JATIMTIMES - Ribuan warga tumpah ruwah, bejubel, di kawasan Jalan Panglima Sudirman, Kecamatan Batu, Kota Batu, Minggu (7/8/2022). Wajah antusias itu hadir untuk menyaksikan 14 tahun Bantengan Nuswantara yang sudah lama dirindukan lantaran pandemi Covid-19.
Meski sempat dilanda hujan deras, tak menyurutkan warga untuk tetap memadati kawasan tersebut. Demikian dengan para peserta bantengan yang tetap hadir menampilkan atraksi terbaiknya.
Baca Juga : Lewat Jalan Sehat, Pemkot Kediri Ajak Masyarakat "Bangkit Bareng" Usai Pandemi
Kelompok bantengan yang tampil dalam kegiatan bertajuk Karnaval 1000 Bantengan itu bukan hanya dari Kota Batu, tetapi dari berbagai daerah. Apalagi kegiatan ini bukan hanya diwarnai dengan atraksi bantengan dari para pendekar, ada juga atraksi pencak silat.
Para peserta itu mulai dari kalangan muda hingga tua. Atraksi para pendekar itu pun mengobati rasa rindu para penonton dengan salah satu kebudayaan Kota Batu ini.
Ada yang gembira melihat atraksi para pendekar, ada juga raut wajah yang ketakutan tapi penasaran saat melihat bantengan. Start karnaval bantengan itu mulai dari simpang 4 BCA atau depan Galeri Raos dan finish di Rumah Dinas Wali Kota Batu.
Warga asal Desa Torongrejo, Kecamatan Junrejo Sukma mengatakan, sudah rindu dengan kegiatan bantengan tersebut. Karena bantengan merupakan tontonan yang cukup menarik dengan atraksinya.
“Selama pandemi Covid-19 kegiatan masyarakat harus berhenti, jadi kegiatan kebudayaan seperti bantengan tidak bisa digelar. Jadi ini mengobati kerinduan kami,” ucap Sukma.
Karena itu Sukma berharap pandemi Covid-19 ini bisa segera berakhir. Sehingga kegiataan kebudayaan di tingkat kota bisa terus berlangsung. Apalagi tontonan tersebut cukup menarik.
Baca Juga : Sebelum Munkar Nakir, Malaikat Ruman yang Pertama Datangi Jenazah di Alam Kubur
Sementara itu salah satu anggota Paguyuban Seni Bela Diri Pencak Silat Banteng Kembar Made asal Pacet Mojokerto, Doni Fitrian mengaku menerjunkan 93 anggota dalam karnaval itu. Agar bisa tampil maksimal, sebelumnya mereka juga melakukan latihan rutin selama dua bulan terakhir.
“Kami ingin ikut berpartisipasi melestarikan kesenian tradisional supaya anak-anak muda ini tidak terjerumus ke hal-hal yang negatif, para pendahulu-pendahulu kita juga sudah mendirikan paguyuban ini sejak 1962,” terang Doni.
Sebelum pandemi Covid-19, pihaknya kerap berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Namun adanya pandemi Covid-19, acara bantengan harus terhenti karena potensial mengundang massa penonton.