JATIMTIMES - Tragedi memilukan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan usai laga Arema FC vs Persebaya pada Sabtu (1/10/2022) lalu masih meninggalkan trauma mendalam bagi semua pihak. Tidak terkecuali bagi petugas dan relawan yang saat itu terlibat langsung dalam evakuasi korban yang bergelimpangan.
Trauma yang cukup mendalam salah satunya dialami oleh oleh Muhammad Shodiqin, relawan independent. Pria yang akrab disapa Shodiq ini mengaku cukup trauma atas peristiwa tersebut meskipun sebagai relawan memang sudah kewajibannya untuk melaksanakan tugas mengevakuasi jenazah.
Baca Juga : 6 Murid SMKN 2 Malang Menjadi Korban Tragedi Kanjuruhan, 3 Diantaranya Meninggal Dunia
"Ini saya masih trauma, padahal saya juga tidak sekali dua kali mengevakuasi jenazah yang kondisinya jauh lebih parah. Kemarin itu kan luar biasa, sangat memprihatinkan. Yang kemarin itu (korban) banyak sekali dan masih meninggalkan trauma hingga saat ini," ujar Shodiq.
Shodiq menceritakan, saat itu ia diberi tugas untuk melakukan evakuasi dan identifikasi korban meninggal di Rumah Sakit (RS) Wava Husada. Sebelumnya ia sempat memantau perkembangan situasi di Stadion Kanjuruhan dan dua RS lain, yakni di RSUD Kanjuruhan dan RS Teja Husada.
"Jadi begini, saya kemarin dengan rekan-rekan ambulans dari (Kota) Malang itu, begitu kejadian langsung meluncur ke (Stadion) Kanjuruhan. Kanjuruhan clear baru kita meluncur ke rumah sakit yang ada di wilayah Kepanjen. Akhirnya saya ditugaskan di (RS) Wava Husada," jelasnya.
Dirinya mengaku, saat insiden itu terjadi, setidaknya ada sebanyak 110 jenazah yang ia evakuasi bersama tim dan berhasil diidentifikasi identitasnya. Para korban yang ia identifikasi adalah yang benar-benar dipastikan telah meninggal. Hal itu yang membuatnya cukup trauma hingga saat ini.
"Terakhit itu, saya membawa 17 jenazah tanpa identitas ke RSSA. Yang iring-iringan banyak ambulans itu," ungkap Shodiq.
Baca Juga : Adakan Monev KIP 2022, Komisi Informasi Jawa Timur Hadiahi Dua Jempol untuk Dinas Kominfo Kota Kediri
Dirinya menyebut, sebagai seorang relawan sebenarnya tidak ada tugas khusus yang diberikan oleh atasan atau pimpinan. Apalagi, dalam peristiwa memilukan yang hingga saat ini tercatat ada 131 korban meninggal dunia (seperti dijelaskan Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo). Tragedi itu juga masih menyisakan trauma bagi ratusan korban luka maupun keluarganya.
"Sebenarnya tidak ada tugas khusus. Ini memang sebuah peristiwa kemanusiaan dan harus dilakukan. Kemarin itu kan luar biasa, sangat memprihatinkan," pungkas Shodiq.