INDONESIATIMES - Berkuasanya kembali Taliban di Afghanistan hingga kini masih menjadi sorotan penjuru dunia. Taliban berhasil menduduki istana kepresidenan beberapa hari lalu.
Seperti diketahui, tak lama usai Taliban menduduki Kabul, puluhan ribu orang mencoba melarikan diri. Mereka takut akan terjadi aksi pembalasan karena berpihak pada pemerintah yang disokong Barat selama dua dekade.
Baca Juga : Peringati HUT RI, Komunitas 7 Bidadari Eksplore Wisata Lumajang Dengan Film Pendek
Namun, Taliban mengklaim bahwa pemerintahan barunya ini akan berbeda dengan masa kepemimpinan pada tahun 1996-2001, yang terkenal menerapkan rajam dan pembatasan superketat terhadap perempuan.
"Kalau soal ideologi, keyakinan, tidak ada bedanya. Tapi kalau kita hitung berdasarkan pengalaman, kedewasaan dan wawasan , pasti banyak perbedaannya,' kata Juru Bicara Taliban Zabihullah Mujahid seperti dikutip dari AFP.
"Semua yang berseberangan akan diampuni, dari A sampai Z. Kami tidak akan membalas dendam," lanjut dia
Mujahid juga mengatakan pemerintahan baru akan segera dibentuk. Meski tidak memberikan rincian lebih lanjut, dia hanya menyebut kelompoknya akan menggandeng seluruh pihak.
Selain itu, Taliban akan memberi kesempatan kepada kaum perempuan untuk terlibat dalam pemerintahan. "(Kami) berkomitmen untuk membiarkan perempuan bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip Islam," tuturnya.
Sebelumnya, Taliban memang telah mendeklarasikan amnesti atau pengampunan bagi pejabat pemerintah di seluruh Afghanistan.
Anggota Komisi Budaya Taliban Enamullah Samangani juga mengumumkan bahwa kelompok itu tidak ingin perempuan menjadi korban selama mereka berkuasa. "Imarah Islam tidak ingin perempuan menjadi korban. Mereka harus berada dalam struktur pemerintahan menurut hukum dyariah," katanya.
Baca Juga : Makna Kemerdekaan di Mata Para Ulama: Cinta Tanah Air Sebagian Dari Iman
Taliban disebut akan berusaha menunjukkan sikap menahan diri dan lebih moderat dalam pemerintahannya. "Mereka yang bekerja di bagian atau kementerian pemerintah mana pun harus melanjutkan tugas mereka dengan penuh dan melanjutkan tugas mereka tanpa rasa takut," kata Taliban dalam pernyataan resmi.
Untuk diketahui, saat memegang kekuasaan pada 1996-2002, Taliban menetapkan sistem yang ultrakonservatif. Di antaranya yakni perempuan wajib mengenakan burkak, laki-laki harus berjenggot, serta tidak boleh menonton televisi non-keagamaan dan lainnya.
Kali ini, juru bicara Taliban di Doha, Qatar, menyebutkan bahwa perempuan tidak harus mengenakan burkak. Kendati demikian, ia juga tak menyebut pakaian apa yang bisa diterima.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price pun turut buka suara soal pendudukan Taliban. "Jika Taliban mengatakan mereka akan menghormati hak-hak warganya, kami akan mengawasi mereka dalam melaksanakan," kata Price.