TULUNGAGUNGTIMES - Kisah ibu dan anak yang menjadi kucing di Tulungagung ini sungguh sulit dipercaya awalnya. Namun, kisah nyata ini benar-benar terjadi dan masih selalu diingat dan dikenang masyarakat di sekitar Gunung Bolo Desa Bolorejo Kecamatan Kauman Kabupaten Tulungagung.
Adalah Almarhumah Kanah dan anaknya bernama Mingan, yang berperan penting dalam perjalanan nyadran di makam Kembang Sore atau puncak Gunung Bolo.
Baca Juga : Pembatasan Jam Malam Dikeluhkan, Ini Tanggapan Wali Kota Malang
Seperti dikisahkan juru kunci makam, Basuki (65) yang sejak tahun 1990 lalu mengelola tempat ini. Ia mengisahkan, satu bagian yang tak terpisahkan saat ritual nyadran adalah memberi makan kucing.
"Orang yang datang ke sini syaratnya membawa ingkung (ayam), nasi gurih, sambal goreng dan dupa atau menyan," kata Basuki, Selasa (10/08/2021).
Begitu datang dengan syarat itu, juru kunci menyampaikan maksud dan hajat kepada Tuhan yang maha esa dengan lantaran (media) ibu Roro Kembangsore.
"Kemudian persyaratan itu dibuka dan seperti umumnya selamatan, istilahnya dipurak atau dibagi kepada orang yang ada di situ," ujarnya.
Ada bagian terpenting yang harus diberikan pada kucing yakni kepala, cakar, sayap dan ampela serta hati ayam dan nasi yang dibagikan itu.
"Di sini dulu memang banyak kucing, sampai ada 30 ekor lebih. Tapi, lama-lama kucingnya tidak ada dan peran kucing diganti orang," ungkapnya.
Adalah Almarhumah Kanah awalnya yang menjadi kucing itu. Wanita miskin dengan satu anak ini setiap ada orang yang nyadran dipanggil tutuk.
"Jika dipanggil tutuk, dia akan jawab meong dan baru diberi makan," jelasnya.
Di ceritakan Basuki, saat Kanah menjadi kucing juru kunci makam bernama Rosani dan setelah keduanya meninggal, Ia menjadi penggantinya.
Baca Juga : Sembuhkan Ratusan Pasien Covid-19, Dokter Tiwi Mengaku Gurunya Adalah Pasien
"Kemudian anak satu-satunya Kanah bernama Mingan meneruskan peran menjadi kucing," paparnya.
Yang menjadi aneh, saat peran kucing diberikan ke orang menurut Basuki, perilaku Kanah dan Mingan juga rembis-rembis seperti kucing.
"Ya jadi seperti kucing begitu, jika yang lain makan bersama ia menyendiri agak jauh hingga diberi bagian makanannya," imbuhnya.
Apakah karena Kanah dan Mingan ada gangguan jiwa, Basuki tidak menampik kondisi mental ibu dan anak yang kini telah tinggal kenangan itu.
"Keduanya sudah meninggal, sulit mencari kucing lagi sekarang. Banyak yang tidak mau meneruskan, jadi jika ada orang nyadran bagian untuk kucing dapat diberikan pada siapa saja yang ada," jelasnya.
Seperti disampaikan sebelumnya, Basuki membantah jika makam keramat Kembang Sore merupakan tempat mencari pesugihan saja. Di makam ini, tiap orang yang nyadran bisa meminta apapun terkait dengan kesulitan yang dihadapi.
Ia juga membantah, jika syarat bagi tamu yang nyadran harus menjajakan diri atau melacurkan diri dengan orang lain. Menurutnya, cerita itu adalah mitos lama dan entah siapa orang yang menyebarkannya hingga dipercaya banyak orang dari dahulu hingga saat ini.