JEMBERTIMES – Ada hal menarik dalam penanganan covid-19 di Kabupaten Jember. Ketika jumlah pasien meninggal meningkat, ditambah beberapa kali ada kasus kekerasan terhadap petugas pemulasaran jenazah, ratusan relawan pemulasaran jenazah mengundurkan diri.
Hal ini terungkap saat Komisi D DPRD Jember menggelar dengar pendapat dengan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), Dinas Kesehatan (Dinkes), dan pihak rumah sakit pada Selasa kemarin. Tak pelak, banyaknya relawan pemulasaran jenazah yang mengundurkan diri itu sangat disayangkan oleh Wakil Ketua Komisi D DPRD Jember Pujo Ardi Wibowo.
Baca Juga : Forkopim-OKP Galis Kompak Ikuti Vaksinasi, Ketua KNPI: Ini Demi Memutus Sebaran Covid-19
Menurut politisi dari Partai Gerindra ini, dari 140 relawan yang terdata awal, saat ini jumlahnya tinggal belasan orang. Padahal, peran mereka saat ini sangat diperlukan di tengah lonjakan kasus covid di Kabupaten Jember. Terlebih jumlah yang meninggal setiap hari cukup banyak.
“Sangat disayangkan adanya relawan pemulasaran jenazah covid-19 yang mengundurkan diri. Padahal peran mereka sangat diperlukan saat ini. Apalagi dalam beberapa hari ini, jumlah pasien yang meninggal lebih dari 10 orang setiap hari. Bahkan pernah sehari mencapai 30 orang. Tentu hal ini tidak bisa dibiarkan. BPBD harus segera merekrut relawan lagi,” ujar Pujo.
Dia menambahkan, petugas pemulasaran jenazah covid di saat ada lonjakan seperti saat ini menjadi garda terdepan, baik dari pemulasaran hingga pemakaman. “Bayangkan luasnya Kabupaten Jember ini. Petugas pemulasaran jenazah covid-19 hanya ditangani belasan orang. Kalau dibiarkan, mereka bisa kerja 24 jam dan ini sangat tidak baik. Kasihan mereka,” ucap Pujo.
Sementara Plt Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jember M. Jamil menyatakan, para relawan pemulasaran jenazah tidak mengundurkan diri. Namun mereka hanya datang dan pergi silih berganti sesuai dengan kebutuhan.
“Memang dulu jumlah relawan pemulasaran jenazah mencapai ratusan. Namun saat ini menyusut bukan karena mendapat perlakuan tidak enak dari masyarakat, tapi karena memang pekerjaan ini berat. Mereka datang silih berganti sesuai kebutuhan dan tidak terikat. Jika ada waktu, ya mereka ikut gabung. Kalau pas ada kerjaan lain, ya tidak gabung. Selama ini mereka hanya mitra di BPBD,” ungkap Jamil.
Baca Juga : Ganti Nakhoda, Baznas Tulungagung Targetkan Pengumpulan Zakat Rp 10 Miliar
Jamil juga menyatakan, saat relawan pemulasaran jenazah ikut bekerja memakamkan pasien covid, mereka mendapat uang saku untuk pengganti bensin dan makan. “Kalau mereka ikut kerja, ya ada pengganti uang saku atau uang bensin serta makan,” bebernya.
Jamil juga tidak terlalu khawatir dengan kondisi saat ini. Sebab, masih ada relawan yang siap untuk membantu BPBD untuk mengantarkan jenazah pasien covid-19.