JATIMTIMES - Budidaya udang menjadi sektor strategis yang terus berkembang pesat dalam akuakultur global. Di Indonesia, sektor ini berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, menyediakan nutrisi dan menciptakan lapangan kerja.
Pemerintah menargetkan peningkatan ekspor udang hingga 250 persen pada tahun lalu, tetapi target ambisius ini membutuhkan inovasi teknologi dan pendekatan berkelanjutan. Maka untuk lebih mengoptimalisasi produksi tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Tim peneliti dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FKIP) Universitas Brawijaya tampaknya selaras untuk mendukung kemauan pemerintah dalam peningkatan ekspor udang.
Baca Juga : Inspiratif! Produk Hiasan Bunga Kering dari Galari Rustic Poncokusumo Tembus Filipina dan Malaysia
Tim yang dipimpin oleh Muhammad Fakhri dan Nasrullah Bai Arifin itu mengembangkan bahan baku alternatif berbasis mikroalga. Salah satu spesies potensial yang dikembangkan adalah Monoraphidium braunii, mikroalga hijau air tawar yang diperoleh dari University of Goettingen, Jerman.
Mikroalga ini memiliki kandungan protein dan lipid tinggi yang menjadikannya cocok sebagai bahan baku pakan udang. "Salah satu kendala utama dalam budidaya mikroalga adalah rendahnya produksi biomassa pada sistem autotrofik," jelas ketua tim.
Untuk mengatasinya, tim peneliti menggunakan gliserol limbah sampingan dari produksi biodiesel sebagai sumber karbon organik dalam media pertumbuhan mikroalga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi gliserol mampu meningkatkan kandungan lipid hingga 1,3 kali lipat, dengan produktivitas lipid mencapai 46 mg/L/hari, dua kali lebih tinggi dibandingkan beberapa spesies mikroalga lain seperti Scenedesmus sp., Dunaliella sp., dan Chlorella pyrenoidosa.
“Pemanfaatan gliserol ini tidak hanya meningkatkan efisiensi produksi lipid, tetapi juga memberikan solusi ekologis dengan mengurangi limbah industri biodiesel,” ungkap Muhammad Fakhri. Langkah ini menjadi bagian dari inovasi pakan berkelanjutan yang mendukung budidaya udang ramah lingkungan.
Inovasi berbasis mikroalga ini diharapkan tidak hanya meningkatkan kualitas pakan udang, tetapi juga menciptakan dampak positif bagi lingkungan dan ekonomi. Penggunaan gliserol mampu mengurangi limbah yang tidak terkelola sekaligus membuka peluang bagi industri pakan lokal untuk mengurangi ketergantungan pada bahan baku impor.
Penelitian ini merupakan bagian dari program Penelitian Komoditas Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya. Ke depan, tim peneliti merencanakan riset lanjutan untuk mengoptimalkan kandungan lipid dan asam lemak esensial pada berbagai spesies mikroalga.
Baca Juga : Respon Lonjakan Data Kecelakaan Kerja BPJS, SIER Wajibkan Industri Perkuat Budaya K3
“Tujuan akhir kami adalah menciptakan pakan udang yang tidak hanya produktif tetapi juga mendukung keberlanjutan ekosistem perairan. Ini adalah langkah kecil menuju industri akuakultur yang lebih mandiri dan ramah lingkungan,” tambah Nasrullah Bai Arifin.
Dalam konteks global, permintaan akan udang terus meningkat, menjadikan inovasi di sektor akuakultur semakin relevan. Dengan pendekatan berkelanjutan seperti ini, Indonesia memiliki peluang besar untuk memperkuat posisinya sebagai salah satu produsen udang terbesar dunia. Kombinasi antara teknologi modern, bahan baku lokal, dan pengelolaan lingkungan yang baik akan menjadi kunci keberhasilan untuk mencapai target ambisius pemerintah.
Langkah FKIP UB membuktikan bahwa pendidikan tinggi tidak hanya berperan dalam mencetak lulusan, tetapi juga sebagai motor inovasi yang memberikan solusi nyata bagi tantangan industri. Inovasi berbasis mikroalga ini menjadi harapan baru untuk menciptakan ekosistem budidaya yang lebih baik, berkelanjutan, dan mendukung kesejahteraan masyarakat.