JATIMTIMES - Jerman berubah pikiran untuk mengirimkan pasokan senjata yang lebih canggih ke Ukraina.
Ukraina yang berharap akan mendapat pasokan persenjataan yang lebih canggih dari sekutu Barat untuk digunakan melawan Rusia mendapat ganjalan dari Jerman.
Baca Juga : Viral, Bayi Dikerokin, Netizen: Demi Uang, Akal Sehat HilangĀ
Kanselir Jerman Olaf Scholz menegaskan kembali bahwa Jerman tidak akan mengirim jet tempur ke Ukraina.
Setelah perdebatan sengit selama berminggu-minggu dan tekanan yang meningkat dari sekutu, Scholz baru-baru ini mengizinkan negara-negara Eropa lainnya untuk mengirim 14 tank Leopard 2 ke Ukraina.
Namun, hal itu hanya bersifat saran. Sementara Jerman, enggan untuk mengirimkannya karena hal itu dapat merusak kepercayaan warga terhadap keputusan pemerintah.
"Saya hanya dapat menyarankan untuk tidak terus-menerus melakukan perang penawaran dalam hal sistem persenjataan," kata Scholz dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Tagesspiegel, dikutip AFP, Senin (30/1/2023).
"Jika, segera setelah keputusan (tentang tank) dibuat, debat berikutnya dimulai di Jerman, itu tidak dianggap serius dan merusak kepercayaan warga terhadap keputusan pemerintah." Sambungnya.
Sebelumnya, Scholz memberi lampu hijau pengiriman tank disertai dengan pengumuman AS bahwa mereka akan mengirim 31 tank Abrams.
Lampu hijau itu juga telah mendapat tanggapan dari Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky. Ia berterimakasih kepada Berlin dan Washington atas langkah tersebut.
Langkah itu menurut Zelensky sebuah terobosan dalam upaya mendukung negara yang dilanda perang itu.
Baca Juga : Bakar Al Quran Akan Jadi Kegiatan Rutin Tiap Jumat Paludan, Bila Turki Lakukan Ini
Namun, Zelensky menekankan bahwa Ukraina membutuhkan lebih banyak senjata berat dari sekutu NATO untuk menangkis pasukan Rusia, termasuk jet tempur dan rudal jarak jauh.
Lalu pada sebuah wawancara, Scholz memperingatkan Ukraina agar tidak meningkatkan "risiko eskalasi", dengan Moskow telah mengecam keras janji tank tersebut.
"Tidak ada perang antara NATO dan Rusia. Kami tidak akan membiarkan eskalasi seperti itu," katanya.
Lebih lanjut Kanselir Jerman itu juga mengungkap bahwa dirinya perlu melakukan komunikasi dengan presiden Rusia, Vladimir Putin. Sebab komunikasi para pemimpin terakhir terjalin pada bulan Desember awal kemarin.
"Saya akan berbicara dengan Putin melalui telepon lagi," kata Scholz.
"Tapi tentu saja juga jelas bahwa selama Rusia terus mengobarkan perang dengan agresi yang tidak mereda, situasi saat ini tidak akan berubah."