JATIMTIMES - Data hasil riset Programme for International Students Assessment (PISA) TAHUN 2018 menunjukkan murid yang mengaku pernah mengalami bullying (perundungan) di Indonesia sebanyak 41,1%. Ini menjadikan Indonesia menempati posisi kelima tertinggi kasus bullying dari 78 negara setelah Filipina, Brunei Darussalam, Republik Dominika dan Maroko.
Diketahui, Tahun 2021 Kemendikbudristek bekerjasama dengan UNICEF Indonesia dan mitra melaksanakan program pencegahan perundungan dan kekerasan berbasis sekolah “Roots Indonesia” ke lebih dari 1.800 SMP dan SMA Sekolah Penggerak dan SMK Pusat Keunggulan. Program Roots Indonesia akan melibatkan siswa sebagai agen perubahan dan guru sebagai fasilitator.
Baca Juga : Tertangkap Polisi Tulungagung, Pria Asal Pasuruan Ini Membawa Sejumlah Sabu dan Ribuan Pil Dobel L
Agen perubahan sendiri adalah 30 siswa yang dipilih dari tiap sekolah untuk menyebarkan dan menanamkan nilai-nilai kebaikan dan anti-kekerasan di sekolah. Sedangkan fasilitator guru bertujuan untuk memfasilitasi diskusi yang dilakukan bersama agen perubahan dalam pertemuan roots setiap minggunya.
Selain itu fasilitator guru juga berperan dalam memfasilitasi siswa untuk melaporkan dan menindaklanjuti laporan perundungan atau kekerasan di sekolah.
Kepala Sekolah SMKN 1 Rejotangan Masrur Hanafi melalui Ketua Pokja Kesiswaan Eko Irwantoro mengatakan, program roots Indonesia adalah program untuk sekolah anti perundungan yang mana di dalamnya ada 2 fasilitator guru dan 30 agen perubahan atau 30 siswa yang ditunjuk.
Menurut Eko, roots Indonesia di dalamnya ada banyak kegiatan yang dilakukan baik fasilitator guru maupun agen perubahan dengan tujuan mengajak atau mengkampanyekan teman-teman satu sekolah untuk selalu melakukan hal-hal positif.
"Iya, untuk program roots insyaallah pertama kali dilaksanakan di Tulungagung," kata Eko melalui telpon seluler, Sabtu (9/10/2021).
Dijelaskan, untuk mencegah terjadinya perundungan di sekolah, SMKN 1 Rejotangan sudah punya 2 fasilitator guru yang telah mengikuti diklat sehingga materi-materi yang didapatnya bisa disampaikan kepada 30 agen perubahan untuk dilaksanakan.
Sebagai puncaknya, hari ini Sabtu (9/10/2021) telah dilakukan kegiatan pentas seni dan deklarasi anti perundungan SMKN 1 Rejotangan.
Baca Juga : Kontribusi Majukan Pariwisata, Mahasiswa KKN-T Unikama Bantu Pengembangan Wisata di Desa Druju
"Program roots sendiri juga bekerjasama dengan P5BK (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Budaya Kerja)," tutupnya.
Untuk diketahui, program ROOTS dianggap telah berhasil menurunkan tingkat bullying di sekolah percontohan dari angka 64.8% menjadi 35.2%. Sekolah percontohan yang diujicobakan adalah 4 SMP di Sulawesi Selatan, 4 SMP di Jawa Tengah dan 12 sekolah di Papua Barat. Selanjutnya program ROOTS dikembangkan pemerintah melalui Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), dengan dukungan UNICEF dan Yayasan Nusantara Sejati.
Pengertian bullying sendiri, menurut Ken Rigby adalah tindakan menyakiti orang lain yang menyebabkan orang lain itu menderita, baik secara fisik maupun psikis. Aksi ini biasanya dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, berulang-ulang, dan menimbulkan perasaan senang pada pelaku bullying.
Ken Rigby menyatakan bahwa korban bullying akan mengalami dampak sakit secara fisik dan psikologis, menurunnya rasa kepercayaan diri, trauma, takut, cemas dan merasa kesepian. Selanjutnya korban akan mengalami kemerosotan dalam belajar, memilih untuk mengasingkan diri, mengalami ketakutan sosial (social phobia) dan cenderung ingin bunuh diri.