JATIMTIMES - Banyak kisah warga pada saat erupsi Gunung Semeru menerjang wilayah Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang pada Sabtu (4/12/2021) lalu. Salah satunya pada terjangan lahar dingin yang membuat Jembatan Gladak Perak terputus.
Jembatan yang menjadi penghubung antara Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang ini diketahui putus karena tersapu lahar dingin erupsi Gunung Semeru.
Baca Juga : Turun ke Lokasi Bencana, Pemuda Katolik Apresiasi Pemerintah Atasi Erupsi Semeru
Imam Bukhori (45) salah satu pemilik warung di sekitar jembatan tersebut menjadi saksi detik-detik jembatan Gladak Perak tersebut tersapu material lahar dingin. Imam mengatakan, sebelum lokasi tersebut tersapu lahar dingin, saat itu aktivitas penambangan di sekitar Curah Kobokan berjalan normal.
"Menurut saya, kalau untuk penambang sudah menepi semua, kalau yang di sini. Kalau yang di Kampung Renteng saya kurang tahu," kata Imam saat ditemui di sekitar lokasi Jembatan Gladak Perak.
Menurut Imam, saat itu setidaknya ada sekitar 30 orang yang sedang melakukan aktivitas penambangan. Dan selain itu, di lokasi tambang pasir tersebut, juga ada warung kopi dan bangunan musala.
"Kalau pada hari-hari biasa jumlah penambangnya ya sekitar itu. Namun biasanya, juga banyak orang yang menambang pada malam hari," imbuh Imam.
Dari pantauannya, sebelum Gunung Semeru terjadi erupsi pada Sabtu (4/12/2021) lalu, ia menangkap ada tanda-tanda yang tidak dijumpai pada kondisi biasanya, yakni seperti bau belerang. Meskipun, banjir lahar dingin dengan kapasitas kecil, biasanya juga sering terjadi.
"Kalau biasanya, ada banjir (lahar dingin) itu para penambang ya menepi saja. Dan kemarin itu, juga sempat ada bau belerang yang cukup kuat. Dan itu saya tangkap sebagai suatu tanda, karena biasanya tidak seperti itu," terang Imam.
Menurut pria yang juga aktif sebagai relawan di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang ini, selain tanda tersebut, sebelum kejadian juga sempat ada peringatan dari Pos Pantau Gunung Semeru Gunung Sawur. "Memang sempat ada peringatan, tentang perubahan aktivitas (Gunung Semeru)," ungkapnya.
Beruntungnya, saat peristiwa itu terjadi, tidak ada masyarakat yang beraktivitas di jembatan tersebut. Padahal biasanya, jembatan itu menjadi salah satu spot favorit masyarakat atau pengguna jalan untuk nongkrong. "Saat itu kebetulan sudah sepi. Karena mendung dan kondisi gelap, sehingga enggak ada yang lewat," jelasnya.
Dirinya juga sempat menghalau sejumlah kendaraan yang akan melintas di jembatan tersebut. Mengingat menurutnya saat itu kondisinya memang dinilai berbahaya untuk melintas di jalanan sekitar jembatan itu.
Baca Juga : Graha Bangunan Hadirkan Wastafel Keramik Ukuran Mungil, Cocok untuk Kamar Mandi Minimalis
"Saya sempat menghalau (kendaraan) yang dari atas akan melintas. Dan beberapa orang yang nongkrong di warung dan di bawah itu juga saya suruh untuk pergi. Jadi saat itu kondisinya kosong," pungkas Imam.
Sementara itu, rencananya akan segera dibangun jembatan sementara yang bisa dilalui kendaraan roda dua dan roda tiga. Tujuannya, agar masyarakat dapat melintasi jembatan dengan panjang kurang lebih 192 meter itu.
Di sisi lain, Bupati Lumajang Thoriqul Haq menuturkan bahwa hasil pertemuannya dengan Presiden RI Joko Widodo, jembatan Gladak Perak akan dibangun tahun depan. Sebab jembatan tersebut menjadi satu-satunya akses penghubung antara Kabupaten Lumajang dan Malang Raya.
Tanpa jembatan itu, saat ini Kecamatan Pronojiwo menjadi kecamatan terisolir. Selain itu, jembatan ini juga menjadi akses utama perekonomian bagi warga Lumajang dan Malang atau sebaliknya.
“Nanti akan dibangun kembali tahun depan dengan jangka waktu pembangunan 9 bulan. Dibangun dengan konstruksi berbeda (dari sebelumnya), nanti didesain tahan bencana karena jembatan ini berada di aliran lahar dingin Semeru," ujar Thoriq.