JATIMTIMES - Harga ikan gurami yang lesu membuat para pembudidaya di Kabupaten Tulungagung memilih menahan untuk menjualnya. Selain harga konsentrat atau pelet yang tinggi, penjualan ikan di angka kering Rp 26 ribu dan basah Rp 31 ribu (harga saat ini) dipastikan tidak membawa keuntungan pembudidaya.
"Kalau disebut rugi ya tidak, modalnya kembali saja. Tapi kan waktu dan tenaga juga harus dihitung dalam setiap usaha," kata Andri (32) pembudidaya gurami di wilayah Sumbergempol.
Baca Juga : Listrik Padam 7 Jam, Pelaku Usaha Meradang dan SPBU Tak Bisa Layani Masyarakat
Kembali ke pelet, sebagai makanan utama gurami harga saat ini terus mengalami kenaikan tapi rendemen ikan mengalami penurunan. "Di titik ini, pembudidaya masih belum bisa memilih mana yang terbaik. Jadi ada yang bertahan dengan merk lama dan ada yang coba-coba pelet baru," ujarnya.
Alasan para supplier yang biasa mengirim ikan ke Jakarta dan wilayah lain masih sama. Selain kondisi banjir, turunnya harga saat ini dipengaruhi lesunya pasar. "Alasannya masih sama, sepi dan lainnya. Kita masih tahan dulu meski sudah waktunya mengeluarkan," ungkapnya.
Karena itu, Andri memberikan makan ikan jika biasanya dua kali selama ini diberikan sekali sehari. Campuran makanan yang diberikan pada ikan yang sebenarnya sudah waktunya panen ini, ditambah daun-daunan agar kondisi ikannya tetap sehat dan bisa menambah berat timbangan saat panen tiba.
Baca Juga : Libatkan Banyak Dokter, Kompolnas: Agar Hasil Autopsi Korban Kanjuruhan Bisa Cepat Selesai
Dari informasi yang dihimpun, selain cuaca dan alasan sepi sebenarnya banyaknya pembudidaya ikan hias yang kembali ke gurami akibat harga ikan jenis kontes juga mengalami penurunan drastis.