INDONESIATIMES - Cobaan berat tampaknya harus dihadapi secara bertubi-tubi oleh rakyat China. Pada awal 2020 lalu, China dilanda musibah dengan adanya virus Corona atau Covid-19.
Virus itu pun akhirnya menyebar luas hampir ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Bahkan, di Indonesia hingga kini virus Covid-19 itu masih belum bisa dikendalikan.
Baca Juga : Viral Surat Hasil PCR Positif Covid-19 Dipakai Bungkus Gorengan, Bahaya atau tidak?
Diketahui, menjadi negara pertama yang terserang Covid-19 China akhirnya berhasil mengontrol laju penularan virus Covid-19 pada Juli 2020 lalu. Namun, baru saja kasus Covid-19 yang sudah mulai terkontrol, China justru kembali dihantam musibah banjir besar.
Melansir melalui CNN, bencana banjir kali ini adalah banjir terburuk yang dialami China selama beberapa dekade terakhir. Bencana ini menghancurkan rumah dan mata pencaharian jutaan warga China.
Padahal, seperti diketahui, China tengah berupaya menghidupkan kembali perekonomian setelah krisis Covid-19. Sejak Juni 2020 lalu, setidaknya 38 juta warga terkena imbas dari dampak banjir ini,.
Kementerian Manajemen Darurat China sempat menuturkan bahwa sedikitnya 2,24 juta penduduk telah mengungsi, dan 141 orang tewas atau hilang. Menggambarkan bencana ini, Presiden China Xi Jinping sampai mencap pengendalian banjir sebagai situasi yang 'sangat suram'.
Xi mendesak pemerintahannya agar bisa melancarkan langkah-langkah lebih kuat serta efektif untuk melindungi kehidupan warga serta aset negara. Pandemi Covid-19 dan penguncian selama berminggu-minggu telah menjadi pukulan bersejarah bagi perekonomian China.
Produk Domestik Bruto (PDB) sampai menyusut 6,8 persen pada kuartal pertama, kontraksi pertama yang dilaporkan Beijing sejak 1976. Banjir di China kembali terjadi pada Juli 2021.
Dalam musibah ini setidaknya 12 orang tewas dan 200 ribu penduduk karena banjir akibat hujan yang disebut-sebut terlebat di China dalam 1.000 tahun belakangan. Dilaporkan bahwa 12 orang yang tewas itu sedang berada di dalam stasiun kereta bawah tanah ketika banjir menerjang.
Sejumlah video di jejaring sosial memperlihatkan para pengunjung stasiun berjibaku di dalam ruangan yang sudah dibanjiri air hujan. "Airnya sampai ke dada saya. Saya sangat takut, tapi hal yang paling menakutkan bukan air, melainkan pengurangan pasokan udara di dalam," ujar salah satu pengunjung stasiun yang selamat, sebagaimana dikutip Reuters.
Seorang warga Zhengzou, Guo, mengatakan kepada Reuters bahwa warga memenuhi stasiun kereta bawah tanah karena pihak berwenang menghentikan layanan bus listrik akibat banjir di perkotaan. "Karena itu banyak orang akhirnya memilih kereta, dan kemudian tragedi ini terjadi," ujar Guo.
Banjir ini terjadi karena curah hujan mencapai 617,1 milimeter tak henti mengguyur Zhengzou sejak Sabtu lalu hingga Selasa (20/7/2021). Curah hujan selama beberapa hari itu hampir sama dengan rata-rata hujan tahunan di Zhengzou, yaitu 640,8 milimeter.
China Diterjang Topan In-Fa
Tak berhenti di banjir, China harus kembali dilanda musibah yakni pusat bisnis yang mulai lumpuh. Diketahui, topan In-fa telah menerjang pusat bisnis China, Shanghai, dan daerah sekitarnya di pesisir pada Minggu (25/7/2021).
Akibatnya semua penerbangan dibatalkan, kereta api bawah tanah diperlambat atau dihentikan, tempat-tempat usaha ditutup akibat fenomena alam itu. Topan In-fa melanda Distrik Putuo di Zhousan, kota pelabuhan di pesisir timur Provinsi Zhejiang, pada pukul 12.30 (11.30 WIB), demikian dikabarkan lembaga penyiaran pemerintah CCTV, yang mengutip Badan Meteorologi China.
Baca Juga : Masalah Tapal Batas Ijen, GARABB Desak DPRD Banyuwangi Gunakan Hak Interpelasi terhadap Bupati
Badai tersebut datang saat China masih dilanda banjir yang menewaskan sedikitnya 58 orang, memutus aliran listrik, dan membuat satu juta orang mengungsi.
"Kami akan melakukan segala upaya untuk memastikan keselamatan penduduk dan properti mereka, dan melakukan apa pun untuk meminimalkan dampak bencana, dan berusaha mencapai target nihil korban jiwa dan sedikit kerugian ekonomi," kata Yuan Jiajun, sekretaris Partai Komunis Provinsi Zhejiang.
Badan meteorologi sebelumnya mengatakan topan tersebut tengah bergerak dengan kecepatan 15 km per jam. Kecepatan angin In-fa ini bisa mencapai 38 meter per detik.
Kecepatan itu setara dengan 137 km per jam. Topan In-fa bergerak ke utara sepanjang pesisir Zhejiang sejak tengah hari, melewati Shanghai dan mencapai Provinsi Jiangsu di timur laut pada petang.
Diketahui, Departemen urusan darurat Zhejiang sudah meningkatkan status peringatan topan ke level tertinggi pada Sabtu (24/7/2021) lalu untuk menutup sekolah dan pasar, serta menahan arus lalu lintas jika diperlukan.