TULUNGAGUNGTIMES - Genduri takir plonthang di bulan Suro sudah menjadi tradisi masyarakat Jawa, termasuk di Kabupaten Tulungagung. Seperti yang terjadi di banyak tempat, umumnya di tengah jalan genduri takir plonthang di Kabupaten Tulungagung mulai dilaksanakan pada Senin malam dan Selasa malam Rabu, (09-10 Agustus 2021).
Salah satu kegiatan yang terjadi adalah di pantai Sine Desa Kalibatur, Kecamatan Kalidawir ini, sejumlah nelayan dan masyarakat menggelar kenduri keselamatan.
Baca Juga : Tahun Ini, PNS Sekdes di Tulungagung Harus Ditarik Tanpa Syarat dari Pemdes
"Masyarakat baik transat dan nelayan melaksanakan ritual Suroan bersama," kata Nur Hasim, pengamat budaya dan aktivis sosial Tulungagung Explorer, Rabu (11/8/2021).
Mereka kompak melaksanakan genduri di jalan. Bedanya jika di banyak tempat dilaksanakan pada malam setelah magrib, di Sine dilaksanakan saat suasana masih terang atau sore.
Nur Hasyim mengungkapkan, seperti lazimnya tradisi selamatan untuk bulan suro acara genduri juga memanjatkan doa kepada Tuhan agar dijauhkan dari mara bahaya.
"Doa tolak bala dan meminta keselamatan dan masyarakat diberikan kesejahteraan hidup selama setahun kedepan," ujarnya.
Sebagai aktivis sosial dan budaya, Nur Hasyim juga mendapat undangan dari berbagai tempat untuk ikut serta dan menyaksikan upacara tahunan tiap bulan Suro ini di berbagai tempat.
Seperti diketahui, Suro merupakan bulan sakral bagi masyarakat di Jawa. Bahkan, saking sakralnya, ada banyak pantangan yang tidak boleh dilakukan di bulan ini. Bulan yang dalam Islam disebut Muharram ini sering diisi dengan kegiatan perayaan keagamaan dan selalu semarak di tiap tahun.
Beberapa pantangan ini masih berlaku dan banyak dipatuhi di Tulungagung,
Baca Juga : Sebut Berkah Nyadran di Gunung Bolo Tulungagung, Tukang Parkir Ini Taklukkan Hati Majikan, Anak Jadi PNS
1. Mengadakan pernikahan
Ketika memasuki bulan Suro, orang tua kerap melarang pernikahan anak-anaknya. Mengadakan pernikahan di bulan Suro dipercaya hanya akan mendatangkan kesialan kepada kedua belah pihak keluarga. Mengadakan pernikahan di bulan Suro masih dipercaya akan menyaingi ritual keraton.
2. Boyongan rumah
Ada hari baik dan ada pula hari buruk yang dipercaya. Di Tulungagung hari-hari di bulan Suro bukanlah hari baik sehingga tidak dianjurkan melakukan pindahan rumah. Mitos ini dipercaya hingga ada klaim bahwa yang melanggar pantangan Suro akan mengalami kesialan dan ketidakharmonisan dalam rumah tangga.
3. Adakan Hajatan
Bagi acara hajatan, Suro dianggap sebagai bulan yang buruk sehingga pantangan untuk mengadakan berbagai pesta hajatan seperti pernikahan, sunatan, dan lainnya.
4. Larangan keluar rumah
Tepat pada saat malam satu Suro, orang tua yang masih ngugemi pesan leluhur meminta anaknya untuk tidak keluar rumah. Pantangan itu dipegang teguh oleh masyarakat Jawa yang masih percaya bahwa keluar rumah di malam satu Suro akan mendatangkan musibah dan hal buruk dalam hidup.
Di luar pantangan itu, ada anjuran yang baik di bulan Suro ini. Diantaranya adalah menjalankan puasa, mengurangi atau bahkan tapa bisu dan bersedekah pada orang-orang yang membutuhkan.