JATIMTIMES - Dinas Perikanan Kabupaten Malang menyatakan kemandirian nelayan dengan upaya konservasi memiliki kaitan penting. Sebab, nelayan menjadi salah satu kalangan yang secara langsung berkecimpung di kawasan kelautan, yang menyimpan banyak sumber daya alam (SDA) dan biota laut seperti berbagai jenis ikan dan terumbu karang.
Sehingga, menurut Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Malang Victor Sembiring, pola aktivitas menangkap ikan yang dilakukan nelayan juga perlu diatur. Soalnya, secara tidak langsung hal itu berhubungan dengan upaya konservasi.
Baca Juga : Bupati Tuban Apresiasi Channel Podcast KAHMI, Bertajuk Mata Kami
"Nelayan ini yang aktivitasnya meng-eksplore kelautan. Cenderung menangkap ikan. Kqalau polanya tidak diatur, ya bisa rusak," ujar Victor ditemui di ruang kerjanya, Kamis (21/10/2021) siang.
Dirinya pun berharap bahwa ke depan, menjaga keberlangsungan lingkungan hidup dan upaya konservasi menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat. Khususnya yang berprofesi sebagai nelayan dan warga pesisir.
Victor mencontohkan peran kelompok pengawas masyarakat (pokwasmas) yang ada di sekitar wilayah pesisir. Pokwasmas sendiri mayoritas adalah masyarakat yang juga berprofesi sebagai nelayan. Namun, dirinya merasa terpanggil untuk turut berkontribusi dalam upaya konservasi.
"Pokwasmas ini sifatnya relawan. Mereka volunteer. Mereka tidak ada yang menggaji. Tapi mereka harus tetap berpenghasilan. Bagaimana, ya dengan mencari ikan. Jadi, mereka bisa menggaji diri mereka sendiri. Karena mereka sudah lebih teredukasi, jadi menangkap ikannya juga tidak dengan cara yang salah," terang Victor.
Setidaknya, saat ini pekerjaan rumah bagi Dinas Perikanan Kabupaten Malang adalah bisa mengedukasi nelayan di Kabupaten Malang agar bisa mandiri. Baik secara ekonomi maupun secara konservasi.
Pasalnya, pihaknya tidak memungkiri bahwa saat ini masih ada beberapa oknum nelayan yang melakukan aktivitas penangkapan ikan dengan cara yang tidak dibenarkan. Misalnya menggunakan bahan peledak potasium atau menggunakan jaring dengan mata jaring yang berukuran kecil.
"Kalau mata jaringnya berukuran kecil, berarti ikan-ikan berukuran kecil bisa tertangkap. Padahal seharusnya itu masih bisa pembesaran dulu di habitatnya," pungkas Victor.
Baca Juga : Pro Kontra Deklarasi Anies Baswedan sebagai Capres 2024, Gerindra: Ngebet Banget
Untuk itulah, ia mendorong para nelayan, khususnya di pesisir Kabupaten Malang, untuk bisa mandiri.
Sedangkan Lembaga Konservasi Sahabat Alam Indonesia (SALAM) mencatat bahwa beberapa waktu lalu, keberadaan oknum nelayan yang menangkap ikan dengan cara yang salah berdampak buruk pada kesemimbangan ekosistem laut. Salah satunya terhadap terumbu karang, yang juga menjadi tempat tinggal bagi sebagian ikan laut.
"Ya masih ada nelayan pinggir menggunakan potasium untuk mencari ikan. Mereka melihat pasang surut air laut. Mencari ikan dan gurita sambil membawa botol berisi cairan potasium dan disebar-sebarkan sambil jalan. Itu jelas mengancam ekosistem terumbu karang dan biota laut lain," ujar Founder Lembaga Konservasi SALAM Andik Syaifudin.