JATIMTIMES - Sebagai bentuk kesiapsiagaan tanggap bencana di wilayah hukumnya, Polres Tulungagung mewajibkan agar di masing-masing kecamatan dibentuk minimal 1 posko tanggap bencana.
Hal ini disampaikan oleh Kapolres Tulungagung AKBP Eko Hartanto usai apel gelar pasukan dan peralatan di halaman Kantor Pemkab Tulungagung, Senin (10/10/2022).
Baca Juga : Ini Hasil Pendataan Non-ASN Tahap Prafinalisasi 2022, Tak Semua Instansi Mendaftar
"Masing-masing kecamatan wajib hukumnya ada 1 posko tanggap bencana," katanya.
Menurut Kapolres, jumlah 1 posko di tiap kecamatan itu sifatnya masih sementara, dan penambahan posko di setiap daerah rawan masih sangat dimungkinkan dengan mempertimbangkan lokasi bencana yang terjadi.
Peralatan dan perlengkapan tanggap bencana, lanjutnya, juga akan disiapkan di tiap-tiap Posko, bahkan di Pemkab sendiri juga sudah ada satgas tanggap bencana dan TEMS (Tulungagung Emergency Medical Service) atau PSC (Public Service Center) 199 yang sudah melakukan kegiatan atau tidakan-tindakan yang dibutuhkan secara segera untuk mengantisipasi adanya bencana.
Kabupaten Tulungagung, kata Kapolres, termasuk daerah rawan bencana alam seperti banjir bandang, angin puting beliung dan tanah longsor. Dengan adanya apel gelar pasukan, bisa dijadikan sebagai media berkomunikasi, berkoordinasi dan berkolaborasi antara seluruh stakeholder di Tulungagung.
"Dengan adanya apel ini, kita sama-sama merefresh, mengingatkan sambil mengecek kesiapan baik itu personel, peralatan serta perlengkapan. Dan kita langsung turun ke lapangan untuk mengecek posko yang sudah direkomendasikan dibuat di masing-masing kecamatan," ungkapnya.
Adanya posko tanggap bencana, diharapkan para personel yang bertugas bisa lebih responsif dan cepat dalam menangani adanya bencana yang terjadi sewaktu-waktu serta bisa digerakkan untuk mengantisipasi, mengatasi dan mitigasi bencana alam di Tulungagung.
Eko mengungkapkan, dalam seminggu terakhir, laporan bencana alam yang masuk sudah relatif banyak, hal ini disebabkan karena intensitas hujan di Tulungagung relatif tinggi sehingga menyebabkan banjir di beberapa wilayah Tulungagung.
Sedangkan untuk peta daerah rawan bencana di Tulungagung masih sama seperti sebelumnya yaitu daerah Kecamatan Bandung, Besuki, Pucanglaban, Sendang dan Pagerwojo.
"Personel yang kita siapkan dari Polri 1100 orang, dibantu dari Pemkab dan Kodim 0807. Seluruh stakeholder juga bahu membahu bersama," ungkap Eko.
Dijelaskan, kondisi geografis, geologis dan topografi Kabupaten Tulungagung yang berbeda-beda mulai dari daratan, pegunungan, persawahan dan pantai, membuat wilayah ini rentan dengan gangguan alam dan bisa terjadi sewaktu-waktu.
Baca Juga : Ini 6 Pesan Kapolres Tulungagung yang Disampaikan saat Apel Gelar Pasukan Kesiapsiagaan Tanggap Bencana
Lebih-lebih, saat ini sudah memasuki masa peralihan musim dari kemarau ke penghujan atau disebut pancaroba. Sehingga kondisi cuaca yang tidak menentu, tidak menutup kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem yang dapat menyebabkan bencana hidro meteorologi.
Meningkatkannya intensitas bencana alam hidro meteorologi, dipengaruhi beberapa faktor seperti meningkatkan jumlah penduduk, urbanisasi, degradasi lingkungan dan pengaruh perubahan iklim global. Dan tidak bisa dipungkiri intensitas bencana di era modern ini telah menimbulkan korban jiwa, kerusakan dan kerugian yang besar serta sangat mengganggu aktivitas dan produktivitas baik untuk keberlangsungan dunia usaha dan mata pencahariannya masyarakat serta pembangunan yang maksimal.
"Semua pihak tentunya perlu terus meningkatkan kesiapsiagaan baik personel, individu maupun sumberdaya peralatan yang dimiliki," jelasnya.
Dengan adanya potensi peningkatan curah hujan pada periode musim hujan saat ini, maka perlu kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi lanjutan dari curah hujan tinggi yang berpotensi memicu bencana hidro meteorologi.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Eko mengingatkan kepada seluruh masyarakat dan seluruh pihak terkait agar bersiap segera melakukan langkah pencegahan dan mitigasi terhadap peningkatan potensi bencana hidro meteorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang, angin puting beliung, maupun ancaman badai tropis lainnya.
Selain itu, pihak kepolisian juga terus berupaya menyosialisasikan kepada masyarakat dan memberikan pemahaman-pemahaman tentang bencana dalam setiap kegiatannya, sehingga masyarakat menjadi tahu dan lebih waspada tentang bencana alam.
Saat ini, masyarakat pada umumnya masih rendah dalam hal pemahaman dan kesadaran terhadap karakteristik bencana dan resikonya, serta masih kurangnya kewaspadaan dan kesiapsiagaannya dalam menghadapi ancaman yang ada di sekitarnya.
"Ini diharapkan bisa menjadi sarana untuk meningkatkan koordinasi dan sinergitas semua element dalam menghadapi potensi bencana," tutupnya.