JOMBANGTIMES - Angka kematian akibat covid-19 di Jombang meroket. BNPB merilis kematian di Jombang tembus 10 besar tertinggi di Indonesia. Lalu apa penyebab tingginya kematian akibat covid-19 di kota santri itu?
Berdasarkan data perkembangan covid-19 di Jombang, hingga 5 Agustus 2021 terdapat 9.983 kasus terkonfirmasi positif covid-19. Terdiri dari 7.458 telah sembuh, 1.233 meninggal dunia dan 1.292 masih dalam perawatan baik di rumah sakit, tempat isolasi terpusat maupun yang isolasi mandiri di rumah.
Baca Juga : Sudah Larang Pungutan LKS, Dinas Pendidikan Kabupaten Madiun Bakal Tegur Sekolah
Tingginya kematian akibat covid-19 terlihat jelas selama bulan Juli 2021 kemarin. Seperti yang tercatat dalam data rekapitulasi RSUD Jombang. Pada rumah sakit milik Pemkab Jombang ini, kematian akibat terinfeksi covid-19 di bulan Juli mencapai 120 orang.
"Dari hasil rekapitulasi data di bulan Juli saja, kami menangani pasien yang terdampak covid-19 ini sekitar hampir 1.000 orang. Dengan jumlah kematian berdasarkan data yang masuk, yang terkonfirmasi positif ada sekitar 120 orang dengan prosentase 12 persen," kata Direktur RSUD Jombang dr Pudji Umbaran kepada wartawan, Jumat (06/08).
Disampaikan Pudji, tingginya kasus kematian karena covid-19 di RSUD Jombang akibat sebagian besar pasien datang dalam kondisi kritis. Menurut dia, pasien datang dengan saturasi oksigen di bawah 80 persen. Bahkan tak sedikit yang saturasinya hanya 40-60 persen saja.
Apalagi, lanjut Pudji, diperparah dengan adanya komorbid yang selama ini diderita pasien. Kebanyakan pasien juga telat datang ke rumah sakit.
"Keterlambatan dibawa ke rumah sakit akibat isoman yang dilakukan masyarakat tanpa pengawasan ideal dari nakes. Mereka tak tahu kalau kondisinya sudah kritis. Sehingga saat kondisinya memburuk, baik saturasi maupun komorbidnya baru kemudian dirujuk ke rumah sakit," kata Pudji.
Kondisi serupa juga diungkapkan oleh Direktur RSUD Ploso dr Achmad Iskandar Dzulqornain. Di rumah sakit plat merah ini juga banyak pasien covid-19 meninggal akibat telat dibawa ke rumah sakit saat kondisi sudah kritis.
Dibeberkan Iskandar, selama Juli sedikitnya ada 75 pasien covid-19 yang meninggal dunia di RSUD Ploso. "Dari 244 pasien covid-19 yang kita layani selama bulan Juli, sebanyak 75 orang meninggal dunia. Mirisnya, dari 65 orang yang meninggal atau 86,7 persen pasien meninggal dunia akibat terlambat dibawa ke rumah sakit," ungkapnya.
Baca Juga : Angka Kematian Covid-19 di Usia Muda Meningkat, Ini Faktor Penyebabnya
Sebagai Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jombang, ia mengimbau masyarakat yang positif covid-19 memanfaatkan fasilitas isolasi terpusat (Isoter) atau rumah sehat yang disiapkan pemerintah di masing-masing kecamatan. Karena isoman berbahaya dilakukan tanpa pengawasan tenaga kesehatan.
"Rumah sehat atau isoter sudah benar untuk mencegah isoman. Tinggal dilihat pelaksanaannya berjalan baik dan efektif apa tidak," ucapnya.
Diberitakan sebelumnya, kasus kematian akibat covid-19 di Jombang tembus 10 besar tertinggi di Indonesia. Itu berdasarkan data yang diungkap oleh Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Penanganan Covid-19, Dewi Aisyah dalam diskusi yang disiarkan BNPB melalui Chanel YouTube pada Rabu (04/08).
Dewi menyebut, Kabupaten Jombang masuk 10 besar kasus kematian tertinggi di Indonesia. Yaitu di angka 560 orang meninggal akibat covid-19.
"Penyumbang angka kematian tertinggi berasal dari kota Semarang, diikuti dengan Jakarta Timur. Kemudian Garut, Jakarta Barat, Karawang, Jakarta Selatan, Kota Balikpapan, Sleman, dan Jombang. Kurang lebih sepuluh besarnya," beber Dewi.