INDONESIATIMES - Kesan persaingan Menteri Sosial Tri Rismaharini dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa kembali menjadi bahasan warganet. Bahkan, nama Gubernur perempuan pertama di Jatim itu seolah ikut menjadi perbincangan di tengah sorotan publik atas viralnya pernyataan Mensos Risma kepada ASN yang akan dipindah ke Papua.
Akun Twitter @_tinta_kertas_ misalnya, yang membuat sebuah cuitan berbunyi, "Yg saya lihat di twitter saat ini, BuzzeRp langsung ramai-ramai boost/trendingkan Gubernur Khofifah agar trending Bu Risma tentang Papua jadi tenggelam. Sebegitu paniknya,".
Baca Juga : Kasus Covid-19 Meningkat Tajam, Ini Langkah Cepat Pemkab Pamekasan
Cuitan itu mendapat beragam komentar dari warganet. Sebagian berpendapat jika keduanya memang merupakan viral dan sedang tidak akur. Namun sebagian lagi tak sepakat dan berpendapat sebaliknya.
Pernyataan warganet yang seolah membandingkan dua tokoh ternama itu memang bukan kali pertama. Beberapa kali bola panas menggelinding di media sosial. Warganet pun sering menilai jika dua tokoh tersebut selalu beda arah.
Tanpa kecuali ketika viral pernyataan Mensos Risma yang akan pindahkan ASN ke Papua. Di mana dalam waktu yang berdekatan, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa melakukan vaksin door to door kepada komunitas warga Papua di Kota Surabaya. Aksi vaksinasi itu pun dibagikan melakui akun resmi media sosial Gubernur Khofifah Indar Parawansa.
Pernyataan Mensos Risma di Kota Bandung
Belum lama ini, Mensos Tri Rismaharini memang kembali menjadi sorotan lantaran menakut-nakuti ASN yang tak becus bekerja akan dipindah ke Papua. Hal itu disampaikan Risma saat ia menegur ASN di Balai Wyata Guna, Kota Bandung, Jawa Barat pada Selasa (13/7/2021) lalu.
Tak ayal, video aksi Risma yang marah-marah itu kembali viral di media sosial. Bahkan 2 hari berturut-turut tagar #Bu Risma menjadi trending topik di Twitter.
"Saya nggak bisa pecat orang, tapi saya bisa pindahin ke Papua," kata Risma kala itu.
Aksi Risma itu pun mendapat kecaman dari berbagai pihak. Khususnya aktivis Papua dan beberapa tokoh publik.
Sebagian dari mereka bahkan menyebut Risma rasis karena sudah membawa-bawa nama Papua. Mereka lantas bertanya apakah Papua dianggap sebagai tempat buangan sehingga mantan Wali Kota Surabaya itu menyampaikan hal tersebut.
"Maaf Bu Risma, apa kita menganggap Papua sebagai pembuangan orang2 tidak becus? Apa bedanya kita dengan pemerintahan kolonial yang membuang orang2 ke Boven Digul?" tutur @MaulanaAkbar.
"Mohon izin, Bus Risma. Kenapa mesti sebut nama Papua? Apa Papua itu tempat hukuman? Justru ASN-2 terbaik, kudu dikirim ke Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, NTT, dllnya, Bu. Biar tercapai akselerasi dg provinsi2 lain. Yg tak becus? Pindahin ke Jakarta, biar diawasi publik," kata @dayaaa.
Sejumlah aktivis pembela Papua juga ikut protes terhadap pernyataan Risma tersebut. Akun Timur Matahari menegur Risma agar tidak menyamakan Papua dengan sampah.
"Ibu Pikir disini Tempat Sampah kah... ??? Bentuk diskriminasi terstruktur.. yg muncul melalui ucapan spontan yg sebenarnya sudah ada di dalam alam bawah sadar pejabat2 negara.. dalam melihat papua !!!," kicau @jayapuraupdate.
Aktivis Veronica Koman juga menyindir bahwa Risma sudah dikenal rasis terhadap Papua.
"Gak kaget Bu Risma emang rasis sama Papua kok. 2 Desember 2018: jajaran Bu Risma bersama Polri dan TNI mengeluarkan paksa seratus lebih mahasiswa Papua dari kota Surabaya sebagai syarat lepasnya 233 mahasiswa Papua yang ditangkap massal," kicau @VeronicaKoman.
Terkait tudingan rasis terhadap Risma, Kemensos pun buka suara. Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat membantah dugaan rasisme yang dituduhkan kepada mantan Wali Kota Surabaya itu.
Ia menyebut Risma tidak ada niatan rasis terhadap warga Papua. Menurut Harry, Risma justru sayang dengan Papua.
Baca Juga : Target 170 Ribu Warga Bisa Tervaksin Covid-19, Pemkot Batu Jemput Bola
"Tadi pagi kami dialog dengan ibu menteri dan ibu bilang enggak berpikir begitu [rasis]. Ibu sangat sayang dengan Papua," ucap Harry.
Harry mengatakan bukti Risma yang sayang terhadap Papua bisa dilihat dari rekam jejaknya. Bahkan, ujar Harry, Risma dianggap oleh warga setempat sebagai "mama Papua."
"Silakan tanya ke tokoh-tokoh Papua bagaimana bu Risma itu sudah menjadi mamanya Papua gitu loh," ucap dia.
Harry mengatakan saat Risma menjabat sebagai Wali Kota Surabaya, Risma turun tangan saat terjadi bencana di Papua. Kala itu, jelas Harry, Risma membantu dari awal tanggap darurat sampai pascadarurat seperti membantu mulai dari akomodasi makanan, fasilitas dan semacamnya. Tak cuma itu, Risma juga telah membentuk koperasi di Papua.
Gubernur Khofifah Tinjau Vaksinasi Warga Papua di Kota Surabaya
Beberapa hari pasca viral pernyataan Mensos Risma, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa melakukan vaksinasi door to door terhadap komunitas warga Papua di Kota Surabaya.
Diketahui, hari ini Kamis (15/7/2021) Pemerintahan Provinsi Jawa Timur (Pemprov jatim) menggenjot vaksinasi door to door. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menargetkan 70 persen warga Jatim telah divaksin pada 17 Agustus 2021 mendatang.
Bersama dengan jajaran Forkopimda Jatim, Khofifah melakukan vaksinasi door to door terhadap komunitas warga Papua di Kota Surabaya. Jajaran forkopimda Jatim, menggelar vaksinasi bagi komunitas warga Papua di Surabaya yang tinggal di kawasan Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) Jemaat Lahoi Roi, Jalan Keputih Tegal Timur, Keputih, Kota Surabaya.
"Ini bagian dari pelaksanaan vaksinasi door to door, untuk bisa menyisir semaksimal mungkin memenuhi kebutuhan vaksinasi bagi seluruh masyarakat," ujar Khofifah.
Lebih lanjut, Khofifah menegaskan bahwa target herd immunity yang dikejar Jatim yakni minimal 70 persen warga Jatim tervaksinasi pada bulan Agustus. Yang diharapkan, hal ini dapat menjadi hadiah provinsi Jatim di HUT RI ke-76.
Untuk mengejar target itu, pihaknya membutuhkan 300 ribu dosis vaksin yang disuntikkan per-hari nya. Namun Khofifah mengakui jika hingga kini target itu belum memenuhi.
Sehingga ia berharap distribusi vaksin dari pusat akan lebih lancar ke depannya. Dalam vaksinasi ini, total ada sebanyak 83 warga Papua yang diberikan suntikan vaksinasi Covid-19.
Sebelum divaksin, mereka warga Papua lebih dulu diskrining oleh tenaga medis dan ditanyai kondisi dan riwayat kesehatannya. Beberapa warga diketahui sedang menjalani pengobatan malaria sehingga tidak bisa disuntik vaksinasi Covid-19.
Khofifah bersama Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta dan Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Suharyanto juga memberikan bantuan sembako pada warga komunitas Papua di lokasi tersebut.