JATIMTIMES - Keprihatinan yang sangat mendalam dirasakan oleh Defi Atok Yulfitri (48), warga Desa Krebet Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang.
Dalam satu malam, Atok kehilangan dua orang putrinya sekaligus.
Baca Juga : Berhasil Tangkap Dua Pelaku Klaim Fiktif, BPJS Ketenagakerjaan Apresiasi Polda Jatim
Dua putri tersayangnya turut menjadi korban meninggal pada peristiwa kelam di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022).
Bukan hanya dua putri cantiknya, Natasya (16) dan Nayla (13), Atok juga kehilangan mantan istrinya, Geby Asta.
Saat itu ketiganya memang sedang menyaksikan laga Arema FC vs Persebaya langsung di Stadion Kanjuruhan. Namun, Atok tidak menyangka, bahwa itu adalah pertemuan terakhirnya dengan kedua putrinya.
"Kenapa saya tidak ikut nonton saat pertandingan itu. Sehingga paling tidak mungkin saya bisa berusaha menyelamatkan kedua anak saya," ungkapnya dengan mata berkaca-kaca saat ditemui di Stadion Kanjuruhan, Minggu (9/10/2022) malam.
Atok menceritakan, pada Sabtu (1/10/2022) saat itu, putrinya memang berpamitan untuk menonton laga Arema FC vs Persebaya. Saat itu, Natasya dan Nayla pergi ke Stadion Kanjuruhan bersama ibu kandungnya, ayah tiri dan adik tirinya.
Saat itu, kedua putrinya berpamitan akan menonton di tribun 10. Atok pun sempat melarang dan mengarahkan agar berpindah ke tribun 4. Tribun yang lebih biasa ia gunakan saat mendukung Arema FC ketika berlaga di Stadion Kanjuruhan.
"Tapi ia tetap mau diam di tribun 10 karena ibunya diam di sana. Akhirnya saya pun mengiyakan. Saat itu, bilangnya di tribun 10 soalnya sama mamanya," imbuh Atok.
Di malam kelabu itu Atok tidak bisa turut menyaksikan pertandingan Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan karena sedang bekerja di Situbondo. Meskipun, saat itu, sudah waktunya ia untuk pulang.
Mengingat laga itu dikenal dengan rivalitas yang cukup kental, sesampainya di Malang ia pun memutuskan untuk datang ke Stadion Kanjuruhan. Apalagi, kedua putrinya juga datang. Saat itulah menurutnya mulai ada firasat yang menurutnya dirasa kurang enak.
"Saat itu, ada saja yang saya rasakan, seakan-akan untuk tidak berangkat ke stadion. Sesampainya di Malang saya sudah hendak berangkat mau menyusul di mereka ke Stadion Kanjuruhan. Tapi sampai di Kecamatan Kepanjen saya balik lagi, karena sangat macet," terangnya.
Namun nahas, kabar mengejutkan ia dapat saat sampai di rumah. Atok mendapat kabar melalui ponselnya dari nomor orang tak dikenal, yang mengabarkan bahwa dua putrinya bersama mantan istrinya meninggal dan telah dievakuasi ke Rumah Sakit (RS) Wava Husada.
Mendengar kabar itu, ia pun terkejut dan memutuskan langsung bertolak ke RS Wava Husada untuk memastikan kebenaran kabar yang ia terima saat itu. Sesampainya di rumah sakit, ia nyaris tidak mengenali mendiang putri dan mantan istrinya.
"Saya begitu kaget saat itu, dan langsung berangkat ke rumah sakit," ujarnya.
Baca Juga : Program Sekolah Pelopor Kurikulum Merdeka YDSF Sasar SD Plus At Taqwa Brondong
Ia mendapati kondisi jenazah kedua putri dan mantan istrinya tidak lazim, tampak menghitam dari bagian dada ke atas hingga ke wajah. Sedangkan untuk Nayla, hanya bagian wajah yang menghitam dengan sedikit bekas lebam.
Ia pun meyakini, bahwa kondisi yang ada pada dua putri dan mantan istrinya itu bukan karena terinjak-injak seperti yang sempat dikabarkan sebelumnya. Namun, menurutnya karena gas air mata.
"Sebab kalau terinjak-injak, saat itu saya ikut memandikan jenazah putri saya, saya periksa, tidak ada bekas luka atau lebam satu pun di tubuhnya," jelas Atok.
Pengalaman Ditembak Gas Air Mata
Mendapati hal tersebut, ia pun bertanya-tanya, apa alasan aparat keamanan saat itu menembakkan gas air mata yang cenderung mematikan. Selain merenggut dua nyawa putrinya, juga menewaskan ratusan korban meninggal lainnya.
Pasalnya, sebagai seorang supporter, ia mengaku sudah beberapa kali terlibat dalam insiden saat mendukung Arema berlaga. Dia mengaku juga beberapa kali merasakan tembakan gas air mata dari aparat keamanan.
"Padahal, selama saya ikut nonton Arema FC, baik di kandang maupun tandang beberapa kali kami mendapat tembakan gas air mata dari polisi, tapi tidak sampai menewaskan hingga seperti ini," terangnya.
Salah satu pengalaman kerusuhan sampai adanya tembakan gas air mata di antaranya laga tandang Arema FC di Magelang tahun 2019 lalu dan di Bandung.
"Tidak sampai membuat kita sesak hingga tewas seperti ini," tuturnya.
Untuk itu, dirinya pun berharap pemerintah melakui aparat penegak hukumnya, bisa mengusut peristiwa itu hingga tuntas dan benar-benar terang. Bahkan ia berharap, pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya insiden itu bisa dihukum seberat-beratnya.
"Tentu saya ingin ada pihak yang bertanggung jawab, bisa diberi hukuman seberat-beratnya dan setimpal," pungkas Atok.