JATIMTIMES - Islam ke-Indonesiaan menjadi pesan yang ingin disampaikan dalam kegiatan Haul Gus Dur ke-12 yang diselenggarakan Rumah Sedekah NU pada Selasa (18/1/2022) malam. Dalam kegiatan yang berlangsung di Rumah Sedekah NU di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, itu, digelar pertunjukan wayang kulit sekaligus tasyakuran Muktamar NU ke-34 yang berlangsung aman dan damai.
Sejumlah tokoh terlihat hadir dalam kegiatan kali ini. Seperti Ketua PWNU Jatim Kiai Marzuki Mustamar, Rektor Universitas Islam Malang (Unisma), Prof. Masykuri, Pengasuh Ponpes Ar Rifai Kiai Muflikh, Kiai Ali Azhar dan beberapa tokoh lainnya.
Selain itu beberapa pengusaha juga tampak hadir seperti Pemilik NK Cafe Djoni Sujatmiko, Ketua DPD Apersi Jatim Makhrus Soleh, Pemimpin Divisi Bisnis Syariah Bank Jatim Arief Wicaksono dan beberapa lainnya.
Baca Juga : 10 Warung di Kota Malang Jual Olahan Daging Anjing, Satpol PP: Ada Sanksi Bagi Penjual
Inisiator Rumah Sedekah NU Nur Shodiq Askandar mengatakan, dalam kesempatan kali ini, dirinya juga sekaligus meresmikan Pondok Pesantren (Ponpes) Mambaul Ulum. Ia menyebut, Haul KH. Abdurrachman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur ini adalah dalam rangka untuk mengambil spirit perjuangan yang selama ini dilakukan. Baik perjuangan di bidang kemanusiaan, sosial maupun di bidang dakwah.
"Sehingga, kegiatan kita kali ini meliputi tiga-tiganya. Jadi tadi pagi ada dakwah dengan tahfidz Al-Quran. Lalu sosial ada santunan kepada anak yatim dan masyarakat miskin dan malam ini ada wayangan," ujar pria yang akrab disapa Gus Shodiq ini.
Pemilihan untuk menggelar wayangan ini adalah karena wayang kulit merupakan budaya asli Indonesia yang juga menjadi media dakwah yang digunakan para Walisongo untuk mensyiarkan ajaran Agama Islam. Dan juga sebagai bentuk penghormatan terhadap sosok Gus Dur yang juga dikenal sebagai pelaku seni.
"Gus Dur sendiri juga pernah menjadi Ketua Dewan Kesenian Jakarta," tegas Gus Shodiq.
Satu pesan yang ia garis bawahi yang ingin ia sampaikan adalah tentang Islam ke-Indonesiaan. Dimana Islam yang ada di Indonesia ini, tidak bisa lepas dari budaya-budaya yang ada di Indonesia. Dan hal tersebut juga banyak digunakan ulama Indonesia sebagai media dalam berdakwah.
Melalui gelaran yang digelar, dirinya juga ingin menegaskan bahwa keberadaan Islam di Indonesia bukanlah untuk menentang berbagai hal. Namun, justru mengakulturasi budaya sebagai salah satu media dakwah.
"Sehingga dengan demikian, dakwah itu bisa lentur dan bisa masuk ke semua kalangan. Dan hal itu dicontohkan oleh para ulama. Dulu pertama masuknya Islam kan melalui dunia perdagangan, setelah itu melalui proses budaya. Dan dilanjutkan dengan proses pengajian dan lain sebagainya," pungkas Gus Shodiq.
Baca Juga : Dewan Desak Pemkab Malang Lakukan Relokasi Pedagang Pasar Bululawang
Sementara itu, Ketua Panitia Acara Hegi Harjoyo mengatakan bahwa serangkaian kegiatan yang digelar pada hari ini, intinya adalah untuk meresmikan Ponpes Tahfidz Manbaul Ulum. Termasuk untuk menegaskan bahwa selain ada Ponpes Manbaul Ulum, juga ada Rumah Sedekah yang keberadaan juga tidak lepas dari fungsi sosial di tengah masyarakat.
"Kenapa ada Khotmil Quran, karena agar ada keberkahan dari Al-Quran. Dan kenapa harus ada santunan yatim dan Dhuafa ya karena itu fungsinya kita disini. Karena selain pondok, kita juga ada Rumah Sedekah. Yang tujuannya, kita bisa manfaat untuk umat yang ada di sekitar kita," ujar pria yang juga sebagai Ketua Rumah Sedekah ini.
Sementara itu, Ketua PWNU Jawa Timur, Kiai Marzuki Mustamar berpesan agar keberadaan Ponpes Tahfid Manbaul Ulum bisa bermanfaat dalam menyebarkan Islam Ahlus-Sunnah wal Jama'ah. Dalam kesempatan tersebut, Kiai Marzuki juga secara langsung yang meresmikan Ponpes Manbaul Ulum.
Sementara itu, sang Dalang Ki Ardhi Poerbo Antono dalam kesempatan kali ini membawakan lakon Trabasan Godho Madono. Di dalam lakon tersebut, ia ingin merepresentasikan sosok Gus Dur dengan dalam sosok Sri Khrisna. Dimana dalam kisah tersebut disesuaikan dengan sosok Gus Dur yang selalu memperjuangkan kebenaran dalam kondisi apapun.
"Sehingga korelasinya dengan Haul Gus Dur, Gus Dur adalah sosok yang suhud, beliau adalah sosok yang rela berkorban, beliau adalah guru yang ikhlas, beliau selalu mengejawantahkan nilai-nilai kemanusiaan tanpa tedeng aling-aling. Yang diprioritaskan adalah kemanusiaan, keadilan. Maka keberadaan Gus Dur dengan Sang Avatarawisnu dalam pewayangan ini sama-sama sebagai avatar atau sang pengendali," ujar Ki Ardi.