JATIMTIMES - Adanya cuaca ekstrem setidaknya masih harus diwaspadai pada awal tahun 2023 ini. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan, puncak musim hujan akan terjadi pada bulan Januari 2023 ini.
Dimana dari prakiraan BMKG, pada pekan pertana hingga 8 Januari 2023 ini, didapati adanya pola tekanan rendah Ex-TC Ellie di Australia bagian utara. Hal itu mengakibatkan terbentuknya konvergensi atau pertemuan angin di wilayah Pulau Jawa.
Baca Juga : PT Hegel Ecotech Indonesia Penyedia Solar Water Heater Unggul Terpercaya
"Maka perlu diwaspadai peningkatan kecepatan angin yang dapat mencapai lebih besar dari 20 knot (40km/jam) dari pagi hingga sore hari di seluruh wilayah Jawa Timur," ujar Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Jatim, Taufiq Hermawan melalui keterangan resminya.
Selain itu, potensi cuaca ekstrem yang diakibatkan beberapa hal seperti aktifnya La Nina, Gelombang Rosby dan Gelombang Kelvin di beberapa wilayah Jawa Timur. Termasuk Kabupaten Malang, Kota Malang dan Kota Batu.
"Patut diwaspadai potensi terjadi bencana hidrometeorologi seperti genangan air, banjir, banjir bandang, puting beliung, hujan es maupun tanah longsor untuk wilayah dataran tinggi," imbuhnya.
Untuk itu, masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap dampak atas potensi bencana bencana yang mungkin bisa terjadi. Selain itu juga masyarakat juga diharapkan agar selalu memantau informasi terkini.
Sementara itu, untuk La Nina yang beberapa kali cukup berdampak di Indonesia diperkirakan juga masih akan terjadi hingga Maret mendatang. Namun, Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi Jawa Timur di Karangploso Malang Meilani mengatakan, La Nina di awal tahun diketahui mengalami pelemahan intensitas.
"Kondisi La nina yang berdampak pada bertambahnya curah hujan di Indonesia, saat ini menunjukkan intensitas lemah, diprediksi masih ada hingga Maret 2023. Kemudian, akan berangsur netral," ujar Meilani.
Baca Juga : PT Hegel Ecotech Indonesia, Penyedia Pemanas Air Tenaga Surya Unggul Terpercaya
Sedangkan potensi hujan yang terjadi saat ini, disinyalir disebabkan aktifnya Monsun Asia, yang membawa massa uap air sehingga berdampak pembentukan awan hujan di Indonesia. Hal tersebut juga termasuk terjadi di Jawa Timur.
"Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk waspada akan dampak dari potensi cuaca ekstrem yang bisa terjadi, baik itu hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, petir maupun angin kencang," imbuh Meilani.
Dalam tiga tahun terakhir ini, dirinya membenarkan bahwa La Nina lah yang membuat curah hujan menjadi tinggi. Bahkan juga tak jarang saat musim kemarau hujan terjadi. Namun menurutnya, kondisi terbaru saat ini La Nina melemah.
"Setelah Maret 2023 diperkirakan (La Nina) kemudian berlangsung netral, nanti kami update lagi informasinya," pungkasnya.