JATIMTIMES - Sejalan dengan Nawacita Presiden Jokowi untuk mewujudkan kemandirian ekonomi menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik serta sesuai dengan grand strategy energi nasional ke depan, Pertamina menjalankan serangkaian proyek kilang dan petrokimia berskala mega termasuk kilang GRR Tuban.
Diharapkan dari serangkaian mega proyek ini, Pertamina mampu untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor produk BBM. Dengan meningkatkan kapasitas kilang dalam rangka optimalisasi produk BBM dan memperbaiki kualitas BBM dan Naptha serta dapat memajukan perekonomian negara Indonesia melalui ekspansi bisnis secara massif ke industri petrokimia yang saat ini juga masih sangat bergantung dengan impor.
Baca Juga : Lakukan Ikrar Wakaf, 3 Wakif Dapat Apresiasi Pemkot Kediri
GRR Tuban menjadi perhatian Pertamina, sebagai pilot project kilang terbesar se-Asia Tenggara. Pembangunan kilang minyak terintegrasi dengan komplek Petrokimia dengan kapasitas pengolahan minyak mentah sebesar 300.000 barel per hari. Dan akan memproduksi BBM sebesar 230 ribu barel per hari secara total, dan produk petrokimia dan aromatik sebesar 4.1 juta ton per tahunnya.
Upaya mempercepat progress pembangunan kilang grass root refinery Tuban, Pertamina melalui anak usaha subholding Refining & Petrochemical, PT Kilang Pertamina Internasional juga telah memastikan tersedianya sarana dan prasarana pendukung operasional kilang GRR Tuban direncanakan beroperasi tahun 2027 di bawah pengelolaan Pertamina Rosneft.
Untuk memastikan penyediaan listrik, kerjasama antar BUMN untuk mendukung operasional kilang GRR Tuban ke depannya dilaksanakan sinergi BUMN yang melakukan penandatanganan nota kesepahaman antara Pertamina Rosneft dengan PT PLN (Persero) terkait rencana kajian bersama dalam penyediaan listrik untuk kebutuhan proyek GRR Tuban. MoU ini ditandatangani langsung Presiden Direktur Pertamina Rosneft Kadek Ambara Jaya dan Pavel Vagero selaku Direktur Keuangan dan Umum serta General Manager PLN Unit Distribusi Jawa Adi Priyanto disaksikan oleh Wakil Menteri I BUMN, Pahala Mansury.
Pahala Mansury menyampaikan, penyediaan listrik NGRR Tuban akan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak dan sebagai sinergi BUMN kerja sama ini akan memberikan manfaat terkait efisiensi nasional.
“Bagi PLN kerja sama ini akan meningkatkan serapan tenaga listrik sehingga akan meningkatkan pendapatan. Sementara untuk Pertamina Rosneft kerja sama ini akan membuat lebih fokus untuk meningkatkan kompetitifnya," jelasnya dalam keterangan resmi, Jumat (24/9/2021).
Melalui nota kesepahaman ini, Pertamina Rosneft dan PLN akan membuka peluang melaksanakan kajian bersama memastikan penyediaan suplai listrik hingga 20 Megawatt (MW) selama fase konstruksi dan commissioning. Selain itu dari hasil kajian tersebut nantinya akan ditentukan skema kerjasama yang paling optimal dan menguntungkan dari aspek bisnis serta akan mencakup pada penentuan penyediaan infrastruktur penunjang dan skenario konfigurasi sistem dan peralatan.
Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional, Djoko Priyono mengatakan, fase konstruksi ditargetkan akan dimulai pada triwulan ke 3 tahun 2023 dan perkiraan kebutuhan listrik GRR Tuban pada fase ini yaitu sebesar 20 megawatt. Sedangkan untuk tahapan commissioning start-up utility yang akan dimulai di tahun pada triwulan ke 2 tahun 2026 kebutuhan listrik dapat mencapai 50 megawatt.
Lebih lanjut disampaikan, konfigurasi Kilang Pertamina Rosneft saat ini memerlukan kepastian jaminan operasional kilang tanpa terputusnya aliran listrik sehingga diperlukan pasokan listrik yang andal.
“Berhentinya operasi kilang dalam 1 hari sama dengan hilangnya potensi revenue sebesar USD 34 juta (setara dengan 480 miliar rupiah) sehingga dibutuhkan jaminan suplai energi listrik terus menerus yang andal dengan zero total failure," kata Djoko.
Baca Juga : Babak Baru Polemik Demokrat, Kubu Moeldoko Gugat AD/ART ke MA Gandeng Yusril Ihza Mahendra
Direktur Utama PT PLN (Persero) Zulkifli Zaini mengungkapkan apresiasi atas kepercayaan yang diberikan kepada PLN untuk menjaga komitmen penyediaan kebutuhan listrik secara andal dengan harga yang kompetitif.
Nota kesepahaman ini akan berlaku selama 1 tahun dan hasil kajian bersama ini akan dituangkan dalam Kerja sama penyediaan listrik GRR Tuban dalam format Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik. Pada tahap operasi kebutuhan listrik secara total untuk kondisi normal operasi mencapai 678 megawatt melalui konfigurasi kombinasi suplai self-power generation dari kilang GRR Tuban serta electrical power grid dari PLN dan direncanakan PLN akan mensuplai hingga 500 megawatt.
Kerja sama Pertamina Group dengan PLN sendiri terutama untuk operasional kilang BBM bukan yang pertama. Sebelumnya PT Pertamina (Persero) meneken perjanjian kerja sama dengan PLN untuk penyediaan layanan kelistrikan untuk 5 kilang Pertamina di Refinery Unit (RU) II Dumai, RU III Plaju- Sungai Gerong, RU IV Cilacap, RU V Balikpapan, dan RU VI Balongan dengan kebutuhan total daya listrik yang disuplai mencapai 217 MVA yang selanjutnya dapat bertambah 104 MVA.
Pertamina Rosneft merupakan perusahaan patungan (joint venture) antara Pertamina Group dengan raksasa energi Rosneft asal Rusia yang menjadi pelaksana proyek strategis nasional GRR Tuban.
Berdiri di atas lahan seluas 834 hektare, kilang yang diharapkan menjadi fasilitas petrokimia terbesar di Asia Tenggara ini ditargetkan beroperasi tahun 2027 dan menyerap kurang lebih 27.000 tenaga kerja pada saat konstruksi, serta 2.500 tenaga kerja setelah proyek beroperasi.
Proyek GRR Tuban saat ini telah berada pada tahapan Front-end Engineering Design dengan progres per tanggal 17 September 2021 telah mencapai 34,54 persen vs rencana 17,83 persen (ahead +16,71%). Dengan dukungan Kementerian BUMN, Kementerian ESDM dan juga PLN, realisasi dan eksekusi proyek GRR Tuban dapat berjalan dengan lancar dan sesuai target, yang akan mengantarkan bangsa Indonesia menjadi bangsa mandiri dalam pemenuhan BBM maupun pemenuhan produk petrokimia.