JATIMTIMES - Wali Kota Malang Sutiaji menegaskan, bahwa keberhasilan yang diperoleh Pemerintah Kota (Pemkot) Malang saat ini tidak lepas dari tanaman-tanaman keberhasilan dari pemimpin kepala daerah terdahulu.
"Saat ini (Pemkot Malang) berhasil karena ada tanaman keberhasilan pemimpin-pemimpin sebelumnya," ujar Sutiaji kepada JatimTIMES.com, Sabtu (14/1/2023).
Baca Juga : Ayah Brigadir J Sebut Putri Candrawathi Sedang Membangun Skenario Baru dengan Penampilan Barunya
Hal itu disampaikan Sutiaji usai bertemu dengan mantan Wali Kota Malang Mochamad Anton periode 2013-2018 di sela-sela pemakaman Direktur Utama (Dirut) PT JatimTIMES Network Ir H Ghufron Marzuqi. Di mana ketika menjabat sebagai Wali Kota Malang, Mochamad Anton didampingi Sutiaji sebagai Wakil Wali Kota Malang.
Menurut Sutiaji, pertemuan secara tidak disengaja dengan mantan Wali Kota Malang Mochamad Anton merupakan hal yang wajar-wajar saja. Terlebih lagi, jalinan persaudaraan yang terbangun sejak dulu juga harus tetap terjaga.
Orang nomor satu di lingkungan Pemkot Malang ini mengatakan, bahwa keberhasilan yang telah dicapai Pemkot Malang saat ini merupakan tanaman kebijakan yang sifatnya berkelanjutan dari pemimpin-pemimpin sebelumnya dan tidak terputus.
"Keberhasilan Abah Anton sudah ada tanaman keberhasil oleh Pak Peni. Keberhasilan Pak Peni sudah ditanamkan oleh Pak Suyitno. Keberhasilan Pak Yit sudah ditanamkan oleh Pak Samto dan seterusnya. Jangan ada stigma yang nggak benar, seakan-akan Wali Kota itu hebat. Saat ini Sutiaji itu hebat, nggak. Yang hebat itu masyarakatnya dan jasanya wali kota-wali kota sebelumnya," jelas Sutiaji.
Alumnus UIN Maliki Malang (dulunya IAIN Malang) mengatakan, bahwa jalinan komunikasi dengan seluruh masing-masing kepala daerah terus terjalin dengan baik. Sutiaji pun menegaskan, bahwa jangan sampai ada pikiran bahwa kepala daerah sebelumnya itu jelek.
"Pemimpin yang lama adalah orang hebat. Kita bisa berhasil karena keberhasilan-keberhasilan pemimpin yang lama, tolong digaris bawahi. Sutiaji ini meneruskan dan niat saya adalah untuk ibadah, sandaran hanya kepada Tuhan," terang Sutiaji.
Menurutnya, ketika sandaran seorang kepala daerah hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka dirinya memiliki keyakinan, segala yang dilakukan akan sesuai dengan amanah masyarakat.
Baca Juga : Tolak Pakai Pengaman, Pria di Tulungagung Tewas Jatuh dari Mahoni
Lebih lanjut, ketika terjadi pro dan kontra di masyarakat, hal itu merupakan proses demokrasi yang berkembang. Di mana masyarakat kemungkinan masih belum mengetahui dan satu frekuensi dengan program kebijakan yang dicanangkan oleh kepala daerah.
"Mungkin sudut pandangnya yang berbeda. Ya nggak mungkin semuanya orang itu diajak berpikir terus menyambung semua. Tapi berbeda bukan berarti perpecahan, itu menjadi suatu keindahan," tutur Sutiaji.
Sementara itu, kepala daerah yang hobi bersepeda ini mengatakan bahwa politik merupakan sarana untuk menjadi kepala daerah. Tetapi, ketika sudah menjadi kepala daerah, yang dipikirkan bukan identitas politik dari masing-masing kepala daerah.
"Politik itu hanya sarana, tujuannya adalah untuk bagaimana masyarakat kita itu terayomi, ada kehadiran negara, kehadiran pemerintah di tengah-tengah masyarakat ini yang perlu disampaikan," pungkas Sutiaji.
