JATIMTIMES - Insiden penembakan gas air mata saat Tragedi Kanjuruhan terjadi pada Sabtu (1/10/2022) lalu, menjadi salah satu hal yang paling disoroti. Informasi yang dihimpun media ini, ada beberapa alasan kenapa hal itu disoroti.
Salah satunya adalah terkait regulasi yang ada di dalam Peraturan FIFA. Federasi Sepak Bola Internasional ini, melarang penggunaan gas air mata dalam pertandingan sepak bola dalam aturan FIFA Stadium Safety and Security Regulations.
Baca Juga : RTH Publik Kota Malang belum Capai 20 Persen, Wali Kota Sutiaji Berniat Beli Lahan di Kabupaten Malang
Selanjutnya, gas air mata yang ditembakkan oleh aparat keamanan saat insiden itu terjadi, diduga menjadi salah satu penyebab banyaknya korban bergelimpangan. Hal itu juga sempat disampaikan sejumlah saksi saat insiden itu terjadi.
Sementara itu, menurut Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, dr. Wiyanto Wijoyo, banyaknya korban meninggal dalam insiden memilukan itu diduga karena sesak nafas. Yang menurutnya juga pengaruh dari tembakan gas air mata.
"Mungkin kalau gas air mata ini di ruang lebih terbuka (daripada ruang tribun) akan kurang berpengaruh. Kalau sesak nafas bisa jadi, bisa juga karena terinjak," ujar dr. Wiyanto.
Selain itu, dampak gas air mata sendiri juga bisa menyebabkan asfiksia atau, berkurangnya kadar oksigen di dalam tubuh seseorang. Bahkan, berkurangnya asupan oksigen juga bisa karena dampak gas air mata.
"Salah satunya (sesak nafas) karena asfiksia. Dengan adanya gas air mata, bisa mengurangi asupan oksigen di paru-paru penderita," tegas dr. Wijanto.
Baca Juga : Ekspedisi Mata Air dan Susur Sungai di Kota Batu Temukan 225 Mata Air
Hal tersebut cukup bertolak belakang dengan pernyataan polisi yang menyebut bahwa gas air mata tidak bersifat mematikan. Sekalipun digunakan dalam skala tinggi.
Dikutip dari kompas.com, berdasarkan penjelasan para ahli dan dokter spesialis, Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Dedy Prasetyo mengklaim bahwa gas air kata bukan menjadi penyebab kematian para korban di Stadion Kanjuruhan. Menurutnya, penyebab utama jatuhnya ratusan korban adalah karena berdesakan dan kekurangan oksigen.
“Dari penjelasan para ahli dan dokter spesialis yang menangani para korban, baik korban yang meninggal dunia maupun korban yang luka, dari dokter spesialis penyakit dalam, penyakit paru, penyakit THT, dan juga spesialis penyakit mata, tidak satu pun yang menyebutkan bahwa penyebab kematian adalah gas air mata tapi penyebab kematian adalah kekurangan oksigen,” ujar Irjen Pol Dedy.