Nyatakan Hoax

Pada 2016, pesantren itu sempat dibubarkan oleh kelompok Islam fundamentalis. Pada saat itu, almarhum Sintha dibawa ke balai kelurahan hingga disaksikan oleh masyarakat dan perangkat desa. Namun Shinta meyakini kebenaran itu akan muncul dengan sendirinya. 

Ponpes tersebut merangkul lebih banyak komunitas waria yang mayoritas berprofesi sebagai pengamen dan pekerja seks, kemudian berhijrah. 

Selain agama, para waria di ponpes itu juga mendapatkan kelas keterampilan. Seperti tata rias atau terapi pijat kesehatan. Tujuannya agar para waria punya pekerjaan alternatif dan tidak menggantungkan pekerjaan dari jalanan. 

Bukan hanya muslim, ponpes yang diiniasi almarhum Sintha juga menerima waria dari non muslim. Ponpes juga bekerjasama dengan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) untuk membimbing agama non muslim tersebut. 

Hingga berita ini ditayangkan, 'Shinta Ratri' pun masih berada di deretan top trending Twitter. Ada ribuan orang yang menyampaikan belasungkawa kepada aktivis transpuan tersebut. 


Topik

Peristiwa



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Binti Nikmatur

Editor

Sri Kurnia Mahiruni