JATIMTIMES - Stunting berdampak besar bagi suatu negara karena memengaruhi daya saing dan kompetensi sumber daya manusia. Karena itu, penurunan angka prevalensi stunting jadi tanggung jawab bersama, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, dinas terkait, hingga masyarakat.
Hal ini ungkapkan oleh Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Wiryanta dalam kegiatan Forum Sosialisasi Genbest yang bertajuk “Stunting Hilang, Masa Depan Gemilang”. Acara ini diselenggarakan secara luring dan daring kepada remaja di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Senin (25/10/2021).
Baca Juga : Kota Kediri Apel Kesiapsiagaan Hadapi Ancaman Bencana Hidrometeorologi
"Penurunan angka prevalensi stunting ini sangat penting untuk menyongsong bonus demografi di tahun 2030, sehingga Indonesia bisa memiliki sumber daya manusia yang unggul dalam kompetensi dan karakternya," ungkap Wiryanta.
Wiryanta menyampaikan, penurunan angka prevalensi stunting ini berkaitan dengan target Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), yaitu penurunan angka prevalensi stunting hingga 14 persen tahun 2024.
Maka dari itu, Kemenkominfo bersama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melakukan sosialisasi untuk percepatan penurunan angka prevalensi stunting, khususnya di Kabupaten Jember.
Bupati Jember Hendy Siswanto yang diwakili Kepala Bidang Aspirasi dan Layanan Informasi Publik Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Jember Habib Salim menyambut baik kegiatan sosialisasi ini. Dia berharap penurunan angka prevalensi stunting dapat dilakukan secara maksimal mulai dari remaja, khususnya remaja putri yang kelak akan menjadi seorang ibu.
Kegiatan Forum Kepoin Genbest menghadirkan dua pembicara ,yaitu Dwi Listyawardani selaku Tim Komunikasi Informasi Edukasi Stunting BKKBN dan pakar gizi sekaligus Ketua Indonesia Sport Nutritionist Association Rita Ramayulis.
Rita menjelaskan, stunting adalah kekurangan gizi kronis yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Dengan begitu orang yang mengalami stunting memiliki defisiensi gizi di dalam tubuhnya. Terlebih lagi, orang yang mengalami stunting dapat menyebabkan gagal tumbuh dan berkembang.
"Kita tahu bahwa gizi diperlukan untuk sel membelah menjadi satu, dua, dan miliaran yang kemudian menjadi jaringan dan menjadi organ. Organ-organ di tubuh kita akan berkembang dengan baik apabila gizinya mencukupi," terang Rita.
Rita menyampaikan, stunting adalah masalah siklus. Maka remaja diharapkan untuk bersama-sama mencegah terjadinya stunting. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan memulai memperbaiki gizi secara personal. "Dan mengajak teman-temannya untuk makan yang benar," tutur Rita.
Lebih lanjut, Rita menjelaskan pemberian ASI (air susu ibu) bersifat wajib karena bayi hanya bisa mencerna makanan yang berasal dari ibunya, yaitu ASI. "Bayi tidak bisa mencerna makanan selain ASI. Di luar itu dia akan kesulitan untuk mencernanya, sehingga terjadi masalah kesehatan dan akan menyebabkan diare," kata Rita.
Diare sendiri merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kekurangan gizi kronis dan stunting. Stunting yang dimaksud bukan hanya gagal tumbuh sehingga anak tidak mencapai tinggi badan yang sesuai dengan usianya. Tetapi juga terganggunya alat gerak, otot, serta tulang. Bahkan saraf-saraf dan perkembangan otaknya juga akan terganggu serta mengalami kelainan-kelainan lanjutan.
Baca Juga : PPKM Level 2, Masyarakat Kota Malang Diminta Tak Abai Prokes
Sementara itu, Dwi menyampaikan, pemberian gizi yang baik harus dilakukan pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) yang juga dikenal dengan golden period. Masa 1.000 HPK ini diawali dengan pertemuan sel telur dan sel sperma di dalam rahim ibu.
"Selama kehamilan, yaitu 280 hari, ditambah 2 tahun setelah lahir, yaitu 720 hari, sehingga berjumlah 1.000. Inilah yang disebut dengan golden period. Dan kalau di masa ini, asupan gizinya kurang, di situlah ada kegagalan dalam pertumbuhannya," ujar Dwi.
Lebih lanjut, terkait ASI pihaknya mengatakan bahwa ASI merupakan nutrisi terbaik bagi bayi. Khusus di enam bulan pertama, bayi harus diberi ASI eksklusif dan dilanjutkan dengan makanan pendamping ASI (MPASI) yang diberikan pada anak usia enam bulan sampai 24 bulan.
Pihaknya memaparkan untuk mencegah terjadinya stunting harus di mulai sejak remaja, yaitu dengan membekali diri dengan berbagai informasi yang berkaitan dengan kehidupan berkeluarga. "Dari BKKBN sudah menyiapkan sebuah website. Namanya siapnikah.org. Di situ berbagai informasi yang diperlukan untuk siap nikah," tutur Dwi.
Selain siap nikah, penting juga bagi remaja untuk siap usia sebelum memutuskan untuk menikah, yaitu minimal 21 tahun. Pertimbangan tentang usia ini menjadi hal yang sangat krusial sebelum seseorang menikah dan hamil karena 40 persen anak stunting lahir dari ibu yang terlalu muda.
Lebih lanjut, ia memberi pesan kepada remaja untuk memahami bahaya stunting bagi bangsa dan tentunya untuk keluarga. "Oleh karena itu jangan sungkan-sungkan mencari informasi dari sumber-sumber yang dapat dipercaya. Salah satunya adalah Forum Genbest," tandas Dwi.
Sebagai informasi, Forum Kepoin Genbest yang diadakan kali ini merupakan bagian dari kampanye GenBest (Generasi Bersih dan Sehat), yang merupakan inisiasi Kemenkominfo untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas stunting.
GenBest mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari. Melalui situs genbest.id dan media sosial @genbestid, GenBest juga menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, maupun reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, dan videografik.