JATIMTIMES - Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menyebut Indonesia menjadi negara terbesar ketiga di dunia yang persepakbolaannya menelan banyak korban.
Hal itu disampaikan Mahfud MD dalam Konferensi Pers Rapat Kordinasi Khusus (Rakorsus) pembahasan langkah-langkah cepat untuk mitigasi dan tindak lanjut tragedi sepakbola di Kanjuruhan, Senin (3/10/2022).
Baca Juga : Bank Jatim Bantu Korban Tragedi Stadion Kanjuruhan dan Para Relawannya
Saat ini, dijelaskan Mahfud terdapat 125 orang telah menjadi korban jiwa dalam tragedi di Stadion Kanjuruan. Jumlah ini diharapkannya tidaklah bertambah lagi, mengingat juga terdapat beberapa suporter yang tengah dilakukan perawatan karena luka yang dialami.
Negara terbesar di dunia yang sepakbolanya menimbulkan banyak korban, dijelaskan Mahfud Pertama Peru dengan 328, kemudian Ghana dengan 126 korban dan ketiga Indonesia dengan jumlah 125 korban meninggal dunia.
"Sampai saat ini korbannya 125, kalau tidak bertambah. Mudah-mudahan tidak bertambah karena sebagian ada yang di rumah sakit. Kalau tidak bertambah kita akan menjadi negara terbesar ketiga yang dunia persepakbolaannya memakan korban," jelasnya.
Lebih rinci, tragedi di Peru, terjadi pada laga Peru melawan Argentina tahun 1964. Saat itu, 500 orang terluka dan 328 orang meninggal dunia.
Tragedi terbesar adalah Estadio Nacional Disaster di Lima, Peru, dalam laga Peru melawan Argentina tahun 1964. Tecatat 328 orang meninggal dunia dan 500 lainnya terluka.
Penyebab kerusuhan, saat itu para suporter kecewa dengan keputusan kontroversial wasit.
Suporter tuan rumah saat itu menyerbu lapangan dan kemudian, membuat polisi menembakkan gas air mata. Hal itu kemudian membuat kerusuhan semakin parah.
Kemudian, kejadian yang terbesar kedua adlah di Ghana. Tragedi dalam sepak bola ini terjadi pada yang kedua terjadi 5 Mei 2001. Saat itu, merupakan laga Hearts of Oak vs Asante Kotoko.
Baca Juga : Tragedi Stadion Kanjuruhan, Mas Dhito: Duka Bagi Pecinta Bola Tanah Air
126 orang meninggal dunia dalam tragedi itu. Saat itu, pertandingan menyisakan waktu lima menit. Tim Kotoko kalah dam skor 1-2.
Para suporter pun marah dan mulai merusak kursi di tribun. Polisipun menembakkan gas air mata yang kemudian malah menyebabkan kepanikan dan penyerbuan.
Dan yang ketiga adalah tragedi yang memakan 125 korban jiwa dalam laga Arema FC melawan Persebaya pada 1 Oktober 2022. Arema FC saat itu harus mengakui keunggulan Persebaya Surabaya dengan skor 2-3.
Kekalahan itu, nampaknya tidak bisa diterima oleh para suporter tuan rumah. Sebagian suporter kemudian merangsek masuk kelapangan. Polisi kemudian menembakkan gas air mata untuk meredam aksi ricuh itu.
Namun, gas air mata yang ditembakkan, justru membuat kepanikan dan situasi yang semakin kacau di kalangan para suporter. Akibatnya, ratusan suporter meninggal dunia akibat sesak nafas akibat gas air mata, ada mereka yang terluka dan ada juga yang terinjak-injak.