MALANGTIMES - Peristiwa yang sangat menyedihkan terjadi kepada seorang ibu yang sedang hamil besar 7 bulan yang mendadak meninggal dunia. Ibu itu adalah Sri Indahwati (33) warga Jalan Ketawanggede, Kelurahan Ketawanggede, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang yang mendadak meninggal ketika berada di kediaman orang tuanya di Jalan Mertojoyo Blok N, Kelurahan Merjosari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang untuk merawat orang tuanya yang sedang sakit.
Abdul Bari (35) selaku suami dari Indah pun menuturkan kronologi awal sang istri yang mendadak meninggal dunia tersebut. Bermula dari sejak awal kehamilan anak keduanya tersebut, Indah mengeluh sakit pada kerongkongan dan merasakan sesak pada dada.
Baca Juga : Akhirnya Bupati Bangkalan Lantik Kades Terpilih Periode 2021‐2027
Keluhan sakit tersebut, kata Bari, membuat Indah sulit untuk makan maupun minum. Karena usai makan dan minum, beberapa saat Indah akan muntah. Kemudian dengan kondisi hamil besar tersebut, Bari pun berinisiatif membawa istrinya ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
"Tapi saat ke beberapa rumah sakit itu kuota pasiennya penuh. Akhirnya di RSI Unisma ada, tapi harus ke dokter kandungan. Istri saya enggak mau," ujarnya kepada MalangTIMES.com.
Akhirnya Bari pun mencoba membawa istrinya ke salah seorang bidan kandungan di wilayah Joyogrand. Kemudian setelah diperiksakan, istri dari Bari diberikan obat oleh bidan tersebut.
"Habis itu (diperiksa dan diberi obat, red) sehat mas. Sampai tanggal 27 (Juli, red) kemarin itu malah masih omong-omongan sama saya malamnya," tuturnya sambil menunjukkan raut wajah sedih.
Bari yang semula tegar menjelaskan awal mula kronologi istrinya merasakan sakit dan sedang mengandung anak keduanya dalam usia kandungan 7 bulan itupun, akhirnya tak kuasa menahan air mata ketika menceritakan istrinya yang meninggal dunia mendadak pukul 02.00 WIB dini hari tadi.
"Itu waktu jam 02.00 pagi istri saya langsung slek (tidak sadar, red) gitu. Kayak enggak mengeluh apa-apa cuma langsung ninggalin saya begitu," ucapnya.
Menyadari istrinya yang sedang hamil 7 bulan tersebut, Bari pun langsung bergegas berusaha menyelamatkan bayi dalam rahim sang istri. Namun ketika dibawa ke bidan kandungan, sang bidan merasa kesulitan untuk menangani dan harus ditangani ke rumah sakit.
"Tapi waktu itu rumah sakit sedang penuh dan akhirnya (bayinya, red) juga meninggal," ujar Bari sambil menangis sesenggukan.
Kemudian saat akan dilakukan proses pemulasaraan dan pemakaman jenazah, pihak puskesmas setempat menyarankan untuk memakamkan jenazah sang istri dengan protokol kesehatan. Namun, Bari pun menolak.
Baca Juga : Waduh, Ratusan Relawan Pemakaman Covid di Jember Mundur
"Oksimeternya kemarin ya normal. Kami rundingan dengan keluarga akhirnya dimakamkan sendiri tapi kami juga memakai APD (Alat Pelindung Diri, red) dari satgas pemuda tangguh RW. 04," tuturnya.
Sementara itu, Ketua Satgas Pemuda Tangguh RW. 04 Kelurahan Merjosari Bambang Dwi mengatakan, pihaknya menerjunkan lima relawan dari Pemuda Tangguh RW. 04 untuk melakukan pemulasaraan jenazah Sri Indahwati.
"Kami tadi ada sekitar lima orang untuk melakukan pemulasaraan dan kemudian memakamkan jenazah di TPU Singomenggolo," ujarnya.
Kelima anggota Pemuda Tangguh RW. 04 tersebut, kata Bambang juga mengenakan APD lengkap yang merupakan milik swadaya masyarakat. Serta usai melakukan proses pemulasaraan dan pemakaman jenazah, seluruh APD anggota disemprot desinfektan untuk sterilisasi.
"Itu SOP yang kita terapkan di wilayah kami. Kita sebelumnya juga telah menerima pelatihan pemulasaraan jenazah dari salah satu tenaga kesehatan di wilayah sini," ujarnya.
Lebih lanjut, salah satu anggota Tim Penanganan 3T Covid-19 Kelurahan Merjosari yakni Yossi Hendrawan mengatakan, untuk memastikan kondisi keluarga dari almarhumah aman dari Covid-19 pihaknya melakukan pemeriksaan swab antigen.
"Tadi keluarga yang kontak erat dengan Bu Indah ini kita lakukan swab antigen. Alhamdulillaah semuanya negatif Covid-19. Untuk alat swab antigen merupakan swadaya dari Pemuda Tangguh RW. 04," tandasnya.