JATIMTIMES - Unit Pelayanan Teknis Pengelolaan Air Limbah Domestik (UPT PALD) Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPRPKP) Kota Malang terus berupaya meningkatkan pelayanan dalam pengolahan limbah domestik.
Kepala UPT PALD, M Arif menjelaskan, peningkatan pelayanan tersebut akan dilakukan dengan rencana penambahan Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) Mekanis. Saat ini, pengolahan limbah yang dilakukan masih dengan kapasitas yang kecil.
Baca Juga : Salat Idul Adha di Masjid Agung Wlingi, Wabup Blitar Imbau Masyarakat Tetap Tenang di Tengah Wabah PMK
"Saat ini daya tampung pengolahan masih hanya 25 meter kubik yang baru (alat), yang lama (alat) 35 meter kubik. Itupun dengan total 60 meter kubik belum optimal," tuturnya saat ditemui di kantor UPT.
Rencana penambahan ini, menurut Arif memang merupakan sebuah kebutuhan. Apalagi pengolahan saat ini masih mengunakan sistem manual.
Dengan kian banyaknya masyarakat yang memanfaatkan pelayanan pengolahan limbah, maka pengolahan semakin semakin memakan waktu.
"Sekarang ini butuh waktu 3 sampai 4 minggu untuk pengolahan. Jika menggunakan alat mekanis, hanya 24 jam, itupun dalam sehari bisa 100 meter kubik, langsung jadi air bersih dan residu," ungkapnya.
Untuk itu, pihaknya berharap rencana pengadaan alat mekanis pengolahan limbah ini bisa terwujud pada tahun depan. Detail Engineering Design (DED) untuk rencana inipun telah ada.
Pada tahun sebelumnya, pengadaan alat ini sempat akan dilakukan. Akan tetapi, ketika Pandemi Covid-19 melanda, rencana tersebut urung dilakukan.
"Ya karena anggaran dialihkan untuk penanganan Covid," ungkapnya.
Baca Juga : 14 Catatan Fraksi PKS Kota Malang Terkait Ranperda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD TA 2021
Direncanakan, dari proyeksi target pengolahan 300 meter kubik, direncanakan akan melakukan pembelian 2 IPLT Mekanis dengan kapasitas masing-masing 100 meter kubik.
Pembelian alat mekanis pengolahan limbah nantinya berkomponen dalam negeri. Sebab, harga alat mekanis pengolahan limbah impor begitu mahal.
"Dulu tahun 2016 Rp 16 miliar. Dalam negeri harganya lebih murah, selain itu operasional pemeliharaan juga lebih mudah. Kalau yang impor misal ada kerusakan part harus pesan dulu beberapa bulan," pungkasnya.