JATIMTIMES – Kasus penganiayaan di lingkungan pondok pesantren terjadi di Kabupaten Jember. HR (12) dan AL (12), dua santri yang sedang menempuh pendidikan dibpondok pesantren tertua dan terbesar di Kecamatan Kencong, Jember, menjadi korban penganiayaan dan pengeroyokan yang dilakukan santri lama (senior) di dalam asrama pada 31 Agustus 2021 lalu.
HR, santri asal Desa Manggisan Tengah, Kecamatan Tanggul, mengalami luka lebam di beberapa tubuhnya. Yang paling mencolok adalah luka lebam di bagian bawah kelopak mata. Sedangkan AL, santri asal Desa Patemon, Kecamatan Tanggul, mengalami luka ringan dan tidak separah HR.
Baca Juga : Baru Sepekan Dilantik Naik Jabatan, ASN Lapas Tuban Gantung Diri di Rumah
Akibat kasus ini, Basuki Rahmad selaku orang tua HR melapokan kasus yang menimpa anaknya ke Mapolsek Kencong. “Saya sudah lapor ke Mapolsek Kencong dan hari ini akan dilakukan mediasi,” ujar Basuki Rahmad saat ditemui di Mapolsek Kencong pada Senin (6/9/2021) sebelum pertemuan mediasi dengan pihak pondok pesantren yang difasilitasi pihak Polsek Kencong.
Informasi yang dihimpun media ini, peristiwa yang menimpa HR dan Al ini terjadi pada Selasa 31 Agustus 2021 lalu, namun baru diketahui oleh orang tua HR saat mengirim anaknya pada Jumat (3/9/2021).
Dari pengakuan AL, peristiwa yang menimpa dirinya dan HR terjadi saat keduanya usai salat Ashar. Saat itu ia dan HR berniat masuk kamar untuk ganti baju karena akan mengikuti kegiatan pondok lainnya. Namun tiba-tiba salah satu santri lama mendatangi dirinya dan menendang dari belakang. Saat bersamaan AL juga melihat HR dikeroyok santri lainnya sambil kepalanya ditutupi menggunakan timba.
"Kejadian pada sore hari setelah salat jamaah Ashar. Pada saat selesai salat, saya bersama HR mau masuk ke kamar untuk melanjutkan sekolah formal. Namun sebelum masuk kamar untuk ganti baju, saya ditegur sama Wildan dan teman teman lainya. Tiba-tiba saya ditendang dari belakang sampai jatuh dan ditendang lagi. Saat bersamaan, teman saya HR, kepalanya ditutupi pakai timba dan dipukuli. Dan saya lari keluar kamar dan melihat dari jendela. Teman saya dipukuli orang banyak dalam kamar hingga sempat terbentur almari," ujar AL menceritakan apa yang dialaminya bersama dengan HR.
Basuki sendiri, saat mengetahui anaknya mengalami luka lebam, sempat menemui pengurus pondok pesantren dengan tujuan untuk minta pertanggungjawaban terkait apa yang dialami anaknya tersebut. Namun upaya yang dilakukan tidak menemui jalan keluar.
“Pada Jumat itu, sebelum lapor ke polisi, saya sempat minta pertanggungjawaban pengurus pondok. Namun tidak menemui jalan keluar. Terus saya kepikiran dengan anak saya. Akhirnya Sabtu saya kembali ke pondok untuk membawa anak saya pulang. Saya juga mengadukan kasus yang menimpa anak saya ini ke KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) Jember,” ujar Basuki.
Basuki juga menjelaskan, pihaknya sudah memberi maaf kepada para pelaku, namun proses hukum tetap berjalan. “Kalau memaafkan, pasti saya maafkan, tapi proses hukum tetap akan saya lanjutkan, biar tidak ada lagi santri yang mengalami nasib seperti anak saya. Selain itu, agar pengurus tidak teledor dalam melakukan pengawasan terhadap adik-adik di dalam ruang lingkup pondok. Jika anak saya tidak cerita, hal ini tidak bakalan terungkap,” ucap Basuki.
Kapolsek Kencong AKP Adri Santoso, saat dikonfirmasi, membenarkan adanya kasus pemukulan yang menimpa salah satu santri di pondok pesantren yang ada di wilayah hukumnya. “Detailnya langsung ke kanitreskrim saja. Saya masih ada kegiatan,” ujar kapolsek.
Baca Juga : Sidang Gugatan Pilkades Digelar Hari Ini, 2 Kubu Saling Lempar Harapan
Dari pantauan media ini, mediasai yang dilakukan di Mapolsek Kencong antara Basuki Rahmad selaku wali santri dengan pihak pondok pesantren terlihat cukup lama. Mediasi hanya diikuti oleh kedua belah pihak, KPAI, dan pihak Polsek Kencong.
Sementara, salah satu pengurus pondok pesantren saat dikonfirmasi terkait kejadian ini usai melakukan mediasi, juga enggan memberikan keterangan kepada wartawan. “Mohon maaf belum bisa," katanya sambil berlalu meninggalkan Mapolsek kencong.
Sedangkan dari informasi yang diterima media ini, mediasi yang dilakukan tersebut masih belum menemui titik terang dan akan dilanjutkan pada Kamis mendatang. “Mediasi belum ada jalan keluar. Masih akan ada mediasi lagi besok Kamis,” pungkas anggota Polsek Kencong yang enggan disebut namanya.
Sedangkan HR saat keluar dari ruang mediasi,l juga terlihat lemas dan menangis dibpelukan ibunya. Dia mengaku pusing dan takut.
"Ini anak saya takut dan pusing. Tadi saya minta obat kepada Pak Polisi. Masak seperti ini dikira main-main. Anak tidak mungkin berbohong kepada orang tua. Memang kondisinya ketakutan dan trauma berat. Sebentar lagi habis ini saya bawa ke dokter. Takut anak saya kenapa-kenapa setelah dianiaya. Saya takut mentalnya down," ujar ibu HR yang ikut hadir dalam mediasi tersebut.