JATIMTIMES - Akhir-akhir ini muncul beberapa komunitas atau organisasi yang lahir di tiap kecamatan di Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur. Dari jumlah komunitas atau organisasi kepemudaan itu, ada yang tetap eksis setelah dilantik, dalam artian bergerak memiliki gagasan dan ide. Tapi, tidak sedikit juga yang tak terdengar kabarnya setelah dilantik.
Di sisi lain, ada aktivis yang sensitif seperti pantat bayi. Kenapa demikian? Karena kebanyakan aktivis di Bangkalan gampang baper, sedikit-sedikit ramai di Facebook atau di medsos, gerakan nyatanya nol besar.
Baca Juga : Kerja Sama dengan Polri, Gubernur Khofifah Resmikan SMAN 2 Taruna Bhayangkara Jatim
Stigma tersebut muncul dalam acara sosialisasi wawasan kebangsaan, dengan tema "aktivis pemuda (baperan atau berperan?)". Lahirnya tema tersebut, berangkat dari munculnya organisasi-organisasi kedaerahan yang hingga saat ini masih dianggap begitu-begitu saja. Alias masih jalan di tempat tanpa memberikan perubahan apapun terhadap daerahnya masing-masing.
Oleh sebab itu, Bustomi selaku Tim Peneliti Departemen Indonesia RSIS NTU Singapore, dalam pemaparannya menyebutkan, bahwa pemuda yang tergabung dalam organisasi kepemudaan di setiap daerahnya harus memiliki wawasan yang luas agar bisa memunculkan gagasan atau ide yang cemerlang.
"Jadi, pola gerakan pemuda harus bisa memunculkan gagasan yang dapat diterima oleh pemangku kebijakan," ujar Bustomi dihadapan para pimpinan OKP se- Bangkalan, di Cafe Abell, Telang Bangkalan, Minggu (19/12/2021).
Selain itu, Bustomi juga menuturkan, bahwa pemuda juga harus mampu beradaptasi dengan lingkungan kekinian. Sebab, saat ini diakui atau tidak, semua serba teknologi yang harus dikuasai oleh setiap lapisan masyarakat, khususnya pemuda-pemuda yang masih aktif di organisasi.
"Pemuda juga harus dimulai dengan kata Baper (sensitif pada lingkungan sekitar). Tidak hanya berkumpul, kalau hanya berkumpul tukang becak pun bisa," cetusnya.
Yang paling penting, ucap pria Kelahiran Mandung Kokop itu, saat ini sudah waktunya mengevaluasi organisasinya. Apakah sudah sesuai dengan aturan atau pakem yang sudah ada atau belum. Jika sudah sesuai, maka setelah itu bicara soal tugas dan fungsi organisasinya.
"Makanya, organisasi itu bukan hanya untuk berkumpul, melainkan harus ada rencana untuk memenuhi target yang diinginkan oleh organisasi," pungkasnya.
Baca Juga : Wajah Gembira Anak Korban Semeru saat Bertemu Power Rangers dari Jombang
Sementara itu, disampaikan juga oleh Mathur Husyairi anggota DPRD Provinsi Jawa Timur. Dia mengatakan bahwa dirinya sudah seringkali mengajak aktivis mahasiswa untuk menyampaikan ide atau gagasannya. Bisa kata dia, aktivis mahasiswa menyampaikan ide atau gagasannya dalam bentuk usaha atau pemberdayaan terhadap masyarakat di sekitarnya.
"Jadi, kalian punya ide atau gagasan apa, kami yang siapkan programnya, Tapi sayangnya, sampai saat ini belum ada apa-apa dari aktivis mahasiswa. Padahal saya sudah sering menyampaikan itu di ruang publik, bahkan di medsos (Fb) saya," tegas Mathur di hadapan para aktivis mahasiswa.
Sekedar diketahui, Kabupaten Bangkalan akhir-akhir ini bisa dikatakan cenderung banyak aktivisnya. Bahkan wadah aktivis kepemudaan di Bangkalan sangat terstruktur, mulai dari tingkat desa, kecamatan hingga kabupaten.
Secara keorganisasian, Kabupaten Bangkalan saat ini sudah tidak diragukan lagi. Organisasi kemahasiswaan maupun kepemudaan sudah tersebar di setiap kecamatan di Bangkalan. Jika dilihat dari banyaknya organisasi kepemudaan di Bangkalan, tentunya sumber daya manusia (SDM) nya bisa dikatakan sudah mumpuni. Akan tetapi kenyataannya, kabupaten dengan julukan Kota Dzikir dan Sholawat itu, sampai saat ini masih menjadi daerah tertinggal nomor 2 dari bawah di Provinsi Jawa Timur.