JATIMTIMES - Badan Pangan Nasional memastikan bahwa wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang terjadi selama beberapa pekan terakhir tidak berpengaruh pada ketersediaan daging. Sebab selain dari peternak lokal, pemerintah juga melakukan impor daging.
Daging yang diimpor sendiri adalah dari Australia berupa sapi hidup, daging frozen dari Brazil dan daging kerbau India. Untuk sapi hidup yang diimpor dari Australia, Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi mengatakan bahwa ternak yang masuk telah melalui proses yang ketat.
Baca Juga : Mantapkan Internasionalisasi Kampus, KUI UIN Malang Benchmarking Tata Kelola ke KUI UGM
"Nah kalau dari Australia, itu sangat ketat. Sertifikasi halal, kesehatan, karantina juga ketat," ujar Arief.
Namun begitu, dirinya tidak memungkiri bahwa wabah PMK tersebut memang cukup berdampak pada peternak lokal. Termasuk di wilayah Jawa Timur, yang sempat disebut penyebaran wabah ini cukup tinggi.
Berbagai langkah antisipatif pun dilakukan oleh pemerintah. Sehingga untuk sementara ini, mobilitas ternak sapi memang terpaksa terbatas.
Sementara itu, meskipun ada pembatasan pada mobilitas ternak, dirinya memastikan bahwa kebutuhan daging sapi akan cukup hingga beberapa waktu ke depan. Bahkan menurut Arief, ada stok hingga 3.000 ton.
Baca Juga : Konferensi Internasional UB dan Perhepi, Tenaga Ahli Kemendag: Swasembada Pangan Saat Ini Sudah Tak Relevan
"Wabah ini, pasokan daging sampai Juni, neraca badan pangan kita ada positif sebesar 3.000 ton. Itu akan cukup. Juga ada dari Australia, India, dan Brazil," pungkas Arie.
Sebagai informasi, untuk ternak yang ada di wilayah Jatim sendiri, biasanya memasok kebutuhan daerah Jabodetabek, Bandung Raya dan Banten. Namun dengan kondisi seperti saat ini, distribusi sapi dari Jatim ke daerah tersebut terpaksa dihentikan.