INDONESIATIMES - Publik sempat dihebohkan dengan buku Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang ternyata sudah ada pembahasan tentang virus korona. Buku IPA tersebut merupakan buku tahun ajaran 2017 untuk kelas 8.
Video itu pun kembali menjadi viral di media sosial TikTok. Awalnya, video itu diunggah oleh akun Instagram @infokejadiandemak pada Juni 2021 lalu.
Baca Juga : Diamuk Varian Delta, China Lockdown 2,7 Juta Warga
Namun, kali ini video tersebut kembali diunggah oleh akun TikTok @Millah Ali. Dalam video itu terdengar suara pria yang membacakan bahwa virus korona sudah ada sejak dulu dan tidak perlu ditakuti.
Dalam video berdurasi 1 menit 15 detik tersebut, terdengar suara seorang pria yang membacakan kutipan dari buku IPA tentang virus korona tak berbahaya. Pria itu juga menyorot materi buku pelajaran IPA tersebut.
"Corona Virus ini sudah ada sejak zaman dulu, ini coba lihat di buku paket anak belajar, siswa-siswa belajar buku IPA untuk kelas 8 semester 2. Ini diterbitkan pada tahun 2017," ujar pria dalam video tersebut.
"Pada bab sistem pernapasan, ini pada bagian B, gangguan sistem pernapasan pada manusia. Pertama influenza, kedua tonsilitis ini penyebabnya sudah tertulis di sini ini penyebabnya Corona virus. Ini sudah ada sejak zaman dulu, anak-anak sudah tahu. Faringitis, sakit faringitis ini penyebabnya juga Corona virus. Sudah ada sejak dulu, tidak usah, ya hati-hati ya tetap, tapi tidak usah terlalu mencekam begitu," sambung dia.
Terkait viralnya video tersebut, Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Demak Eko Pringgo Laksito sempat memberikan tanggapan. Koko sapaan akrabnya membenarkan soal materi korona yang ada di dalam buku IPA kelas 8 tersebut.
Kendati demikian, Koko menyebut kasus pandemi Covid-19 ini perlu dicermati karena merupakan varian baru korona.
"Buku Paket IPA kelas 8 semester 2 berkaitan dengan pengetahuan virus sebagai penyebab sakit, memang sudah lama dikenal di dunia ilmu pengetahuan, termasuk virus corona ," ujar Koko pada akhir Juni 2021 lalu.
Sedangkan, Covid-19 saat ini, kata Koko, adalah wabah atau pandemi yang sudah banyak menyerang korban. Maka ditemukan sebagai varian baru dan menjadi perhatian seluruh belahan dunia.
Tak cuma di buku IPA saja, dikutip dari WebMD, virus korona sebetulnya sudah lama diketahui oleh para peneliti. Virus korona itu kali pertama diidentifikasi pada tahun 1965 yang menyebabkan gejala ringan mirip pilek.
Namun perlu diketahui bahwa virus korona ada berbagai macam. Dalam beberapa tahun sejak kali pertama diidentifikasi, peneliti juga menemukan jenis-jenis virus korona lain yang ada pada binatang dan beberapa di antaranya bisa menginfeksi manusia.
Baca Juga : Vaksinasi Nakes Ketiga, Kota Malang Dapat Jatah 11.934 Dosis Vaksin Moderna
Hingga pada 2002 muncullah korona ganas pertama yang membuat heboh dunia yakni virus severe acute respiratory syndrome (SARS). Virus Corona SARS yang awalnya muncul di China ini menyebar lebih ke 28 negara.
SARS bahkan menyebabkan lebih dari 8.000 kasus dan 700 kematian sebelum akhirnya berhasil ditekan pada 2004.
"Virus Corona ini menyebabkan demam, sakit kepala, dan gangguan pernapasan lainnya mulai dari batuk-batuk hingga sulit bernapas," tulis WebMD.
Kemudian, jenis korona berbahaya berikutnya teridentifikasi pada 2012 yakni virus Middle East respiratory syndrome (MERS). Dibandingkan SARS, MERS disebut memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi namun kemampuan menularnya rendah.
Dari sekitar 2.500 kasus MERS yang dilaporkan, ada lebih dari 800 orang meninggal dunia. Hingga kemudian akhir 2019, jenis virus korona baru yaitu Covid-19 muncul.
Virus korona ini menjadi pandemi dan berbahaya karena kemampuan menularnya yang begitu tinggi menyebabkan banyak orang jatuh sakit dalam waktu bersamaan bahkan sampai meninggal dunia. Virus tersebut hingga kini masih meraja rela di berbagai belahan dunia. Bahkan, muncul varian-varian baru seperti Delta, Delta Plus yang diklaim lebih cepat menular. Di Indonesia sendiri saat ini virus Covid-19 juga masih terus meningkat.
Untuk menekan laju penularan Covid-19, pemerintah Indonesia menerapkan berbagai upaya seperti PPKM dan vaksinasi yang juga dilakukan oleh beberapa negara lain.