free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa

Sosok Vano Korban Tragedi Kanjuruhan di Mata Keluarga: Pendiam, Manja dan Suka Disuapi Ibunya

Penulis : Ashaq Lupito - Editor : Dede Nana

21 - Oct - 2022, 21:31

Placeholder
Prosesi pemakaman Reivano Dwi Afriansyah, korban tragedi Kanjuruhan yang meninggal setelah menjalani perawatan di RSSA selama 21 hari. (Foto : Ashaq Lupito / Jatim TIMES)

JATIMTIMES - Korban tragedi Kanjuruhan Reivano Dwi Afriansyah atau yang akrab disapa Vano, semasa hidupnya dikenal sebagai anak yang pendiam dan manja kepada orang tuanya. Bahkan, tidak jarang meski sudah duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), remaja yang wafat di usianya yang ke-17 tahun itu sering minta untuk disuapi ibunya saat makan.

Kenangan itu disampaikan oleh ayah almarhum, Arif Yuniarto saat ditemui awak media di rumah duka yang beralamat di Jalan Kebonsari RT 4, RW 1, Kebonsari, Ngebruk, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, Jumat (21/10/2022) siang.

Baca Juga : Cuaca Ekstrem Diperkirakan hingga 25 Oktober, Masyarakat Diminta Waspada

"Sehari-harinya dia itu pendiam, sama ibunya manja. Waktu kelas 2 itu (SMK) kalau makan minta di suapin. 'Buk dulang makane iko ibuk e langsung ngedrop. (Ibu saya minta disuapi, oleh karenanya ibunya saat ini ngedrop)'. Kalau tidak disuapi dia tidak mau makan kadang-kadang," ungkap ayah mendiang Vano saat menceritakan kenangan manis bersama putranya.

Selain dikenal dekat dengan orang tuanya, remaja belasan tahun itu juga sosok yang sangat pendiam. Bahkan, tidak jarang ketika berada di rumah dia hanya menghabiskan waktunya di depan teras rumahnya.

"Pendiam anaknya, paling ya cuman nongkrong ndek situ, mainan HP (handphone). Pas tak lihat, oh ya sudah. Tapi kalau diminta pulang sama orang tuanya, dia pasti segera pulang. Benar, anak itu gak macem-macem, aman," jelasnya.

Sebagaimana yang sudah diberitakan, Vano merupakan korban meninggal dunia ke-134 saat tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) lalu. Pelajar kelas XII jurusan Design Grafis di SMK Negeri 4 Kota Malang ini, menghembuskan nafas terakhirnya pada Jumat (21/10/2022) pagi. Vano meninggal setelah menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang.

"Saya ketemu dia itu pada tanggal 2 (Oktober 2022), jadi 2 hari baru ketemu. Ketemunya itu di Rumah Sakit Hasta Husada Kepanjen," kata ayah korban.

Semula Arif tak menyangka jika anaknya menjadi korban tragedi Kanjuruhan. Sebab, dia sempat mengira jika anaknya pulang terlambat setelah menonton pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya, lantaran terjebak macet.

"Dari awal pertandingan tak pikir kok tidak pulang, oh anak laki-laki biasa, mungkin lagi ramai di jalan, mungkin macet atau bagaimana," ulasnya.

Hingga akhirnya, pada Sabtu (1/10/2022) tengah malam, Vano tak kunjung pulang ke rumah. Alhasil, keluarga yang panik setelah mendengar kabar adanya banyak korban jiwa saat tragedi Kanjuruhan, langsung bergegas ke stadion yang ada di Kecamatan Kepanjen tersebut.

"Tak tunggu sampai jam 12 malam kok gak pulang, terus dari pihak desa yaitu Pak Carik kesini (rumah). Ngasih info kalau ada warga yang mengetahui anggota keluarganya ada yang belum pulang setelah nonton Arema di Stadion, disuruh untuk segera mencari ke Kanjuruhan karena ada kisruh," ucapnya.

Tanpa berfikir panjang, Arif yang saat itu panik langsung bergegas mencari keberadaan putra bungsunya tersebut. Saat itu, dia hanya bermodalkan HP untuk mencari informasi perihal keberadaan Vano.

"Saya masuk rumah lihat HP langsung kaget, mbak'e (kakak Vano) yang di Malang juga panik. Kakaknya itu ngasih kabar untuk segera mencari adiknya, karena ada banyak suporter Aremania yang meninggal dunia. Sedangkan aku mau tanya ke siapa, kakaknya cari informasi dan tetangga saya yang di sini juga tidak bisa masuk ke Stadion waktu kejadian," keluhnya.

Dalam kondisi panik, Arif langsung bergegas ke Stadion Kanjuruhan sembari terus memantau kabar terbaru melalui gadget-nya. Sayangnya, meski sudah bertanya kepada beberapa orang yang ada di Stadion Kanjuruhan, keberadaan Vano tetap tidak diketahui.

Baca Juga : Psikopat, Pelaku Pembunuhan Wanita di Tol Becakayu Bekasi Tertawa Lepas Saat Membawa Mayat Korban

"Ya sudah, jam segitu (24.00 WIB) saya berangkat ke Stadion. Saya cari, tanya-tanya ke orang yang mengangkat korban Kanjuruhan, mereka tidak ada yang tahu. Tanya ke orang-orang yang ada di panggung tempat para korban, juga tidak ada yang tahu. Posisi HP saya waktu itu juga ngedrop baterainya, jadi panik," imbuhnya.

Lantaran dicari beberapa jam namun tak kunjung membuahkan hasil, lanjut Arif, pihak keluarga akhirnya berinisiatif untuk menyebar nama dan identitas Vano ke beberapa media sosial (medsos) dan ke kerabat serta teman korban.

"Akhirnya ketemunya waktu saya nge-share foto sama nama lengkap (Vano). Jam 9.00 WIB (tanggal 2 Oktober 2022) baru dapat informasi dari kades. Katanya ada dugaan informasi jika anak saya sudah ketemu. Akhirnya saya cari ke Rumah Sakit Hasta dan Alhamdulillah Vano ketemu, waktu itu mau diurus untuk dibawa ke RSSA," timpalnya.

Selama di rawat di RSSA Kota Malang, pihak keluarga mengaku sempat mendapat kabar baik perihal kondisi kesehatan Vano. Meskipun dibagian kepalanya dikabarkan mengalami luka pendarahan di bagian organ dalam.

"Sempat ada kabar baik kalau (organ) dalamnya katanya paru-paru dan jantung sudah bagus. Alhamdulillah, saya sebagai orang tua bersyukur. Cuman di kepala katanya ditakutkan ada pendarahan, ya sudah Vano akhirnya di istirahatkan total," ulasnya.

Praktis selama 21 hari di RSSA Kota Malang, Vano hanya berbaring dan tak sadarkan diri di dalam ruangan ICU. Sebab, selain mengalami pendarahan di bagian otak, beberapa bagian ruas tulang Vano juga dikabarkan patah.

"Kalau fisik, di sini (lengan tangan) patah. Tapi saya kalau soal penjelasan dokter mohon maaf tidak tahu detail, yang tahu istri. Saya fokus pada kondisi istri saya, kalau capek saya minta pulang ke kos anak saya, kan anak saya (kakak Vano) nge-kos di daerah Mergan. Jadi kalau capek istri dan anak saya surah pulang, takutnya kalau nunggu Vano terus kondisi mereka ngedrop," terangnya.

Praktis selama kurang lebih 21 hari menjaga Vano di Rumah Sakit, Arif selalu bergantian dengan ibu dan kakak korban. Tapi, di sisi lain, perwakilan Aremania juga selalu mendampingi Arif dan keluarga ketika menjaga Vano di RSSA Kota Malang.

"Biasanya ditemeni teman-teman dari Aremania, sesekali diajak ngopi biar saya tidak stress. Hiburannya ya cuma ngopi, nongkrong pinggir jalan sambil terus melihat kondisi anak saya. Tapi kalau saya ada panggilan soal Vano ya ngejer (panik), dalam hati ada apa dengan dia," ungkapnya.

Puncaknya, pada Jumat (21/10/2022) dini hari, Arif mendapat kabar jika kondisi putranya ngedrop. Hingga akhirnya, pada pagi harinya Vano dikabarkan meninggal dunia. "Kemarin malam kaget saat ada panggilan jam 3 pagi. Katanya kondisi Vano ngedrop, karena panik istri saya tak bangunkan," tukasnya.


Topik

Peristiwa



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Ashaq Lupito

Editor

Dede Nana