JATIMTIMES - Upaya penyelamatan lingkungan dengan melakukan rehabilitasi mangrove dan terumbu karang, tidak hanya membuat lingkungan lestari. Tapi juga memberikan manfaat ekonomi terhadap warga sekitar.
Seperti yang dilakukan oleh Kelompok Sadar Wisata (pokdarwis) yang diberi nama Payung Kuning Desa Labuhan, Kecamatan Sepulu, Kabupaten Bangkalan ini. Mereka dengan gigihnya memanfaatkan taman mangrove menjadi ekowisata.
Baca Juga : Pesona Warna Warni Jembatan Kali Lanang, Terpanjang di Kota Batu
Berkat rehabilitasi mangrove dan terumbu karang, perekonomian di Desa Labuhan kini menggeliat. Sebab, hasil dari rehabilitasi menjadi ekowisata ini, perekonomian bisa hidup karena wisatawan kerap kali datang berkunjung (kecuali saat adanya wabah Covid-19, wisatawan jadi menurun).
Di balik suksesnya rehabilitasi mangrove dan terumbu karang, ternyata tidak lepas dari peran Sahril. Sahril adalah ketua dari Pokdarwis Payung Kuning Desa Labuhan. Menurutnya, inspirasi dari terbentuknya ekowisata ini berangkat dari observasi. Dirinya ingin menyelamatkan lingkungan di pesisir Desa Labuhan dengan melakukan penanaman pohon cemara di sekitar mangrove.
"Jadi kita ini, berangkat dari observasi, yakni untuk menyelamatkan lingkungan dengan menanam pohon cemara di pesisir pantai sekaligus kita jadikan ekowisata. Tujuannya ya selain menyelamatkan lingkungan juga bisa menghidupkan ekonomi masyarakat sekitar," tutur Sahril kepada BangkalanTIMES, sambil memandu dan menjelaskan usia pohon mangrove kepada sejumlah wartawan yang hadir di taman pendidikan mangrove, Minggu (10/10/2021).
Selain itu, dijelaskan juga oleh Sahril, bahwa keberhasilan merehabilitasi mangrove dan terumbu karang serta penanaman pohon cemara untuk menyelamatkan lingkungan tidak terlepas dari bantuan perusahaan minyak dan gas bumi Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore atau PHE WMO.
Sejak 2014 silam, anak usaha milik PT Pertamina ini mengelola blok West Madura Offshore atau Blok WMO yang secara geografis berada di wilayah lepas pantai Desa Labuhan, Kecamatan Sepulu.
"Kita ini memang binaan dari PHE WMO. Jadi, hasil dari omzet pendapatan pengelolaan taman pendidikan mangrove ini nanti, masuknya kepada kelompok," ungkap Sahril.
Sementara itu, disampaikan oleh Iwan Ridwan Faizal Relations Manager Regional 4 Indonesia Timur Sub Holding Upstream Pertamina, mengaku program ini adalah CSR dari PHE WMO untuk pengembangan di pesisir lepas pantai.
Baca Juga : Gandeng Donatur dan JatimTIMES, Rumah Sedekah NU 2 Salurkan Bantuan kepada 25 Anak Yatim
"Di Labuan ini, PHE WMO tidak hanya melakukan pengembangan wisata pantai saja, tetapi juga fokus pada kegiatan lingkungan dan pendidikan. Hasil dari konservasi lingkungan di Labuhan sudah dapat dilihat dari kerapatan mangrove yang terus meningkat setiap tahunnya," ungkap Ridwan.
Selain itu PHE WMO juga melakukan konservasi terumbu karang dengan menanam 80 kubah beton berongga. Sehingga, hasil dari konservasi mangrove dan terumbu karang saat ini, Labuhan sudah tidak lagi mengalami abrasi.
Bahkan, kata Ridwan, jika dilihat dari sisi sosial, ekonomi dan kesejahteraannya, program di Labuan ini telah dapat menarik minat 145 kepala keluarga (KK) pekerja migran untuk kembali mengembangkan desanya dalam mengelola wisata.
"Jadi, Pokdarwis ini tidak hanya fokus pada mengelola jasa wisatanya saja, tetapi mereka juga menyediakan katering dengan salah satu menu khas urap dan kopi mangrove khas Labuhan," jelas Iwan.
"Semoga, kolaborasi multi-stakeholder ini terus menjadi kunci keberhasilan dan keberlanjutan program dalam penciptakan nilai. Karenanya PHE WMO berterima kasih kepada semua stakeholder yang terlibat sehingga program CSR PHE WMO dapat berjalan dengan baik" pungkas Iwan.