JATIMTIMES - Puluhan warga yang merupakan petani dari Desa Sukodono, datangi pekerja proyek irigasi yang dikerjakan di Desa Punjul, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Tulungagung, Kamis (29/9/2022), kemarin. Puluhan petani ini, protes lantaran sungai yang sedang dibangun talut lebih dari 1000 meter dan sedang dikerjakan, airnya dialihkan.
Akibatnya, sawah yang berada di Desa Sukodono, Punjul bagian timur, Sukorejo bagian selatan dan Karangrejo yang saat ini ditanami jagung, tak dapat teraliri air.
Baca Juga : DPRD Kabupaten Blitar Gelar Paripurna, Sampaikan Pandangan Umum Fraksi Terkait Perubahan APBD 2022
"Ratusan hektar sawah tergantung pada air dari aliran sungai ini, kemarin waktu demo itu sampai ada yang mau berkelahi dengan pihak proyek," kata Suwoko, penggarap sawah.
Lanjutnya, emosi warga bukan tanpa alasan. Menurut Suwoko, pihak pekerja proyek terkesan acuh dan tidak mau mempedulikan protes petani yang ingin tetap mendapat jatah air untuk sawahnya.
"Aksi itu spontanitas, kita pagi lapor ke bendung desa di balaidesa, sebelumnya sudah sering lapor tidak ada respon," ujarnya.
Sebelum ke lokasi proyek talut irigasi, pihak petani juga kembali mendatangi kantor desa dan ketemu yang membidangi. Namun, kembali mendapat jawaban yang tidak memuaskan.
"Terus pagi kita ke balaidesa, jawabanya tidak ada solusi," imbuhnya.
Tak dapat mengendalikan diri, para petani kemudian datang ke lokasi proyek itu. Saking emosinya, beberapa di antaranya hampir melalukan tindakan anarkis.
"Hampir berkelahi, tapi bisa kita redam. Yang membikin kesal, kita minta airnya tetap dialirkan malah pihak proyek menjawab tidak bisa kerja kalau airnya minta dialirkan," ungkapnya.
Proyek yang bernilai Rp 1 miliar ini dikerjakan oleh CV Kencana dengan volume 1.142 meter dengan bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk peningkatan jaringan irigasi di Punjul.
"Sesuai Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP) nya seperti ini, jadi kita hanya mengerjakan sesuai gambar yang kita minta," kata Yudi, pengawas pelaksanaan pekerjaan pembangunan proyek irigasi itu.
Ia membenarkan, Kamis (29/9) kemarin sejumlah petani datang meminta agar airnya tetap dapat dialirkan ke bawah. Namun, Yudi mengaku, para pekerja proyek tidak menutup saluran, justru petani di bagian atas yang mengalirkan ke sawah-sawah mereka.
Baca Juga : Berprestasi di Tingkat Nasional, Kota Malang Menjadi Masuk Tiga Terbaik Pembangunan Daerah 2022
"Di atas itu airnya dibelokkan ke sawah, jadi kita tidak menutup. Memang air dari atas tidak banyak," ucapnya. Meski diprotes, pekerjaan yang sudah dilaksanakan terus dilanjutkan.
Dari lokasi, ada yang tidak wajar dari pembangunan saluran irigasi ini. Misalnya, sungai yang cukup lebar ini justru dipersempit dan hanya ditalut satu sisi di sebelah utara saja.
Kemudian, ada talut yang kondisinya masih bagus dengan panjang 200 meter dari struktur batu, justru dibuat lagi talut cor-coran di tengahnya.
Akibatnya, talut yang masih bagus ini sebagian harus dirusak dan ditutup di sela antara struktur batu yang lama dengan cor-coran.
Kepala Desa Punjul Makin, saat dikonfirmasi mengenai masalah ini tidak ada di kantornya. Ketika awak media menghubungi, tidak mendapatkan respon.
Sementara itu, Kepala Desa Sukodono, Hj Muyasaroh mengakui jika warganya protes akibat pembangunan irigasi yang dilakukan pemerintah Desa Punjul.
"Warga ku dirugikan oleh Pemdes Punjul yang nandangi (mengerjakan) kegiatan tersebut. Mergo ora iso ngelepi sawah (karena tidak bisa mengairi sawah)," tandasnya.
Belum ada konfirmasi dari pihak Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) terkait permasalahan ini. Saat dihubungi, kepala PUPR, Dwi Harry Subagyo masih dinas luar kota.