JATIMTIMES - Literasi keuangan di Indonesia saat ini bisa dikatakan masih relatif rendah. Pernyataan itu disampaikan oleh Anggota DPR RI komisi XI, Andreas Eddy Susetyo saat menghadiri agenda Sosialisasi Pengelolaan Produk dan Jasa Keuangan Desa Investasi Saham, Jumat (30/9/2022).
"Kita mengharapkan dengan adanya edukasi semacam ini bisa meningkatkan literasi keuangan, karena sekarang ini problem kita adalah literasi keuangan yang saat ini masih rendah. Tapi kalau inklusi-nya sudah relatif tinggi," kata Andreas saat ditemui awak media usai menghadiri agenda yang diselenggarakan di Pendapa Agung Kabupaten Malang.
Baca Juga : Kuota Perempuan dan Target 120 Persen Bacaleg PDI Perjuangan Banyuwangi Terpenuhi
Dengan adanya sosialisasi terkait Desa Investasi Saham tersebut, Andreas berharap akan banyak produk yang bisa menyejahterakan masyarakat. Khususnya yang ada di tingkat desa. Termasuk di Kabupaten Malang.
"Jadi tidak hanya dinikmati oleh mereka yang berpengetahuan tinggi atau dari kalangan masyarakat menengah ke atas. Tetapi juga bisa kemudian dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sampai ke desa-desa, karena ujungnya adalah bagaimana kita meningkatkan kesejahteraan," imbuhnya.
Oleh karena itu, masih menurut Andreas, pihaknya mendorong masyarakat, khususnya para kaula muda untuk mulai berinvestasi. Salah satunya melalui pasar modal.
"Sebetulnya investasi itu harusnya dimulai semasa muda. Oleh karena itu kami merasa senang ketika melihat ternyata di sini (Kabupaten Malang) sudah ada petani milenial. Tinggal bagaimana kemudian mereka juga bisa berproduksi secara produktif. Tapi hasil usahanya bisa kemudian juga dioptimalkan melalui investasi. Salah satunya melalui pasar modal," paparnya.
Guna mendukung investasi sedari dini, dijelaskan Andreas, pihaknya menyebut sudah ada banyak gerai pasar modal di Indonesia. Termasuk di perguruan tinggi. Tinggal nantinya, kedepan pemerintah akan mulai mengimplementasikan ke tingkat desa.
"Kita sebenarnya sudah punya gerai-gerai di pasar modal, bahkan di perguruan tinggi juga sudah mulai ada. Tinggal nanti mungkin mulai diterapkan untuk di tingkat desa. Mungkin bisa dibuat gerai juga, tapi itu secara bertahap ya, tentu bisa mulai dulu dari yang paling sederhana," timpalnya.
Sektor yang disebutnya sederhana tersebut, dijelaskan Andreas, salah satunya adalah reksadana. Utamanya reksadana yang memiliki fundamental yang kuat seperti reksadana milik BUMN.
"Sehingga nanti mungkin bisa dipilihkan reksadana dari saham-saham yang sebetulnya punya fundamental yang kuat. Misalkan BUMN seperti perbankan, kemudian juga perusahaan telekomunikasi yang nanti jelas dalam ekonomi digital sangat mempunyai perkembangan prospek yang baik kedepannya," imbuhnya.
Dengan sederet persiapan tersebut, Andreas optimis hasil dari investasi bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Termasuk masyarakat kalangan menengah ke bawah yang ada di tingkatan desa.
Baca Juga : DPRD Kabupaten Blitar Gelar Paripurna, Sampaikan Pandangan Umum Fraksi Terkait Perubahan APBD 2022
"Jadi kita mengharapkan optimalisasi hasil investasi itu tidak hanya dinikmati oleh mereka yang mempunyai pengetahuan tinggi dan yang punya modal besar. Tapi dengan adanya peningkatan investor ritel, juga sangat penting di dalam permodalan pasar," jelasnya.
Menurut Andreas, adanya investor ritel di tingkat domestik tersebut penting untuk dilakukan. Pertimbangannya guna mengantisipasi adanya gejolak investasi asing.
"Kalau kita menghadapi gejolak seperti sekarang ini, investor asing menarik dari pasar modal. Kita masih mempunyai kekuatan pasar domestik. Sedangkan kalau ditanya apakah ada duitnya, ya ada. Buktinya yang kena investasi bodong banyak, termasuk di desa-desa," ulasnya.
Dengan begitu, Andreas yakin penghasilan masyarakat bisa meningkat bahkan secara signifikan jika memulai untuk berinvestasi. "Sebenarnya kalau diarahkan secara lebih tepat, mereka tidak akan mengalami kerugian karena berinvestasi yang salah. Tetapi justru sebaliknya, tetap bisa meningkatkan penghasilannya," ujarnya.
Di temui di saat bersamaan, Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang membidangi Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Friderica Widyasari Dewi menyebut, kaitannya dengan Desa Investasi Saham, pihaknya akan lebih menekankan terhadap literasi ketimbang inklusi. Alasannya guna membuat masyarakat terutama di tingkat desa agar terhindar dari investasi ilegal.
"Desain investasi saham ini merupakan suatu bentuk program literasi dan inklusi dari OJK. Tapi tentu di dalamnya kita tidak langsung mengarahkan masyarakat untuk inklusi, tapi literasi dulu. Jadi bisa paham apa itu pasar modal dan akan diajarkan tentang bahayanya investasi ilegal," tukasnya.