free web hit counter
Jatim Times Network
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Gabung Channel WhatsApp
Serba Serbi

Keranda Terbang dan Ketukan Pintu 'Misterius', Ini Penjelasan Praktisi Metafisika

Penulis : Hendra Saputra - Editor : Dede Nana

20 - Jul - 2021, 02:18

Placeholder
Praktisi metafisika dan retrokognisi, Hari Kurniawan atau Om Hao (foto: screenshot channel YouTube Kisah Tanah Jawa)

MALANGTIMES - Fenomena keranda terbang dan ketukan pintu 'misterius' masih hangat diperbincangkan di tengah masyarakat. Hal itu karena sebagian masyarakat masih mengkaitkan hal tersebut dengan pagebluk atau wabah yang sedang terjadi saat ini.

Hal itu pula yang membuat praktisi metafisika dan retrokognisi, Hari Kurniawan atau yang akrab disapa Om Hao membahas hal tersebut dalam channel YouTube Kisah Tanah Jawa.

Baca Juga : Wanita Mulia di Angkatan Laut Islam, Syahid di Perang Qabrus

Mulanya, peristiwa keranda terbang dan ketukan pintu 'misterius' viral di media sosial. Beberapa diantaranya disebutkan terjadi di Malang, ada pula yang menyebut terjadi di luar negeri. Di situ, masyarakat sangat intens membicarakan hal tersebut hingga menjadi pembahasan luas di Indonesia. Sebab, banyak yang mengaitkan hal itu dengan pagebluk hingga mistis.

Om Hao sendiri mengatakan, fenomena keranda terbang memang sudah menjadi salah satu cerita horor klasik. Terutama di Jawa, baik di barat, tengah ataupun timur, bahkan hingga ke pulau Madura.

“Sering kita dengar dua istilah ya, Lampor atau Kromoleo. Lampor sendiri mengacu pada suara ya, seperti gemericik atau ada sesuatu yang digedor atau yang berjalan tapi tidak ada sosoknya atau bisa juga suara kemerincing kereta kuda,” kata Om Hao dikutip dari channel YouTube Kisah Tanah Jawa.

Menurut Om Hao, Lampor yang ada di Jawa Timur itu merupakan fenomena yang saat ini terjadi dan sering dibicarakan. Sementara di Jogjakarta, Lampor itu merupakan kereta kuda dari Pantai Selatan, yang melewati dua sungai yang membelah Kota Jogja.

“Kalau Kromoleo itu adalah keranda terbang yang disitu mencari mangsa atau mencari tumbal,” ucapnya.

Namun, Om Hao menyikapi hal itu juga secara ilmiah. Dalam artian, fenomena tersebut memang bisa menjadi seperti sugesti, ketika ada suara di atas genteng melintas itu disebutnya Lampor ataupun Kromoleo.

“Tetapi ketika orang mendengar suara itu, tidak kemudian keluar rumah karena ada rasa takut dan tidak mendengar hal yang sebenarnya. Lantas diasumsikan, oh ini keranda mungkin,” ungkapnya.

Pria yang memiliki kemampuan membaca masa lampau itupun menarik logika seperti jika ada sebuah kematian, beberapa hewan yang memiliki insting kuat seperti pemakan bangkai, karnivora atau yang dapat mencium darah, akan mendekat. Ia pun memberi contoh burung gagak yang kerap dijumpai masyarakat.

“Zaman dahulu ketika ada orang yang meninggal, meninggal wajar atau sakit karena usia lanjut, maka burung yang memiliki insting akan mendekat. Karena mohon maaf ketika ada orang mau meninggal itu sebagian tubuhnya sudah mati rasa,” paparnya.

Bicara soal metafisika, Om Hao mengaku fenomena keranda terbang dan ketukan pintu 'misterius' sebenarnya sudah lama. Bahkan ia menyebut bisa disebandingkan dengan pulung gantung atau yang diyakini masyarakat sebagai benda berbentuk bola api besar yang terbang di atas langit. Benda itu dianggap sebagai penanda buruk bagi masyarakat yang didatangi bola api itu.

“Saya sudah pernah melihat beberapa kali, di Jogja waktu itu ada. Kemudian waktu itu pas ke Solo ketika sama teman-teman Diary Misteri Sarah itu penelusuran, itu di daerah salah satu mess menemukan itu juga (keranda),” ungkapnya.

“Bentuknya memang keranda, tapi itu kosong. Hanya kerangkanya saja, tidak ada kain penutup. Jadi secara fisik itu bisa dilihat terbang. Dan sosoknya yang bawa itu ada tapi tidak terlihat,” imbuhnya.

Jika masuk lebih dalam ke metafisika, lanjut Om Hao, ada beberapa orang yang menggunakan fenomena itu untuk bisa memperkuat ilmu. Kemudian ada kejadian yang terjadi lama, seperti contoh Pulung Gantung. Dan ada pula lelaku pesugihan atau teror.

Baca Juga : Peringati Milad ke-112, Berikut Sejarah Singkat Berdirinya Muhammadiyah

“Sisi positifnya, kalau keranda itu adalah kendaraan terakhir kita dan itu mengingatkan kita. Negatifnya itu adalah penjemput kematian. Nah hal ini dikaitkan dengan pagebluk. Pagebluk sendiri gampangannya itu wabah atau bencana yang sedang terjadi dan sifatnya massal. Kalau dilihat satu setengah tahun ini memang ada itu (Covid-19),” papar  Om Hao.

Tapi, Om Hao pun ketika menangkap dari fenomena yang sedang ramai dibicarakan tak menampik bahwa hal itu juga mengacu juga pada cocokologi. Sebab, masyarakat saat ini sedang dalam masa sulit, di mana pandemi tak kunjung usai.

“Karena kalau kita mengambil satu kesimpulan, itu kita harus pakai responden, pakai kuesioner, itu seperti apa, pakai data statistik, di analisis lalu diambil kesimpulan. Tapi berdasarkan fakta yang terjadi, seperti adanya Kromoleo atau Lampor itu tadi,” ungkap dia.

Bicara soal makhluk astral, Om Hao menyebut bahwa keranda terbang itu sosok astral yang mengangkat seperti energi. Jika dilihat secara fisik, keranda terlihat seperti terbang, tapi yang membawa keranda seperti asap warna hitam, namun tidak ada kakinya.

“Dibeberapa kejadian, (keranda) ini memang tanda penjemput kematian atau mencari kematian. Nah, kematian juga macam-macam, ada yang wajar ada pula yang tidak wajar,” ujarnya.

Jika keranda terbang dikaitkan dengan ketukan pintu 'misterius', Om Hao menyebut hal itu bisa saja terjadi. Bahkan di dalam keranda tersebut berisi candy ghost atau sebutan untuk pocong.

“Sosok astral-nya ini menyebarkan penyakit, dan penyakitnya ini non medis. Waktu saya melihat video itu, tapi saya tidak menyimpulkan video itu tetapi suaranya memang berirama, tidak seperti ketukan tangan. Jadi sosok candy ghost-nya itu mengetuk dengan kepala di pintu-pintu,” katanya.

Meski begitu, Om Hao juga mengingatkan kepada masyarakat agar selalu ingat dengan paweling atau pengingat orang terdahulu. Bahwasanya di malam hari, jika kesulitan untuk tidur, ada baiknya semedi atau dzikir. 

“Supaya (fenomena astral) itu tadi tidak mencari yang (fikirannya) kosong,” ucapnya.

Selain itu, Om Hao juga mengimbau kepada masyarakat agar melihat terlebih dahulu fenomena yang sedang viral di media sosial. Sebab, saat ini tak jarang sebagian oknum masyarakat juga memanfaatkan kondisi yang sulit dengan dikaitkan isu sensitif.

“Dan sebenarnya di media sosial itu mentah datanya. Semua disamaratakan. Bisa jadi dimanfaatkan seperti itu, jadi waspada boleh, takut jangan. Sebisanya tirakat semedi atau dzikir supaya tidak kosong,” pesan Om Hao.

Perolehan Medali Porprov Jatim IX 2025

Update: -

No Kota / Kabupaten Emas Perak Perunggu Poin
Total - - - -

Topik

Serba Serbi



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Hendra Saputra

Editor

Dede Nana

--- Iklan Sponsor ---