JATIMTIMES - Kewaspadaan terhadap bencana alam akibat alih fungsi lahan di Kabupaten Malang perlu ditingkatkan. Sebab, berdasarkan pantauan pemerhati lingkungan Sahabat Alam Indonesia (Salam), terjadi sejumlah alih fungsi lahan di Kabupaten Malang.
"Dengan adanya contoh kejadian (banjir bandang, Red) Batu, Kabupaten Malang agar mengantisipasi dalam hal mitigasi dan adaptasi daerah-daerah rawan bencana. Agar tidak merasa baik-baik saja, atau bahkan lengah seperti di Batu," kata Founder Lembaga Konservasi Sahabat Alam Indonesia (SALAM), Andik Syaifudin, Sabtu (13/11/2021).
Baca Juga : Peringati Hari Jadi Kabupaten Tuban, Mas Bupati Lindra Ingatkan soal Kemiskinan
Jika berkaca pada bencana yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, kemungkinan juga buntut dari peralihan fungsi lahan yang massive dan terus menerus. Kondisi itu mengakibatkan fungsi hutan untuk memperkuat struktur tanah menjadi hilang.
"Kasembon Ngantang sering banjir, bahkan beberapa tahun lalu sampai ada jembatan putus. Banjir bandang di Desa Selorejo Dau tahun lalu juga menyebabkan jembatan yang baru dibangun juga putus, itu kemungkinan dari hulu Panderman. Pujiharjo banjir juga karena daerah atas (hulu) beralih fungsi. Dan semuanya jadi perhatian BPBD Kabupaten Malang," beber Andik.
Untuk itu, kondisi-kondisi tersebut setidaknya bisa menjadi refleksi semua pihak untuk dapat waspada dengan melakukan mitigasi dan adaptasi terhadap daerah-daerah rawan bencana. Salah satunya, melalui penguatan literasi konservasi.
"Penguatan literasi konservasi dalam hal mitigasi dan adaptasi daerah rawan bencana selalu di anggap remeh, buang uang dan waktu, padahal ketika terjadi bencana biaya penanganan dampak dan recovery / pemulihannya lebih mahal dari pada upaya pencegahannya," terang Andi.
Sementara itu, catatan dari BPBD Kabupaten Malang, ada beberapa Kecamatan yang dinilai rawan terjadi bencana banjir bandang dan tanah longsor.
Baca Juga : Ngaku Penjelajah Waktu dan Orang Terakhir di Bumi, Pengguna Tiktok Hebohkan Dunia
Beberapa kecamatan tersebut yakni Pujon, Ngantang, Kasembon, Karangploso, Dau, Singosari, Lawang, Pakis, Tumpang, Poncokusumo, Ampelgading, Tirtoyudo, Dampit, Sumbermanjing Wetan, Wagir, Kromengan, Ngajum, Wonosari, Gedangan dan Kalipare.
"Mitigasi bencana sebetulnya lebih murah dan mudah, sayang kebanyakan orang bakal lebih memilih rekonstruksi pascabencana yang sulit dan rumit," pungkas Andik.