JATIMTIMES - Nasib kurang beruntung dialami Abdul Azis Maulana, eks siswa salah satu SMP swasta di Surabaya. Keinginannya untuk melanjutkan sekolah SMK kandas setelah pihak sekolah menahan ijazahnya karena dia tak mampu melunasi tunggakan SPP yang hanya Rp 1,2 juta.
Selama dua bulan, setiap kali teman-temannya berangkat sekolah di pagi hari, Azis Maulana hanya bisa termenung memandang mereka dari teras rumahnya. Tak jarang dia menggerutu, menyesali nasibnya. Tapi Azis, bocah yang baru berusia 15 tahun itu tetap tegar dan tak pernah sekalipun menyalahkan ibu-bapaknya.
Baca Juga : 44 Orang di Kota Malang Jalani Sidang Tipiring, Sumbang Kas Negara Rp 27,3 Juta
Dia menyadari, kehidupan orangtuanya yang sangat miskin menjadi alasan bahwa menyambung hidup lebih penting ketimbang melanjutkan sekolah. Dan dia diketahui memiliki tunggakan sekolah sebesar Rp 1,2 juta.
Adanya fakta ini membuat Kader Partai NasDem Lita Machfud Arifin merasa miris. Dia kemudian mengunjungi rumah Aziz di Plemahan Gang 8/12 Surabaya. Dan Lita di sana memberi bantuan terhadap Aziz.
Aziz tak henti-hentinya meneteskan air mata begitu mendengar Lita Machfud Arifin akan mengambil ijazahnya dan menanggung seluruh biaya sekolah hingga lulus SMK. Bukan hanya membantu menebus ijazahnya.
Pemandangan yang menyesakkan dada itu, disaksikan juga oleh Ani Intelsari (Ketua RW 9), Ketua LPMK Kelurahan Kedungdoro, Budiono, Ketua RT 03, Darti dan Nunuk Kusherijanto (ayah Azis) serta seluruh tim Lita Machfud Arifin.
“Ibu wes pasrah nak. Nggolek utangan mrono mrene gak hasil. Ibu njaluk sepuro Zis. (Ibu sudah pasrah nak. Sudah cari pinjaman kemana-mana nggak dapat. Ibu minta maaf Zis,” tutur Enny Rosita ibu Aziz mengawali cerita kepada Lita Machfud Arifin.
Enny mengatakan, semula Azis memiliki tunggakan bayar SPP dan ujian Rp 3 juta. Tapi, sudah dicicil hingga tersisa Rp 1,2 juta. Sayang, hingga ujian selesai dilaksanakan dan pembukaan pendaftaran siswa baru dua bulan lalu, sang ibu tidak juga bisa membayar kekurangan tersebut. Impian Azis untuk masuk SMK pun buyar.
Hampir dua bulan berlalu tanpa cita-cita, akhirnya, Ani Intelsari (Ketua RW 09 Kelurahan Kedungdoro) melaporkan keadaan tersebut kepada tim Lita Machfud Arifin.
Tanpa menunggu lama, sehari setelah menerima laporan tersebut, Lita Machfud Arifin bergegas mengunjungi rumah Azis Maulana. Perempuan yang dikenal peduli ini datang dengan ditemani tim dan didampingi perangkat RT, RW serta LPMK.
Berjalan menyusuri gang kecil, perempuan yang dikabarkan hendak maju DPR RI ini langsung duduk bersebelahan dengan Azis begitu memasuki ruang tamu rumah sederhana itu. Berkali-kali ia menguatkan mental dan memotivasi Azis agar tetap semangat dan tidak malu dengan teman-temannya.
“Azis, kamu mulai hari ini jadi anak asuh Bunda Lita. Nggak boleh malu, jangan bersedih nak. Besok ijazahmu akan segera diambil dan langsung daftar ke SMA. Kamu nggak usah mikir berapa biayanya. Biar Bunda Lita yang menanggung semua biaya terkait sekolahmu nanti,” kata Lita Machfud Arifin sembari menepuk-nepuk pundak Azis.
Seolah tak percaya, mendegar ucapan tersebut, Azis yang mengenakan kaos putih lusuh itu langsung menarik kerahnya ke atas, menutupi wajah dan seluruh kepalanya. Bocah bertubuh kurus ini menangis sesenggukan cukup lama.
Pun demikian dengan ibunya. Spontan ibu empat anak ini mengangkat kedua tangannya yang mulai keriput itu. Dengan berlinang air mata, mulutnya komat-kamit, seperti mengikuti suara batinnya - mendoakan Lita Machfud Arifin. “Siapa nama (lengkap) Ibu Lita,” tanya Eny Rosita kepada Ani Intelsari (Ketua RW 09 Kedungdoro).
Sembari tak henti-hentinya menangis, beberapa kali, Eny Rosita terlihat memejamkan kedua matanya dan beberapa kali mengangguk-anggukan kepalanya sebagai rasa terima kasih atas niat Lita Machfud Arifin yang akan menanggung seluruh biaya pendidikan anaknya hingga lulus SMA.
Baca Juga : Bazaar HUT RI ke-77 Dibuka, Produk Unggulan Desa Blimbing Rejotangan Dibanjiri Pengunjung
AMBIL IJAZAH, DAFTAR SMK
Setelah mengambil ijazah, Azis yang didampingi tim Lita Machfud Arifin langsung mendaftar sekolah di SMK Pariwisata Satya Widya, Jl Karangmenjangan, Airlangga, Kecamatan Gubeng Surabaya.
Semula, Azis sebenarnya memilih SMA Muhammadiyah 10. Tapi, mendadak rencana tersebut berubah dan memilih SMK.
“Saya memilih SMK dan mengambil jurusan tata boga, biar nanti bisa bekerja di perusahaan Ibu Lita,“ kata Azis.
Eny Rosita, Azis Maulana dan Nunuk Kusherijanto berkali-kali menyampaikan terimakasih kepada Lita Machfud Arifin yang rela berjalan kaki menyusuri gang kecil untuk menemuinya.
“Kami sekeluarga tidak bisa membalas budi baik Ibu Lita. Kami hanya bisa mendoakan semoga Ibu Lita selalu diberi keberkahan beserta seluruh keluarganya. Mudah-mudahan, apa yang menjadi niatnya dimudahkan oleh Allah,“ kata Eny Rosita.
Ia tidak menduga, jika di hari itu, tangisannya selama ini akhirnya didengar oleh Allah dengan mengutus Lita Machfud Arifin untuk mendengar dan membantu kesulitannya selama ini. Terutama, tangisan Azis Maulana yang tak bisa melanjutkan sekolah.
Sementara itu, Lita Machfud Arifin menegaskan, bahwa langkahnya bisa menemui Azis Maulana dan keluarganya adalah berkat pertolongan Allah yang menggerakkan hati dan langkah kakinya.
“Tanpa pertolongan dan bimbingan Allah, saya mungkin tidak akan pernah bisa ketemu Ibu (Eny Rosita) dan Azis,” kata perempuan yang akrab disapa LMA ini.
Ia mengaku tergerak hatinya, karena pendidikan adalah kebutuhan dasar yang sangat menentukan masa depan bangsa ini.
“Mengapa saya langsung bergerak begitu menerima laporan tim, karena pendidikan itu sangat penting. Jangan sampai ada anak nggak bisa sekolah karena miskin. Kita semua harus memberi perhatian lebih kepada masa depan anak-anak kita melalui jalur pendidikan,” imbuh perempuan yang beberapa kali tampil menjadi duta budaya untuk Indonesia tersebut.