JATIMTIMES - Peristiwa memilukan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen Kabupaten Malang pada Sabtu (1/10/2022) lalu menjadi perhatian semua pihak. Terutama untuk membantu mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat peristiwa yang membuat 131 orang meninggal dunia itu. Seperti kemungkinan dampak pendidikan, bagi anak usia sekolah yang orang tuanya meninggal dalam peristiwa itu.
Upaya tersebut salah satunya dilakukan oleh Yayasan Diponegoro Tumpang, Kabupaten Malang. Yayasan iDiponegoro bakal menggratiskan biaya pendidikan bagi putra maupun putri korban meninggal pada Tragedi Kanjuruhan.
Baca Juga : Tulungagung Dilanda Banjir, Warga Panik
Menurut Sekretaris Yayasan Diponegoro, Luluk Atul Abidah, upaya tersebut merupakan bentuk empati, terhadap keluarga korban tragedi mengenaskan tersebut. Selain itu juga sebagai bentuk kecintaan terhadap tim Singo Edan, Arema.
"Atas persetujuan pembina yayasan , pengurus yayasan memberikan instruksi kepada semua lembaga dari mulai MTs, SMP, MA , SMA dan SMK Diponegoro Tumpang untuk menggratiskan semua biaya pendidikan bagi putra putri korban tragedi Kanjuruhan yang melanjutkan sekolah di lembaga kami tersebut," ujar Luluk, Minggu (9/10/2022).
Menurutnya, tragedi yang mengakibatkan 131 orang meninggal dunia itu menjadi keprihatinan banyak pihak. Termasuk di lingkungan sekolahnya. Apalagi, dirinya melihat, bahwa ternyata Arema mempunyai semangat yang luar biasa di lingkungan sekolahnya.
"Saat ultah (ulang tahun) Arema kemarin para siswa kami antusias ikut merayakan arema di sekolah. Hal positif yang kami lihat adalah semangat Arema yang luar biasa. Begitu tragedi Kanjuruhan, di hari Senin nya apel pagi sekolah, saat anak-anak berdoa untuk teman-teman kita, dan hampir semuanya menangis. Hati mereka terasa sakit saat menyaksikan secara langsung tragedi tersebut," terang Luluk.
Terkait rencana penggratisan biaya pendidikan tersebut, sejauh ini pihaknya masih memprioritaskan korban-korban yang ada di sekitar lingkungan Yayasan Diponegoro. Dari pendataan sementara, ada sebanyak 11 korban tragedi kanjuruhan di sekitar lingkungannya.
7 di antaranya meninggal dunia, dan 4 orang tercatat mengalami luka-luka dan masih ada yang mengalami patah tulang dan belum bisa berjalan hingga saat ini. Dengan data yang sudah dikantongi itu, pihaknya berencana akan melakukan pendataan lebih detil. Manakala ada yang memang dinilai membutuhkan bantuan pendidikan.
Baca Juga : Mengenal Kali Tulus di Kota Batu yang Bakal Diubah Jadi Sungai Tematik
"Kebetulan siswa kami tidak ada. Tapi beberapa tetangga lingkungan kami.
Kami sudah mendatanya serta pihak Humas dan perwakilan sekolah sebenarnya sudah takziah tapi masih belum menyampaikan karena situasi kemarin belum memungkinkan utk bicara.
Mungkin nunggu waktu yang tepat untuk merencanakan datang kembali ke sana setelah tidak banyak tamu," jelas Luluk.
Sementara itu, Yayasan Diponegoro merupakan salah satu yayasan pendidikan yang mendukung Gerakan Peduli Arema (GPA). GPA sendiri adalah GPA merupakan gerakan bersama dari berbagai elemen. Yakni Jatimtimes, Lambaga Pendidikan Ma'arif PWNU Jatim, Rumah Sedekah NU, Unisma, RSI Unisma, Fakultas Psikologi UIN Malang, Relawan Anak Bangsa, Unisma Peduli, Malang Peduli Demokrasi, Gerakan Masyarakat Perangi Korupsi, Rumah Keadilan, RS Lavalette, Progresif Law.
Gerakan ini juga didukung penuh oleh perusahaan besar di Malang Raya seperti Jatim Park Grup, Mall Dinoyo City, NK Cafe, Bandung Sport Malang, Ocean Garden, Pusat Oleh-Oleh Kendedes, Sultan Croffle, Ocean Garden, The Sanata Village, Green Stone, Warung Kasemo, CV Makmur Sejati, Havana Park, Turen Indah Bangunan, Dapur Kota, Meteor Cell, Best Dough Bakery, Madu Kembang Joyo, Klinik Gigi NDC.
Beberapa pondok pesantren dan yayasan pendidikan juga aktif bergabung. Yakni Ponpes Syabilur Rosyad yang diasuh Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar, Ponpes Bahrul Maghfiroh yang diasuh KH Prof Muhammad Bisri, Pesantren Rakyat yang diasuh KH Abdullah Sam, Ponpes Al Huda Wajak asuhan KH Tajoel Arifin, Ponpes Al Kaff Jabung asuhan KH Abdullah Yazid, serta SMK Diponegoro.